Mohon tunggu...
Desi Ariani
Desi Ariani Mohon Tunggu... -

untuk lebih baik...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membunuh Asa yang Tak Sampai

18 November 2011   03:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:31 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Asa bagai harapan yang akan diraih dan cita-cita ke depan yang mungkin banak orang harus dilalui dengan berbagairintangan yang tak mudah dan berliku-berliku dengan jurang yang sangat dalam ibarat pendakaian yang terjal di gunung yang tinggi.

Namun apalah arti nya jika sesuatu yang sangat sulit dicapai ternyata tidak tercapai dan hanyalah penyesalan yang tak bisa dilupakan sepanjang waktu (kegagalan) walupun entah kelak akan terganti sebuah kesuksesan.Namun sekali lagi saya kira sangat melelahkan ketika menjalani hidup ini yang memang sudah penuh liku-liku dan terpaaan. Ada kalanya orang sering kali membicarakan bahwa kehidupan ini sulit dan kesulitan itu harus ditempuh dengan berbagai cara yang tidak mudah dengan begitu harus melalui perjuangan untuk mencapainya.

Kalau hal ini selalu ada dipikiran kita menerut saya sangatlah kurang tepat, walupun hari ini sudah kita buat jadwal harian, agenda untuk melakukan suatu kegiatan namun ternyata tak sesaui dengan kenyataan dari kegiatan yang direncanakan semula. Memang rencana itu ada benarnya untuk mengkosep suatu kegiatan yang lebih terarah. Namun saya kurang setuju dengan pendapat-pendapat yang menyebutkan seperti itu. Kehidupan ini dilalui dengan penuh kesungguhan setiap apa-apa yang datang pada diri kita di hari-hari saat ini.Boleh kita bermimpi namun seyogyanya mimpi itu hanya pada alam pikiran semata, namun lebih daripada itu, yang penting kita laksanakan dan laksanakan dengan penuh pertimbagan tanpa mengharap ke depan kita menghasilkan apa.Kita menjalani proses-proses yang ada dihadapan kita dengan penuh keseriusan tanpa memperdulikan ke depan mendapat apa. Hal itu hanyalah membuat kekecawaan pada diri kita jika mengalami kegagalan. Hati harus ditata dengan lapang tak usah terlalu memburu suatu tujuan.

Apa yang kia ingankan dalam melalui proses-proses tersebut pada akhirnya akan mengikuti suatu pencapaian tujuan yang tak terasa ketika sudah sampai pada tujuan karena ukuran dari suatu proses dan tujuan itu, proses yang dilalui lebih panjang daripada tujuan yang sudah dicapai.

Sehingga untuk mengambil langkah yang lebih bijak, jalani saja kehidupan ini dan niknati saja tanpa menghiraukan orang lain yang telah sukses terlebih dahulu.Penaatan hati paa diri kita seyogyanya dapat menikamati hidup tanpa terasa terbebani dan iri hati terhadap kesusesan orang lain sehingga hidup kita tak seselalu dikejar-kejar oleh keadaan yang membuat kita iri hati, hanya akan membuat pribadi kita menjadi lebih kropos dan ketentraman hidup tak akan tercapai walupun orang itu sudah kaya raya dan memiliki banyak uang namun kalau hanya mengejar dan membalas kesuksesan orang lain (iri hati) hanya malah hidup tak akan tenang sepanjang waktu.

Gawat kan................................

Sehingga mengapa penulis memberi judul membunuh asa yang tak sampai. Jadi asa yang terlalu tinggi menerut saya memang harus dibuang jauh-jauh, boleh mengejar asa asal proporsianal dengan sumber daya yang ada dalam diri kita. Diri kita tak bisa disamakan dengan orang lain.

Itulah sedikit renungan pada pagi hari ini mengenai sikap yang sebaiknya dalam menghadapi kehidupan dan kesuksan sejati. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun