Mohon tunggu...
Desi Ariani
Desi Ariani Mohon Tunggu... -

untuk lebih baik...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cermin antara Kaca

30 Januari 2014   21:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Keduanya datar dan benda ini amat sangat mempunyai kemiripan. Karena yang bentuknya datar, rata, halus dan mampu menerima cahaya. Benda ini kedua-keduanya sangat bermanfaat  guna membantu manusia. Terkadang sulit membedakan antaara cermin dan kaca. Kalau kaca mempunyai sifat tembus pandang dan bisa melihat benda walaupun itu dibatasi dengan ruang. Berbeda dengan cermin, yaitu memamang sifatnya ini aneh menerut saya, mempunaya daya pantul terhadap diri kita dengan di bagian belakang mempunya latar yang menutupi sehingga membuat si cermin tdak tembus pandang.

Lalu apakah memang cermin terbuat dari kaca? Hehe. Atau kah memang cermin dibuat tidak tembus pandang agar bisa memberikan pantulan?sengajahkah ini. Penulis tidak memberikan penekanan pada aspek tersebut. Namun kalau mau memikirkan kembali dengan mengambil filasofinya bahwa kaca memiliki sifat tembus pandang yang bisa melihat dari berbagai ruang berbeda degan cermin hanya berupa pantulan. Dari sini kita bisa melihat ibarat memandang asa depan dengan penuh optimism dengan melihat bagaimana diri kita sendiri melalaui sebuah cermin dengan melihat bentuk fisik kita alau bagaimana memperbaikinya agar lebih baik bukan sekedar persoalan fisik saja yang kita dambakan dari sebuah cermin, mellainkan juga bagaiamana kita memepersiapakan diri kita untuk bersosialisasi kepada orang lain mungki dengan raut wajah yang ceria ataukah cemburut kita bisa menkomunikasikan pada sang cermin.

Begitu pula dengan kaca yang berarti kita bisa memandang benda dari kejauahan dari belakang kaca. Kita bisa membayangkan apa yang seharusnya kita lalukan selajutkan dari kejadian yang tertankap oleh mata kita. Mmemandang dan mempredikskan dengan jeli dan tepat untuk menggapainya. Mungkin obyek tersebut bisa orang atau benda. Jika orang kita mengetahaui dari balik kaca yang memang orang itu sangat penting buat kita dengan demikian dapat kita temui. Dari arti yang lebih dalam apabila kita maknai, bahwa kaca  bisa menerka apa yang terjadi pada waktu itu kemudian kota bisa memikirkan apa yang seharusnya dilakukan. Jikalau tidak ada kaca maka kejadian yang sebenarnya terlihat melalaui kaca tersebut, tidak nampak. Makah al itu sangat memungkinkan akan terhambatnya suatu pandangan obyek yang diterima pada mata, diri kita.

Dengan demikian antara kaca dan cermin memang sangat dibutuhkan dan membuat kita lebih waspada, instropeksi diri.

Sekian. Salam Hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun