Sudah sekian lama tanggal 17 Agustus menjadi ‘hari keramat’ bagi bangsa Indonesia. Di tanggal tersebut rakyat Indonesia menyambut dengan sukacita hari kemerdekaannya. Telah 67 tahun sejak hari bersejarah itu dikumandangkan. Namun apakah yang telah kita dapatkan?
Indonesia saat ini tidak selayaknya sebuah negara yang telah 67 tahun merdeka. Jika dinisbahkan pada manusia harusnya ini telah menjadi usia dewasa bagi Indonesia. Usia dewasa dimana seseorang mampu untuk memiliki kedaulatan atas dirinya. Usia dewasa disaat dia menentukan sikap atas diri dan rakyatnya. Namun, kita lihat Indonesia tidak memilikinya. Indonesia terlibat pada perjanjian-perjanjian yang justru merugikan rakyatnya. Freeport adalah buktinya. Telah lama dia bercokol di pulau emas terbesar di Indonesia. Mengeruk kekayaan rakyat hingga tanah yang semula terdiri atas tiga gunung kini hanya tinggal dua lembah dengan satu gunung yang sudah mulai di eksplorasi pula. Indonesia dengan sadar mengambil hutang dari IMF yang membuatnya terikat dengannya hingga berpuluh-puluh tahun. Indonesiapun ikut terjun dalam WTO yang notabene justru membuatnya ‘terjebak’ dengan MoU untuk mendzolimi rakyatnya. Lalu, apakah ini yang disebut dengan merdeka?
Kemerdekaan hakiki adalah lepasnya negara ini dari ‘penjara’ Kapitalisme yang telah menyeret dan menjeratnya dalam krisis multidimensi ini. Kemerdekaan yang hakiki adalah ketika Indonesia secara nyata terbebas dari belenggu berbagai MoU negara-negara Kapitalisme yang selama ini telah merugikan dirinya. Sudah saatnya Indonesia benar-benar merdeka dengan meninggalkan sistem Kapitalisme yang telah membawa keegoan pada penguasanya dan melupakan rakyatnya. Indonesia harusnya menggunakan sistem lain yang tidak mengaitkan seseuatu apapun pada kepentingan seorang manusia. Sistem yang berasal dari Sang Pencipta alam semesta. Sehingga kemerdekaan hakiki akan benar-benar diraihnya. Dan rakyat akan dengan sukacita hidup dalam kesejahteraan dengan aturan dari Pencipta manusia yang Maha Mengetahui segala kebutuhan manusia dan alam semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H