Anak dari Tamara Tyasmara, yang diberi nama Raden Khalif Andante Pramuditya, meninggal dunia pada hari Sabtu (27/1) pekan lalu. Bocah laki-laki berusia enam tahun itu meninggal saat sedang berenang di kolam renang di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Tamara, sang artis, telah menerima kenyataan bahwa putranya meninggal karena tenggelam. Meskipun demikian, ia masih merasa bingung mengapa Dante, yang terampil dalam berenang dan selalu berada diawasi, bisa tenggelam.
"Semua saksi menyatakan bahwa dia tenggelam. Saya masih belum dapat memberikan respons sepenuhnya, tapi saya yakin Dante meninggal karena tenggelam. Namun, pertanyaan yang tetap ada di benak saya adalah mengapa hal tersebut bisa terjadi, terutama karena Dante mahir berenang dan selalu berada diawasi oleh orang dewasa," ujar Tamara kepada media di rumahnya pada Selasa (30/1).
1. Ingin Gelar Tahlilan Tujuh Hari
Tamara Tyasmara telah memperoleh rekaman CCTV dari lokasi kejadian, namun pada hari ketiga setelah meninggalnya Dante, dia belum merasa cukup kuat untuk melihatnya karena takut akan kesulitan melaksanakan tahlilan. Ia berkomitmen untuk melihat isi rekaman setelah tujuh hari berlalu.
"Saya baru bisa makan, bisa minum, sejak kemarin saya tidak bisa masuk. Karena setiap hari saya selalu bersama Dante, kehilangannya sangat berat bagiku. Saya bingung dan seakan-akan ingin mati. Jadi, jika disuruh melihat rekaman CCTV, wah, nanti tahlilan saya menjadi kacau. Saya ingin membuat tahlilan selama tujuh hari berturut-turut. Saya takut akan merasa sangat terpuruk jika melihatnya sekarang," ungkap wanita berusia 29 tahun tersebut.
2. Butuh Dikuatkan Melihat CCTV
Setiap hari, staf dari kolam renang memberikan dukungan kepada Tamara Tyasmara dengan berkunjung ke rumahnya. Mereka tidak memberikan banyak informasi terkait peristiwa tersebut, memilih untuk membiarkan Tamara melihat sendiri dari rekaman CCTV sebagai bukti.
"Pihak kolam renang memberikan bantuan yang sangat berarti. Mereka sangat bertanggung jawab dan selalu datang ke sini setiap hari. Mereka bersedia membantu menjelaskan, tetapi mereka meminta agar saya melihat langsung bukti rekaman. Mereka khawatir bahwa memberikan informasi tanpa bukti dapat menimbulkan fitnah. Insya Allah, setelah saya siap secara emosional, tidak perlu menunggu tujuh hari. Saat ini, yang saya butuhkan adalah kekuatan untuk menghadapi situasi ini," ungkap Tamara dengan tegas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H