Program yang diusulkan memang terkesan defensif, yaitu masyarakat peserta program diarahkan untuk melakukan penghematan air, dan bukan ofensif dalam bentuk menggugat keberadaan dan peran industri pariwisata di Bali. Oleh karena itu, program juga diterapkan kepada turis yang datang berkunjung ke Bali agar tercipta sinergitas dengan pengguna utama air lainnya. Komunikasi dengan pemerintah lokal (desa) juga dilakukan untuk menciptakan sinergi dalam bentuk keselarasan arah dan gerak dalam menangani masalah krisis air di Bali.
Program pengabdian masyarakat ini telah mulai dilakukan sejak Mei 2018 dan masih berlangsung sampai dengan saat ini. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain penyebaran stiker hemat air kepada para turis di daerah-daerah pariwisata yang mengkonsumsi banyak air (Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Ubud) serta penyuluhan bagi warga di Desa Tianyar, Karang Asem yang memiliki beberapa dusun yang kering selain beberapa dusun lainnya dengan debit air normal. Kesadaran masyarakat dibangun akan pentingnya konservasi air, terutama untuk penggunaan air di rumah tangga, pertanian dan peternakan. Tim juga memberikan kontribusi dana untuk pembangunan cubang, yaitu wadah penampung air hujan untuk mengantisipasi musim kemarau panjang.
Cara lain yang dikampanyekan adalah hemat air saat wudhu, karena Rasulullah sendiri mencontohkan:
"Bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa 'alihi wasallam berwudhu dengan satu mud (kira-kira kadar dua telapak tangan terbuka)" (HR Al Bukhari Muslim)
Bagi anda yang suka jalan-jalan ke Bali atau tempat wisata lainnya, jangan lupa berkontribusi menjaga lingkungan, termasuk air, meski sedang berwisata ya. Penghematan air yang kita lakukan, sekecil apa pun, akan berkontribusi bagi terjaganya sumber daya alam yang mulai terbatas ini.
