Mochtar Naim adalah seorang sosiolog dalam masyarakat Minangkabau, ia menyatakan bahwa merantau berarti migrasi, tetapi merantau adalah jenis migrasi khusus dengan makna budaya yang unik yang tidak dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Dari sudut pandang sosiologis, istilah tersebut mencakup setidaknya enam elemen kunci. Artinya, meninggalkan tempat kelahiran dengan sukarela atau tanpa sengaja, baik untuk waktu yang lama, dengan tujuan mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari pengalaman. Ini adalah sistem sosial yang tetap. Kegiatan merantau ini merupakan sebuah budaya bagi masyarakat Minangkabau.
Ada beberapa motivasi orang Minangkabau untuk pergi merantau. Dari sudut pandang ekologi, masyarakat Minangkabau cenderung bergerak karena daya dukung alamnya terhadap populasi yang terus meningkat semakin berkurang dan melewati garis keseimbangan.
 Faktor ekonomi juga menjadi pendorongnya. Seperti diketahui, jumlah penduduk terus meningkat dan tidak melibatkan pekerjaan tambahan. Hal ini juga terjadi di Minangkabau. Pria akan sangat malu jika mereka tidak bekerja. Jadi, daripada di cap pengangguran dan duduk-duduk saja di rumah, pria lajang bekerja membantu orang tua. Ketika kebutuhan terus bertambah, pria merasa bahwa mereka hanya menambah beban orang tua. Kemudian pria tersebut mulai berpikir untuk mencari pekerjaan baru agar tidak terus bergantung pada orang tuanya. Karena hal itulah merantau menjadi  satu-satunya solusi. Dengan merantau diyakini dapat mengatasi masalah ekonomi dan keuangan keluarga.
Pendidikan juga merupakan faktor pendorong utama untuk pergi merantau. Kota-kota besar menjadi daya tarik bagi para petani dan pedagang yang sudah tidak memiliki lahan pertanian maupun tanah lagi, sehingga hidup di desa sudah tidak tertahankan. Selain itu, keberadaan hukum adat basandi sara', sara' basandi kitabullah menekankan perlunya masyarakat Minang untuk memperoleh pengetahuan tentang Islam. Karena terbatasnya tingkat pendidikan di daerah Minang, mereka yang ingin menuntut ilmu akan meninggalkan daerah Minang.
Penyebab lainnya adalah ingin melanjutkan kesuksesan perantau-perantau sebelumnya. Adanya kisah-kisah orang sukses dari masa lalu menjadi motivasi lain untuk mendorong tradisi merantau masyarakat Minang. Semua masyarakat Minang, terutama anak muda, bangga dengan keberhasilan para pendahulunya dan berharap mendapatkan kesuksesan yang sama pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H