Mohon tunggu...
Desi Ratna Sari
Desi Ratna Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Umum

Orang biasa yang lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Refleksi Makna Kemerdekaan dalam Novel Maut dan Cinta Karya Mochtar Lubis

5 Mei 2024   09:45 Diperbarui: 5 Mei 2024   09:56 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Revolusi kemerdekaan Republik Indonesia pecah. Namun bukan berarti perjuangan melawan penjajah telah usai sampai disini. Proklamasi bukanlah akhir dari pergolakan perang yang dilakukan Belanda terhadap negara bekas jajahannya, Indonesia. Revolusi menjadi awal untuk terus memperjuangkan kemerdekaan bangsa dari rongrongan penjajah yang ingin merebut kembali Indonesia kedalam pelukan kekuasaannya secara garang.

Maut dan Cinta, merupakan salah satu novel karya Mochtar Lubis. Seorang penulis jenama Indonesia era 90-an. Seperti novel-novelnya yang lain, novel ini juga menyayat kehidupan revolusi kemerdekaan yang relatif masih muda. Novel dengan tebal 372 halaman ini mengurai bagaimana perjuangan masih tetap harus di lakukan oleh orang-orang Indonesia bahkan setelah memproklamirkan diri menjadi sebuah negara yang merdeka. Melalui novelnya ini, Mochtar Lubis mengajak kita untuk merefleksikan apa itu makna kemerdekaan.

Kemerdekaan bukan sekadar tidak lagi dijajah oleh bangsa asing. Tetapi lebih daripada itu, kemerdekaan berarti bangsa kita tidak lagi diperintah dan dikuasai oleh bangsa lain. Kemerdekaan bukan hanya merubah sistem pemerintahan yang pada mulanya dipimpin oleh gubernur jenderal orang Belanda kemudian beralih kepemimpinannya oleh orang Indonesia, melainkan juga merubah penghidupan rakyat, lahir dan batinnya. Semua rakyat memiliki hak yang setara, tidak ada tinggi dan rendah. Anak seorang tukang becak punya kesempatan yang sama dengan anak menteri atau pun presiden. Merdeka berarti rakyat Indonesia harus bebas dari kelaparan, kebodohan, ketakutan dan penindasan yang dilakukan oleh siapapun.

Revolusi kemerdekaan berarti melahirkan manusia Indonesia yang baru. Yaitu manusia yang sadar akan harga dirinya, berjiwa dan berpikir bebas. Ia memliki suatu tekad keinginan untuk hidup merdeka sebagai manusia merdeka di antara umat manusia yang lainnya. Merdeka juga berarti hukum harus berlaku bagi setiap orang tanpa pandang bulu. 

Selain itu, pendidikan juga mesti selalu digalakkan. Pendidikan tidak hanya mencakup yang resmi atau formal saja, tetapi juga mencakup pendidikan yang bisa diberikan oleh para pemimpin secara pribadi agar hidupnya bersih, sederhana, sopan santun dan jujur dalam bertingkah laku. Ia mesti menjadi teladan yang baik bagi rakyatnya.

Merdeka berarti musyawarah harus diteguhkan untuk menyelesaikan pertikaian antara kita. Paksaan dan kekerasan merupakan cara-cara paling primitif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan antara manusia. Di bumi Indonesia yang merdeka, jangan ada lagi tempat-tempat pembuangan politik atau penjara-penjara sebagai tempat untuk menahan tahanan politik. Terbuang dari tanah air dan bangsanya. Jangan ada pemburuan terhadap orang-orang yang berbeda agama atau keyakinan politiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun