Mohon tunggu...
Desi Andriani sitompul
Desi Andriani sitompul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Hobi menari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme terhadap Anak yang Kurang Percaya Diri dalam Dunia Pendidikan

21 Desember 2022   07:33 Diperbarui: 21 Desember 2022   07:35 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Dalam dunia pendidikan tentu saja kita harus bisa mengenali psikologi peserta didik ,itu sebabnya kenapa banyak penerapan penerapan teori belajar di buat sesuai kebutuhan peserta didiknya,  contohnya: penerapan teori  belajar konstruktivisme yang  harus di kembangkan   dalam dunia pendidikan, lalu apa sih pengertian dari teori belajar konstruktivisme itu sendiri?. Konstruktivisme menurut Piaget (1971) adalah sistem penjelasan tentang bagaimana siswa sebagai individu beradaptasi dan memperbaiki pengetahuan. Konstruktivisme merupakan pergeseran paradigma dari behaviourisme ke teori kognitif.
Teori belajar konstruktivisme itu sendiri yaitu teori yang lebih mengendepankan rasa  keaktifan sehingga peserta didik dibebaskan untuk beragumentasi serta bisa mengemukan pendapat tentang pengalam apa yang dimiliki. Konstruktivisme mendalilkan bahwa pengetahuan tidak mungkin ada di luar pikiran kita; faktanya tidak mutlak; dan pengetahuan tidak ditemukan tetapi dibangun oleh individu berdasarkan pengalaman. dalam konstruktivisme, Pembelajaran disajikan dalam bentukproses konstruktif di mana pembelajar.menciptakan gambaran batin Pengetahuan, interpretasi pengalaman sendiri Representasi ini selalu terbukauntuk pengeditan, strukturnya danhubungan timbal balik mereka membentuk dasar merekatetap berpegang pada struktur data. Konstruktivisme berdasarkan pembelajaran darinya berlangsung melalui partisipasi aktif siswa dalam konstruksi pentingnya  pengetahuan doktrin konstruksionishanya mempromosikan motivasi berpikir kritis dan motivasi siswa belajar mandiri. Konstruktivisme ada konsekuensi penting untuk pelajaran.
 Maka dari itu penerapan ini  terori belajar sangat cocok sekali pada peserta didik yang memiliki rasa kurang percaya diri. Rasa kurang percaya diri yang dimiliki peserta didik dapat mengahambat  berjalanya proses penerapan teori konstruktivisme dia dalam dunia pendidikan. Pada hakikatnya manusia mempunyai rasa percaya diri, namun rasa percaya diri itu berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Ada yang memiliki rasa percaya diri kurang dan ada yang memiliki lebih, sehingga  keduanya menampakkan.perbedaan tingkah laku. Jika seseorang mempunyai rasa percaya diri kurang, ia akan menunjukkan perilaku yang berbeda dengan  orang pada umumnya seperti tidak bisa berbuat banyak, selalu ragu dalam menjalankan tugas, tidak berani berbicara banyak jika tidak mendapat dukungan dan lain sebagainya kekurangan-kekurangan yang dirasakan.
Kurang percaya diri atau minder adalah perasaan diri tidak mampu dan mengaggap orang lain lebih baik dari dirinya. Orang yang merasa minder cenderung bersikap egosentris, memposisikan diri sebagai korban, merasa tidak puas terhadap dirinya, mengasihani diri sendiri, mudah menyerah dan mengaggap dirinya tidak mempunyai kemampuan yang berarti.
Ciri ciri anak yang kurang percaya diri
a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan.
b. Gugup dalam berbicara.
c. Tidak tahu cara untuk mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu.
d. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggap lebih dari dirinya.
e. Mudah putus asa.
f. Cenderung bergantung pada orang lain.

Faktor faktor kenapa anak memilki rasa kurang percaya  diri , antara lain:
-Faktor intrnal
1.Biasanya  peserta yang memilki rasa kurang percaya diri  memilki sifat yang tertutup
 enggan  berbicara  kepada sekitar dan memilki sifat sensitif
2.Peserta didik  yang kurang percaya diri  lebih memilih untuk menyelesaikan  masalahnya sendiri.
3. Peserta didik yang kurang percaya diri cenderung iri atas pencapaian orang di sekitarnya
4. peserta didik cenderung melihat bahwa tidak ada yang mendukungnya dalam pencapaian yang akan dia buat.
5.Bisa saja faktor trauma yang dimilkinya karena peserta didik cenderung menyelesaikan masalahnya dengan sendiri .
6.Cacat tubuh, seperti pincang, juling, terlalu tinggi dan terlalu pendek, menderita kelainan, terlalu gemuk, terlalu kurus, rendahnya tingkat kecerdasan, serta tertinggal pelajaran.

-Faktor eksternal
1.Peserta  yang kurang percaya diri cenderung  dalam pembelajaran tergolong prestasi  belajarnya  rendah.
2.  Peserta didik  yang memiliki sifat kurang percaya diri biasanya sering dibanding bandingkan dengan yang lain.
3.  Peserta didik yang memilki sifat percaya diri karena kurangnya dukungan dan perhatian dari lingkungan sekitar misalnya orang tua.
4. Peserta didik yang  biasanya pendapat atau pernyataanya kurang di dengar / pendapat atau keluhan yang sering diabaikan
5.Bisanya faktor ekstrenal ini dituntut harus bisa mencapai tujuan yang tidak diinginkanya.
6.Suasana lingkungan yang tidak kondusif serta konflik orang tua menyebabkan anak tidak tenang. Hal ini akan membuat anak kehilangan rasa aman dan damai, sehingga anak merasakan tidak tentram dan menyebabkan anak kurang percaya diri.

Tujuan teori konstruktivisme dalam dunia pendidikan
Tentu saja jika di dalam dunia pendidikan teori belajar ini sangat berpengaruh untu Dapat mengubah sedikit demi sedikit rasa kurang percaya diri seorang peserta didik ,karena teori mengdepankan rasa keatifan peserta didik tanpa adanya paksaan dari pihak lingkungan sekitar. Jika ini di terapkan secara mendalam dalam dunia pendidikan maka peserta didik dapat juga melatih berbicara di depan umum dan lancar dalam hal publik speaking.

Penerapan teori Konstruktivisem pada anak yang kurang percaya diri
-Dalam dunia pendidikan
1.Peran guru yaitu memberikan suatu bentuk pujian atas usaha peserta didik
2. Guru menerapkan dan menjelaskan kepada peserta didk tentang growt mindeset (tidak ada satu pun siswa yang sempurna).
3.Bantu peserta didik menumbuhkan rasa percaya diri dengan memberikan motivasi

-Dalam keluraga
1.Jadilah pendengar yang baik Sesibuk apapun,
ketika anak meminta perhatian kita, cobalah untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh.Tinggalkan pekerjaan, tatap matanya, dan biarkan anak berbicara. Mengabaikannya akan membuat anak merasa tidak berharga, tidak layak untuk diperhatikan, dan hal itu mengoyak rasa percaya dirinya.
2. Tunjukkan sikap menghargai
Sekalipun keinginannya mungkin tidak bisa nada dipenuhi. Memaksa anak untuk selalu menuruti keinginan kitaakan merusak percaya dirinya
3.Biarkan ia membantu
Meski masih kecil, anak sudah bisa memabantu, Contohnya membawakan kantong belanjaan anda yang tidak terlalu berat. Rasa bangga karena  bisa membantu anda akan memupuk rasa percaya diri anak.
4. Biarkan anak melakukan sendiri apa yang sudah bisa anak lakukan
Contoh sederhana ketika anak ingin mengambil lauk sendiri dimeja makan saat makan bersama, mengapa harus dilarang. Justru sebaliknya, dukung anak meski ia terlihat masih kikuk saat melakukannya. Intinya, selain perhatian dan dukungan, berikan padanya kebebasan untuk melakukan apa yang sudah bisa anak lakukan, maka semua itu akan membuat anak tahu, kita percaya anak bisa, dan anak memang bisa

5. Memilah pujian
Tentu saja, anak kecil butuh bnyak motivasi,apakah ketika mereka belajar merangkak, melempar bola, atau membuat gambar lingkaran. Tapi akan menjadi begitu terbiasa mendengar kata "adik pintar" sehingga anak bisa kesulitan untuk benar-benar menyadari ketika pencapaian yang anak lakukan memang patut dirayakan. Jangan puji anak ketika melakukan sesuatu yang memang sudah seharusnya ia lakukan. Ketika anak menggosok gigi dan memasukkan baju kotornya kekeranjang cucian mislanya, ucapan " terima kasih" sudah cukup.
6.Mengajak memecahkan masalah
anak akan membangun kepercayaan diri ketika mereka berhasil berorganisasi untuk mendapatkan apa yang di nginkan. Orang tua bisa mengajarkan anak yang masih sangat kecil untuk mencoba memecahkan masalah sendiri. Kuncinya adalah: tidak banyak bicara. Jika anak menghampiri orang tua dengan keluhan bahwa temannya merebut mobil-mobilan kesayangannya ketika bermain di taman, tanyakan pada anak cara seperti apa yang bisa dilakukan agar anak mendapatkan kembali mainannya. Bahkan jika ide pertama terlontar dari mulut si kecil adalah menarik paksa mainan itu dari tangan temannya, tanyakan pada anak, apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya jika anak melakukan hal itu. Lalu tanyakan, "bisa adik mencari cara lain untuk mendapatkan kembali mobil-mobilan itu tanpa berantem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun