Mohon tunggu...
Desiani Yudha
Desiani Yudha Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Life long learning.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Being Too Social?

29 November 2015   18:35 Diperbarui: 29 November 2015   18:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IMG-20150815-WA0004

Bismillah, sudah hampir satu tahun ini hidup saya benar-benar mengalami banyak perubahan. Dari mulai hal yang kecil hingga hal-hal yang sedikit banyak menyentuh prinsip hidup. Saya tidak menyangka bahwa hidup saya berbalik 180 derajat. Bahkan hingga saat ini (saat saya menulis ini) saya masih tidak menyangka bahwa saya berada dititik ini. Sejak ulang tahun saya yang ke-23 tahun, banyak sekali perubahan yang saya alami. Entahlah. mungkin ini adalah keadaan alami yang pasti dialami seseorang ketika hendak menuju usia dewasa. Iya, sebentar lagi usia saya 24 tahun dan itu artinya saya sudah bisa disebut perempuan dewasa haha :D.

Satu tahun lalu, saya memutuskan untuk berhijrah. Memutuskan untuk meninggalkan kebiasaan buruk saya dan sedikit demi sedikit merubahnya dengan kebiasaan baik. Tentu saja itu bukan sesuatu yang mudah, bahkan hingga saat inipun saya masih terus belajar.

“Ya, Allah aku ingin berubah. Aku ingin lebih mengenalMu”

“Ya, Allah aku ingin ngaji”

Sungguh ALLAH maha pendengar doa. Tidak lama setelah itu, Allah pertemukan saya dengan orang-orang yang luar biasa , yang juga sama-sama ingin lebih mengenal-NYA. Ingatan saya kembali pada suatu malam diawal tahun 2015 , malam itu untuk pertama kalinya saya pergi ngaji. Malam itu untuk pertamakalinya saya kembali ngaji setelah bertahun-tahun tidak ngaji. Malam itu saya bertemu dengan orang-orang baru yang tidak saya kenal sebelumnya, ngaji bersama mereka. Kami Ngaji UMMI yang kalau saya bilang mirip IQRO pas jaman saya kecil.

Ya, semenjak malam itu hingga saat ini saya terus dipertemukan dengan orang-orang baru, orang-orang yang berbeda karakter, beda status sosial, beda pandangan, beda budaya dan beda “aliran keorganisasian” .  Sejak saat itu, saya ingin terus bergerak, terus berubah menjadi manusia yang tidak hanya punya nama dan bisa jalan-jalan. Sejak malam itu pula, mimpi-mimpi saya mulai menemukan jalannya. Dan, semenjak malam itu hidupku BERUBAH. Saya senang karena bisa bertemu dengan banyak orang dan belajar banyak dari mereka , tapi kadang saya juga rindu pada “hidup” saya. Berada ditengah-tengah orang banyak membuat saya bias. Kadang saya bingung, sebenarnya saya ini siapa dan bagaimana? Saya rasa saya mulai kehilangan diri saya sendiri.

Rapat bersama teman-teman BB

Sebelumnya saya tidak pernah peduli dengan pakaian yang saya kenakan, saya tidak mempedulikan merk baju apalagi merk lipstik. Biasanya saya bisa pakai baju apapun, orang jawa bilang “pokok nemplek”. Saya tidak pernah berpikir baju ini cocok atau tidak, baju ini pantes enggak, atau saya nanti mau dandan gimana ya. Sebelumnya pun saya bisa bicara seenak saya, tanpa berpikir gimana respon orang lain. Ah, tapi tidak untuk akhir-akhir ini. Dalam kerumunan orang-orang baru itu saya lebih banyak diam, saya tidak banyak bersuara tapi lebih banyak mendengarkan. Ah, kenapa saya menjadi begitu peduli pada omongan orang lain?.

Dari mereka saya belajar tentang banyak hal. Saya belajar tentang arti keikhlasan membantu orang lain, kerja keras, sabar dan persatuan dari salah satu organisasi yang saya ikuti. Dari organisasi lain saya belajar bagaimana menghadapi begitu banyak perbedaan karakter manusia. Ditempat lain saya belajar bagaimana hidup biasa, sederhana, tidak neko-neko. Ya, saya mendapat beragam ilmu dari mereka. Mulai dari ilmu agama, komunikasi, bisnis, hingga ilmu gimana memilih warna baju sampai warna lipstick yang sesuai.  Ah, rasanya saya seperti bunglon yang berwarna-warni. Perubahan memang selalu datang dengan dua sisi, positif dan negatif. Disisi positif saya mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman, jaringan sosial saya semakin luas, saya mulai memiliki banyak teman dari berbagai macam latar belakang, bersama mereka pikiran dan wawasan saya semakin bertambah luas, Tapi, disatu sisi berkumpul bersama mereka membuat saya bias dan mulai mempertanyakan apa yang saya inginkan, bagaimana diri saya yang sesungguhnya. Kadang bersama mereka saya tidak sebebas ketika bersama sahabat-sahabat saya. Saya lebih memilih banyak diam daripada harus dinilai negatif oleh mereka.

Memiliki banyak teman memang akan memperluas jaringan sosial. Dijaman sekarang ini jaringan sosial amat penting untuk bertahan hidup. Dengan mengenal banyak orang kita akan mudah untuk keluar masuk dan ditolong orang dalam kondisi yang apapun. Dan itu sudah saya buktikan sendiri beberapa kali. Saat saya sedang membutuhkan sesuatu atau perlu bantuan , selalu ada yang bisa dimintai tolong. Intinya dari jaringan sosial itu pula banyak kemudahan yang saya dapatkan. Tapi kembali lagi, bahwa perubahan tidak selalu positif.

Jadi bagaimana, masih ingin berubah? Yay or Nay?? :D

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun