Mohon tunggu...
Desiani Yudha
Desiani Yudha Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Life long learning.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Menikah Harus Dipikirkan Kembali

30 November 2015   16:11 Diperbarui: 30 November 2015   17:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena ini barusan hujan, dan sepertinya enak nih buat nulis tentang cinta-cintaan dan jodoh haha :D Jangan ada yang baper ya!. Jadi sudah ada berapa yang galau karena ingin segera menikah? Apalagi kalau nerima undangan pernikahan dari teman-temannya? Belum lagi kalau lihat postingan-postingan teman-teman bersama kekasih mereka? Kalau kalian mendadak ada yang terasa sesak didada, berarti kalian baper :D.

Saya adalah perempuan 23 tahun yang sebentar lagi akan 24 tahun. Belum bekerja dan masih terjebak sama skripsi. Usia 23-24 adalah usia dimana masa galau itu mulai menghantui setiap malam. Bagi perempuan usia 23-24 dan belum menikah pasti galau akan jodohnya, apalagi saya yang belum juga lulus meski sudah hampir 24 tahun. BOHONG, kalau dalam hati tidak iri melihat undangan-undangan pernikahan yang mulai disebar oleh teman-teman seangkatan. Tidak hanya undangan pernikahan, tapi juga undangan aqiqah anaknya. Buset dah.

Keinginan untuk segera menikah pernah memenuhi hati dan pikiran saya. Sampai-sampai melakukan hal-hal menggelikan demi mendekatkan saya dengan jodoh. Keinginan segera menikah memuncak setelah ikut kajian-kajian dan mendengarkan ceramah motivator-motivator nikah muda itu. Saya begitu polos dan berpikiran bahwa kalau saya menikah maka semua masalah akan teratasi. Saking pengennya buat nikah cepet, saya sampai sudah memikirkan konsep pernikahan dan mahar apa yang akan saya minta dari calon suami saya nanti. Menikah.. menikah dan menikah itu saja yang dibicarakan dan itu membuat teman-teman saya bosan mendengarkan cerita “pernikahan” saya.

Saya kehilangan rasionalitas saya, dan yang ada dalam pikiran saya menikah itu dipenuhi hal-hal yang indah-indah saja, yang romantis-romantis saja. Tidak hanya kehilangan rasionalitas tapi sepertinya saya juga mulai kehilangan diri saya sendri. Seiring bertambahnya waktu, bertambahnya pengetahuan, bertambahnya mimpi-mimpi , saya berpikir ulang tentang sebuah pernikahan. Sebagai perempuan dengan cita-cita dan mimpi yang besar , ditambah lagi sifat keras kepala yang saya miliki rasanya tidak mudah untuk menemukan pasangan yang klop dan sejalan dengan visi-misi saya dengan waktu yang singkat. Jangankan untuk memilih suami, memilih pacarpun dulu saya menetapkan standar tersendiri :D. Standar itulah yang akhirnya menjebak saya sendiri, terjebak dalam kejombloan yang lama haha.

Sebagai perempuan normal dan apalagi hidup didunia yang ber-haha-hihi ini saya pernah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Laki-laki yang memenuhi standar saya tentunya. Kok sombong banget saya saya, menye-menye banget. Cantik juga enggak, pinter juga cuma setengah-setengah, kaya apalagi, pokoknya gadis biassaaa tapi gayanya luar biasa belagu - __- . Bersamanya saya begitu yakin, karena hampir 85% standar yang saya tetapkan ada padanya. Bagi saya laki-laki yang pintar dan cerdas mampu selalu menarik dan terlihat ganteng :P. Saya terjebak dengan standar-standar yang saya buat sendiri, hingga saya abaikan jeritan yang ada dihati. Asal apa yang diotak ini terpenuhi , I’ll be OK. Saat perpisahan itu tak bisa lagi dihindari, dan saya sudah berusaha mati-matian untuk mempertahankannya , saya menjadi orang yang paling terlukai.

Perpisahan itu membuat saya hilang kendali atas diri saya sendiri. Perlahan saya mulai bangkit dan melepaskan semuanya. Perpisahan yang mengubah hidup saya, dan kini saya sangat bersyukur dengan perpisahan itu. Saya tidak pernah menyesal mengenalnya, dan pernah menempatkan dia dihati saya yang dalam. Saya hanya menyesal karena pernah memutar life mapping yang saya buat sendiri, membongkarnya menjadi lebih sederhana, sengaja mengubur mimpi besar dan tenggelam bersama rasa ingin terus bersamanya. Dan yang lebih parahnya lagi, saya tidak segera memperbaiki kesalahan itu tapi justru berpikiran untuk segera menikah.

“Kalau saya menikah maka saya akan terbebas dari semua rasa ini. I’ll be free!”

I knew it, very stupid right?. Diotak saya isinya cuma segera menikah, menikah dan menikah. Ya, percayalah rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau. Begitu juga dengan saya yang melihat teman-teman jauh lebih bahagia dibanding saya karena mereka telah memiliki suami atau minimal telah memiliki pacar. Tapi disatu sisi saya bersyukur dengan kesendirian saya ini, karena saya bisa lebih mengenali diri saya sendiri lebih dalam. Saya menjadi tahu kalau ternyata saya ini keras kepala, kalau sudah punya kemauan engga bisa dihalang-halangi bahkan oleh diri saya sendiri. Saya sendiri juga heran.

“Kamu tuh keras banget orangnya. Bahkan orang yang sayangi dan cintaipun engga bisa menghentikan kamu kalau kamu udah punya kemauan” – Teman saya bilang gitu –

Kemarin saking pengen banget nyelesain skripsi saya forsir badan dan otak saya, bahkan hari ini pun saya tidak pulang demi nylesain BAB IV skripsi saya. Disela-sela ngerjain itu , saya menjadi sadar “Oh, ternyata aku tuh kayak gini ya. Pantes banyak yang bilang aku ini keras kepala” . Dan kata-kata itu spontan gitu terucap dalam. Semenjak itu, tepatnya kemarin siang jadi jadi ingin lebih mengenal diri saya sendiri. Mengenal lebih dalam lagi siapa saya sebenarnya sebelum lebih jauh mengenali orang lain. Saya kembali semangat untuk menata ulang life mapping saya yang sempat dengan sengaja saya putar balik dan  saya kembali bermimpi besar. Saya tidak akan lagi “memaksa” untuk segera menikah cepat, tidak juga berusaha untuk memperbaiki keadaan yang sudah terjadi, saya hanya ingin memperbaiki diri saya. Fokus pada perbaikan diri , dan saya yakin jodoh tidak akan pernah tertukar, tidak akan pernah datang terlambat atau terlalu cepat. Biarlah jodoh itu tetap menjadi rahasia Allah, tugas kita hanya perlu memperbaiki diri : ).

“ Banyak perempuan yang mendadak menjadi totol hanya karena terlalu cinta pada pasangannya. Rasanya tidak ada perempuan yang pintar ketika mereka dihadapkan pada CINTA. Jadilah perempuan-perempuan cerdas agar mampu mencetak anak-anak yang jenius kelak ketika telah menjadi Ibu. Nikmati dulu masa mudamu sekarang, jangan terjebak pada pemikiran bahwa MENIKAH menyelesaikan masalah : ) ” – Desiani Yudha-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun