(foto bersama warga Suku Anak Dalam)
Hari ini, tepatnya tanggal 5 Maret 2016 untuk yang kedua kalinya saya mengunjungi wilayah konflik yang mana sejak tahun 2014 hingga detik ini pun masih terlibat konflik dan belum berkesudahan unjung selesai. Konflik antara Suku Anak Dalam dengan pihak perusahaan setempat yang menguasai wilayah hutan suku anak dalam tersebut. Yang menjadi sasaran empuk bagi wilayah konflik tersebut adalah lahannya. Dalam artian pihak eksternal atau dikategorikan pihak perusahaan yang ingin menguasai lahan SAD secara keseluruhan, walaupun pada tahun 2012 lalu semenjak desa tersebut berdiri pemerintah sudah menetapkan lahan bagi suku anak dalam.
Sampai saat ini pun Suku Anak Dalam masih terus merasa tertekan/tertindas kesejahteraan hidupnya, setelah wilayah mereka dikuasai oleh perusahaan-perusahaan yang bernotabenekan perkebunan kelapa sawit dan karet. Baru-baru ini kejadian menimpa tumenggung adat-adat setempat yang mana rumah-rumah dan produksi hasil padi setelah panen mereka di bakar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya untuk makan sekarang pun susah, harta benda mereka yang mereka miliki pun ludes terbakar. Anak-anak pun jiwa psikologinya terganggu, merasa terhantui akibat rumah-rumah mereka dibakar serta senapan yang dilontarkan ke udara oleh pihak-pihak eksternal tersebut.
3 hari 3 malam mereka lari ke hutan hingga ke Taman Nasional Bukit Tigapuluh yang berbatasan dengan Provinsi Riau, akibat gejala konflik sekitar 1 Minggu yang lalu dan enggan untuk kembali lagi. Akibat rumah yang terbakar mereka harus menggunakan terpal dan sisa-sisa padi untuk kebutuhan makan.
Adapun warga Suku Anak Dalam yang berusaha melawan karena menuntut hak mereka, hingga saat ini masih berada di Rumah Sakit Muaro Bungo tertusuk bagian lambung kanan dan kirinya dan sebagian lagi melarikan diri ke hutan untuk mencari perlindungan diri.Â
Pada konflik 2014 lalu, pemerintah daerah setempat hanya dapat meredakan/memisahkan kedua kubu. Setelah itu, tidak ada lagi sosialisasi maupun pembinaan guna mencegah terjadi konflik kembali. Alhasil, 2016 terjadi kembali. Tak heran jika hingga detik ini pun keadaan masyarakat Suku Anak Dalam khususnya di Kabupaten Tebo Kecamatan Sumay masih dikategorikan belum sejahtera jika kita pertimbangkan dengan Suku Anak Dalam Taman Nasional Bukit Duabelas yang berada di Kabupaten Sarolangun kehidupannya sudah mendapat pembinaan, sosialisasi dari pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H