Mohon tunggu...
Desi Fitri wahyuni
Desi Fitri wahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Antropologi Sosial, Universitas Indonesia

Merangkai kata menuai bait sejuta asa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bersama Santri Wujudkan Generasi Sadar Sanitasi Berlandaskan Qurani: Perjalanan Tim Tangkas UI di Desa Kalibeber, Wonosobo

7 Oktober 2024   20:15 Diperbarui: 7 Oktober 2024   23:56 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyampaian Materi Penyuluhan Terkait Pengelolaan Limbah Oleh Wildan dan Desi. Sumber Foto: Tim Tangkas.

"Tim Tangkas" begitulah sebutan untuk sekumpulan mahasiswa/i yang  beranggotakan enam orang, dari kampus yang mendapat julukan "kampus kuning" itu . "Tangkas" merupakan kepanjangan dari "Tangan Bersih, Generasi Cakap dan Sehat" judul program sekaligus tagline yang kami inisiasi bersama-sama. Siapa sangka pilar-pilar masjid tempat kita dipertemukan, mulanya dalam menjalankan amanah pada suatu organisasi, berlanjut lebih dalam untuk membahas mengenai keikutsertaan kami dalam program hibah kepedulian terhadap masyarakat yang diusung oleh kemahasiswaan Universitas Indonesia tahun 2024. Ini adalah gerbang awal perjalanan penuh makna, sekaligus menjadi pengalaman manis dimasa muda kami. Setelah melalui proses panjang mulai dari pengkajian masalah, penyusunan proposal, diskusi bersama dosen pembimbing, presentasi kepada dosen penguji, pengumuman kelolosan pendanaan, hingga pelatihan sebelum keberangkatan, dan serangkaian proses lain dibalik layar yang telah kita lalui sebelum turun ke lapangan. Gelar "mahasiswa" yang tersematkan dipundak kami menjadi landasan kuat akan tumbuhnya kesadaran untuk mengamalkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian masyarakat. Langkah kecil ini adalah harapan besar yang hendak kami tumbuhkan untuk turut membantu kemajuan bagi ibu pertiwi. 

Sebagai bagian dari agent of change, kami memfokuskan pengabdian kali ini untuk mengaet kesadaran generasi penerus bangsa melalui edukasi dan pelatihan pemberdayaan.  Isu sanitasi lingkungan menjadi tantangan umum yang dihadapi oleh pondok pesantren di Indonesia, utamanya perhatian khusus di pondok  pesantren Salafiyah atau pondok pesantren beraliran tradisional. Secara spesifik kami merancang program pengabdian masyarakat melalui gerakan sadar sanitasi pada santri di Pondok Pesantren Al-Qur'an Safiinatunnaja, yang berlokasi di Desa Kalibeber, Wonosobo. Pada program pengabdian ini terdiri atas tiga agenda utama. Pertama adalah penyuluhan personal hygiene dan penyakit menular. Kedua, Kami juga melihat perlunya perhatian akan sosialisasi pemilihan sampah dalam kehidupan sehari-hari yang masih menjadi masalah lingkungan di pondok pesantren sasaran kami. Ketiga program ini turut memberikan edukasi melalui pemanfaatan limbah organik dengan pelatihan pembuatan pupuk kompos yang nantinya dapat dilakukan sebagai pemberdayaan santri untuk menghasilkan produk kompos yang bernilai jual.  Lalu seperti bagaimanakah perjalanan kami dalam program kepedulian terhadap masyarakat disini? Mari melihat keseruan tim Tangkas dibawah ini, selamat berkelana pada tuaian cerita-cerita petualangan dibawah kami! 

Foto Tim Tangkas Setelah Melaksanakan Uji Coba Pembuatan Kompos. Dari Kiri ke Kanan: Desi, Alya, Naufan, Diyah, Aufa, Wildan. Sumber Foto: Tim Tangkas
Foto Tim Tangkas Setelah Melaksanakan Uji Coba Pembuatan Kompos. Dari Kiri ke Kanan: Desi, Alya, Naufan, Diyah, Aufa, Wildan. Sumber Foto: Tim Tangkas

Menginjakkan kaki tepat disebuah desa yang menjadi titik tengah nya provinsi Jawa Tengah adalah kesempatan luar biasa  yang kami syukuri. Kalibeber adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi inilah yang menjadi tempat berlabuh kami menuju tenmpat pengabdian masyarakat di pondok pesantren Al-Qur'an Safiinatunnaja. Sungguh menakjubkan tempat yang dijuluki "Desa Pecinta Al-Qur'an Sepanjang Hayat" ini. Kalibeber memberikan nuansa islami yang kental dalam kehidupan sehari-hari menjadi motto penggerak masyarakat terciptanya masyarakat madani. Menurut penuturan salah satu masyarakat yang kami temui, Kalibeber memiliki kurang lebih tiga puluh pondok pesantren yang diperuntukkan bagi santri dari tingkat Sekolah Dasar  hingga Perguruan Tinggi. Tak mengherankan jika julukan itu di berikan kepada Desa Kalibeber. 

Keberangkatan kami dimulai pada Senin 22 Juli, mulanya setengah anggota tim berangkat pada Senin Sore menaiki travel. Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih enam jam dari Universitas Indonesia. Setelah melalui perjalanan malam yang cukup panjang kami tiba pada Selasa pagi tanggal 23 Juli. Sementara itu, anggota lainnya berangkat dari berbagai daerah asal mereka hal ini dikarenakan saat itu bertepatan pada waktu libur kuliah, oleh karena itu sebagian anggota telah singgah dikampung halaman masing-masing terlebih dahulu seperti Naufan yang berangkat dari Tegal dan Aufa yang berangkat dari Kediri. 

Rona pagi kalibeber menyambut kedatangan kami, suhu dingin menembus kuat pori-pori kulit ini, tak mengherankan jika tubuh kami menggigil, hingga gigi ini saling berketuk. Namun, perasaan itu teralihkan, mata kami terpana pada suguhan jajaran pengunungan, persawahan, dan bunyi kemercik aliran air yang sangat jernih di got-got jalanan Kalibeber. Jauh sebelum menjejaki tempat ini banyak ketakutan yang kami pikirkan mengenai penerimaan masyarakat akan program yang hendak kami jalankan disini. Namun, siapa sangka sapaan hangat masyarakat setempat, senyum ramah yang mengalir pada setiap langkah disini, menjadi pemantik semangat bagi kami. Kehangatan ini sangat melenakan, yah, hitung-hitung sembari meletakkan fokus pada progran pengabdian, keberadaan kami ditempat yang asri, dan kental akan nuansa Jawa menjadi sarana untuk hengkang sejenak dari kehidupan serba cepat yang identik dengan kota tempat kami menimba ilmu. 

Foto Anggota Tim Melakukan Survei Lokasi  Setibanya di Desa Kalibeber. Sumber Foto: Tim Tangkas
Foto Anggota Tim Melakukan Survei Lokasi  Setibanya di Desa Kalibeber. Sumber Foto: Tim Tangkas

Di balik kelancaran perjalanan kami sampai pada titik ini, tidak lepas dari uluran tangan yang diberikan oleh ustadz Yahya. Beliau merupakan lurah pondok pesantren tempat kami melakukan pengabdian. Ustadz Yahya yang membantu kami memenuhi kelengkapan administrasi sebelum kami memutuskan melaksanakan pengabdian disini. Beliau pula yang selalu kami repotkan selama di sini. Ustadz Yahya membantu kami mencarikan hunian untuk kami tinggali selama satu minggu kedepan. Setibanya kami disini beliau mengantarkan kami menuju rumah kosong milik salah satu warga disana yakni Pak Unan. Hari pertama, kami isi dengan melakukan bersih-bersih tempat yang hendak kami tinggali. Bersyukurnya kami dibantu oleh Pak Unan dalam mengurus sarana yang kami butuhkan disini, memastikan kecukupan karpet, kasur, bantal, seprai, hingga air untuk kami. Tak cukup sampai Pak Unan juga membantu kami menyediakan alat dapur seperti panci, piring, sendok, kompor gas, hingga memberikan kami pinjaman motor untuk mobilitas kami. Rasa terima kasih selalu terkenang kepada Ustadz Yahya dan Pak Unan yang telah membukakan pintu dan berbesar hati menerima kami disini.

Diskusi Hal Teknis Bersama Ustadz Yahya di Pandu oleh Alya (Ketua Tim Tangkas) Sumber Foto: Tim Tangkas
Diskusi Hal Teknis Bersama Ustadz Yahya di Pandu oleh Alya (Ketua Tim Tangkas) Sumber Foto: Tim Tangkas

Usai  mengurusi kebutuhan fasilitas tempat tinggal, kami lanjutkan dengan makan siang pertama kali di Kalibeber, santapan nasi warteg yang harganya tentu lebih murah dari yang biasa kami beli di  Depok. Tak ketinggalan kami juga mencicipi gorengan khas Wonosobo yaitu tempe kemul, balutan tempe yang digoreng bersama dengan pati singkong basah  ditambah irisan daun kucai dalam adonan tepung serta warna kuning mencolok dari kunyit alami menambah cita rasa asin gurih yang layak dipadukan dengan santapan siang kali ini. Setelah makan siang bersama, kami lanjut berdiskusi mengenai agenda pengabdian bersama anggota tim, mulai dari pengecekan kelengkapan barang penyuluhan dan pelatihan kompos, pemasangan poster dan spanduk edukasi, hingga memperjelas jobdesk yang harus dikerjakan masing-masing dari kami, dan diskusi lain mengenai hal-hal teknis untuk keberlangsungan acara. Malam pertama di Kalibeber dengan suhu sekitar 20-17 derajat celcius, kami lewati dengan persiapan materi, dan pengadaan barang-barang penyuluhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun