Mohon tunggu...
Desi Ais
Desi Ais Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PGSD UNISNU Jepara

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menjaga Keharmonisan Dalam Keberagaman: Pendidikan PKn Sebagai Kunci Kerukunan Sosial

31 Desember 2024   06:20 Diperbarui: 31 Desember 2024   06:19 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Keanekaragaman ini merupakan kekayaan yang tak ternilai dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Namun, di tengah keberagaman tersebut, muncul tantangan besar dalam menjaga keharmonisan dan persatuan. Konflik sosial, intoleransi, dan ketegangan sering kali menjadi ancaman yang dapat mengganggu stabilitas masyarakat. Untuk mengatasi hal ini, pendidikan memainkan peran yang sangat strategis, terutama dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi salah satu sarana penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya hidup rukun di tengah perbedaan. Dengan fokus pada pembentukan karakter, pemahaman terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta penghormatan terhadap nilai-nilai demokrasi, PKn berperan sebagai kunci dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghargai. Melalui pendidikan yang berorientasi pada penguatan nilai-nilai kebinekaan, Indonesia diharapkan dapat menjaga kerukunan sosial di tengah tantangan keberagaman.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berperan sebagai kunci untuk mencapai kerukunan sosial di tengah keberagaman negara kita. Melalui PKn, siswa diajarkan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati yang sangat diperlukan untuk hidup berdampingan secara damai. Selain itu, pendidikan ini membantu menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan harmonis. Dalam lingkungan seperti ini, setiap siswa merasa diterima dan dihargai tanpa memandang latar belakang mereka. Dengan mengedepankan dialog terbuka tentang perbedaan dan memperkuat pemahaman akan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan moral bangsa (Hakim, 2023).

 PKn membantu pengembangan karakter positif di kalangan generasi muda. Ini penting karena anak-anak yang tumbuh dengan pemahaman tentang keberagaman cenderung lebih mampu menghadapi tantangan sosial di masa depan. Oleh karena itu, melalui pembelajaran PKn yang efektif, kita bisa membangun masyarakat yang lebih toleran dan damai. Dengan memahami bagaimana pendidikan ini dapat membentuk sikap positif terhadap perbedaan serta menciptakan suasana belajar yang sehat bagi semua siswa, kita bisa melihat betapa pentingnya peranan PKn dalam menjaga keharmonisan dalam keberagaman di Indonesia.

PKn memiliki nilai nilai yang dapat diterapkan untuk menciptakan kerukunan dan keharmonisan di lingkungan sekolah dasar. Nilai nilai yang dapat diajarkan kepada siswa yaitu, seperti nilai toleransi. Toleransi adalah sikap menghargai, menerima, dan menghormati antar sesame individu maupun kelompok. Menurut Tillman (2004: 95) toleransi adalah saling menghargai, melalui pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi di sebut sebagai faktor esensi untuk perdamaian. Nilai toleransi merupakan sikap menghargai, atau menghormati perbedaan baik itu dalam hal keyakinan, budaya, agama, ras, maupun argumen. Nilai toleransi dapat ditanamkan dalam pendidikan melalui proses pengajaran yang melibatkan interaksi antara guru dan murid.

Dalam pembelajaran, siswa dapat diajarkan untuk menerima keberagaman dan diajarkan tidak memaksa kehendak atau keyakinan kepada temannya agar terciptanya kerukunan antar siswa. Contoh penerapannya yaitu mengajarkan siswa menghormati temannya yang sedang melaksanakan ibadah, sebagai guru kita harus memberi contoh seperti memberi waktu siswa yang berbeda keyakinan untuk melaksanakan ibadah. Selain itu mengajarkan peserta siswa agar tidak membeda bedakan teman karena latarbelakang yang berbeda, seperti latarbelakang kebudayaan, ras, suku, maupun latarbelakang sosial yang berbeda dengan cara mendorong siswa untuk mengenalkan latarbelakang mereka agar siswa dapat mengetahui latarbelakang temannya masing masing sehingga mereka dapat memberikan empati kepada sesama.

Pendidikan PKn juga mengajarkan nilai kerjasama yang merupakan aspek penting dalam membangun sikap gotong royong dan kebersamaan, hal ini dapat mendorong siswa untuk menciptakan lingkungan yang rukun dan harmonis. Lie (2007 : 27) menjelaskan bahwa, kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Dalam pembelajaran PKn seorang guru mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan seperti kerja bakti, sehingga mereka dapat memahami pentingnya saling mendukung demi tujuan bersama. Contohnya seorang guru mendorong diskusi dan kerja sama dalam kelompok yang beragam. Implementasinya, siswa membuat tugas kelompok yang anggotanya beragam sehingga siswa belajar bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakang, serta memecahkan masalah bersama.

Pendidikan PKn juga menanamkan nilai keadilan. Nilai keadilan mengajarkan siswa untuk memperlakukan semua orang dengan setara, tanpa memandang latarbelakang, agama, suku, atau status sosial. Ketika siswa memahami pentingnya keadilan, mereka akan lebih mudah menjalin hubungan harmonis dengan teman-temannya di sekolah. Contohnya, dalam kegiatan belajar kelompok, siswa belajar untuk berbagi tugas secara merata dan menghargai kontribusi setiap anggota. Selain itu, melalui praktik keadilan, konflik kecil yang sering muncul di antara siswa dapat diselesaikan dengan bijak, sehingga tercipta lingkungan sekolah yang damai dan penuh toleransi.

Selain itu nilai musyawarah mufakat juga diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di tingkat SD. Nilai ini memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif, rukun, dan harmonis. Dalam musyawarah, siswa dibimbing untuk mendengar pandangan orang lain, menghormati keberagaman, dan menemukan solusi terbaik secara kolektif. Proses ini melatih siswa untuk berkomunikasi dengan santun, memahami sudut pandang teman-temannya, dan menghormati keputusan bersama. Ketika nilai ini diterapkan di lingkungan sekolah, siswa belajar untuk bekerja sama tanpa diskriminasi, sehingga semua pihak merasa diterima dan dihargai. Dengan demikian, musyawarah mufakat menjadi pondasi bagi terciptanya kerukunan dan keharmonisan, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di masyarakat luas.

Implementasi nilai musyawarah mufakat dalam lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif. Contohnya, ketika siswa menghadapi masalah dalam pembagian tugas kelompok, guru dapat membimbing mereka untuk berdiskusi bersama dan mencari solusi yang disepakati semua pihak. Selain itu, dalam pengambilan keputusan terkait kegiatan kelas, seperti memilih tema acara atau menentukan jadwal piket, siswa diajak berdialog dan menyampaikan pendapatnya dengan terbuka. Guru berperan sebagai fasilitator yang memastikan semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara, sehingga suasana musyawarah berjalan inklusif dan demokratis. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar tentang konsep musyawarah mufakat, tetapi juga mempraktikkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil yaitu, di lingkungan sekolah nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dengan cara menciptakan suasana inklusif. Misalnya, dengan mendukung kerja sama antar siswa yang berbeda suku, agama, atau budaya, serta memberi kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Hal ini dapat membantu menciptakan sekolah yang tidak hanya harmonis, tetapi juga saling mendukung dan menghargai perbedaan. Melalui penguatan nilai-nilai PKn, baik di sekolah maupun di masyarakat, kita dapat memperkuat ikatan sosial dan memastikan terciptanya lingkungan yang damai dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun