Baru-baru ini keputusan Presiden Yoon Suk Yeol untuk memberlakukan Darurat Militer telah mengguncang tatanan politik Korea Selatan. Langkah sepihak ini tidak hanya memicu perdebatan di parlemen, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat sipil. Ribuan warga Korea Selatan turun ke jalan untuk menyampaikan penolakan mereka terhadap kebijakan yang dianggap mengancam demokrasi.
Upaya Presiden Yoon untuk memberlakukan Darurat Militer berakhir gagal setelah 190 dari 300 anggota parlemen yang hadir menolaknya. Dekrit yang dinyatakan oleh Presiden Yoon dianggap tidak sah dan akhirnya dicabut. Namun, kegelisahan masyarakat masih belum sepenuhnya sirna.
Gelombang protes pun mengguncang Korea Selatan sejak malam itu, dengan Gedung Majelis Nasional menjadi pusat aksi. Tak hanya para aktivis politik, komunitas penggemar K-Pop pun turut berpartisipasi. Alun-alun di depan gedung dipenuhi lautan lightstick warna-warni, menyulap demonstrasi menjadi simbol semangat perlawanan generasi muda.
Penggunaan lightstick sebagai pengganti lilin bukan hanya karena kondisi cuaca, namun juga mencerminkan bagaimana budaya K-Pop telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gerakan sosial di Korea Selatan. Para penggemar K-Pop membuktikan bahwa mereka tidak hanya peduli pada musik, tetapi juga terhadap nasib negara mereka.
Selain dengan penggunaan lightstick, penggemar K-Pop membuktikan bahwa musik bukan hanya sekadar hiburan. Dengan menyanyikan lagu 'Into The New World' dari Girl's Generation di tengah demonstrasi, mereka berhasil menyuarakan aspirasi politik dengan cara yang kreatif dan efektif. Lagu ini pun juga dijadikan sebagai lagu perjuangan aksi protes.
MZ세대의 운동가요가 된
소녀시대의 <다시 만난 세계>로
모든 세대가 하나된 국회 본청 앞 촛불집회입니다
이번 주 토요일 광장에서 우리 모두
하나되어 윤석열탄핵을 이루어냅시다!!!! pic.twitter.com/hhzkZ9aHTX— 레종 (@twikth5169) December 5, 2024
Partisipasi aktif penggemar K-Pop ini juga berperan dalam membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya suara mereka, terutama dalam sistem demokrasi. Melalui berbagai aksi dan kampanye, mereka menginspirasi generasi muda untuk lebih peduli dan terlibat dalam isu-isu yang berdampak pada negara mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa demokrasi di Korea Selatan bukan hanya milik generasi yang lebih tua, tetapi juga menjadi semangat yang menyala dalam jiwa generasi muda. Dari lautan lightstick hingga lantunan lagu perjuangan, rakyat Korea Selatan membuktikan bahwa harapan akan keadilan dan kebebasan dapat disuarakan dengan cara yang kreatif, penuh warna, dan tak terlupakan. Perlawanan mereka menjadi pengingat bahwa di tangan rakyat, demokrasi akan selalu menemukan jalannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H