Mohon tunggu...
Desfia Gita Safitri
Desfia Gita Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Tanah Universitas Andalas

Konsevasi Tanah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Konservasi Tanah melalui Penanaman Tanaman Obat di Jorong Suduik

24 Agustus 2024   10:45 Diperbarui: 25 Agustus 2024   12:37 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penanaman Toga oleh Mahasiswa KKN Universitas Andalas

Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah jenis tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti demam dan batuk. Tanaman toga juga dikenal sebagai apotek hidup atau obat-obat ringan. TOGA memiliki efek farmakologis yang positif terhadap tubuh manusia dan biasanya ditanam di skala rumah maupun komunal. Tanaman toga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang dapat dibuat dengan mudah.

Program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berfokus pada pembuatan Taman Obat Keluarga (TOGA) di Jorong Suduik oleh mahasiswa Universitas Andalas merupakan sebuah langkah konkret yang patut mendapatkan perhatian serius dan apresiasi. Di era yang semakin modern ini, ketika akses terhadap pelayanan kesehatan masih menjadi tantangan di berbagai daerah pedesaan, program ini memberikan harapan baru bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan mereka dengan cara yang lebih alami dan terjangkau. Program ini bukan hanya sebuah bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, tetapi juga sebuah upaya strategis dalam membangun kemandirian dan ketahanan kesehatan komunitas lokal.

Keberadaan TOGA di Jorong Suduik memiliki peran ganda. Di satu sisi, ia berfungsi sebagai solusi bagi masyarakat dalam mendapatkan pengobatan alami. Tanaman-tanaman seperti jahe, kunyit, sereh, dan kemangi yang ditanam dalam program ini telah dikenal luas memiliki khasiat medis. Di sisi lain, program ini juga memperkuat kearifan lokal dalam penggunaan bahan-bahan alami sebagai obat tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dengan kata lain, program TOGA ini tidak hanya mengembalikan praktik pengobatan alami ke pangkuan masyarakat, tetapi juga melestarikan warisan budaya yang semakin lama semakin terpinggirkan oleh kemajuan teknologi medis modern.

Selain manfaat kesehatan yang jelas, program TOGA ini juga membawa dampak positif dalam aspek ekonomi. Masyarakat tidak hanya dapat menggunakan tanaman obat ini untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga memiliki peluang untuk menjual hasil panen mereka di pasar lokal atau bahkan di luar daerah. Hal ini tentunya memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan pengelolaan yang baik, TOGA juga bisa menjadi sebuah industri kecil yang menghasilkan produk-produk turunan seperti jamu, minyak esensial, atau produk perawatan tubuh berbasis bahan alami. Potensi ini memberikan peluang besar bagi pengembangan ekonomi lokal dan pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan.

Dari perspektif lingkungan, TOGA berkontribusi pada upaya penghijauan dan pelestarian lingkungan. Pemanfaatan lahan kosong yang sebelumnya tidak produktif menjadi area hijau yang penuh dengan tanaman obat, tentu memberikan dampak positif pada ekosistem lokal. Tanaman-tanaman ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber obat, tetapi juga sebagai penyerap karbon dioksida, yang membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Selain itu, tanaman obat yang ditanam secara organik tanpa penggunaan pestisida kimia, juga berkontribusi pada kelestarian tanah dan air di sekitarnya, menjaga keseimbangan ekosistem yang lebih luas.

Budidaya Taman Obat Keluarga (TOGA) yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Universitas Andalas di Jorong Suduik tidak hanya berkontribusi pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap konservasi tanah di wilayah tersebut. Dengan memanfaatkan lahan kosong untuk menanam berbagai jenis tanaman obat, para mahasiswa secara langsung membantu mengurangi erosi tanah yang sering menjadi masalah di daerah pedesaan. Akar tanaman obat yang ditanam berfungsi sebagai penahan tanah, sehingga mampu menjaga struktur tanah agar tetap stabil dan tidak mudah tergerus oleh air hujan. Selain itu, praktik budidaya TOGA yang lebih mengutamakan metode organik tanpa penggunaan bahan kimia berbahaya juga membantu menjaga kesuburan tanah dan kelestarian ekosistem lokal. Dengan demikian, inisiatif budidaya TOGA oleh mahasiswa KKN Unand ini tidak hanya memperkuat kemandirian kesehatan masyarakat, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan di Jorong Suduik.

Jenis-jenis tanaman yang dipilih dalam program ini antara lain kunyit, sereh, dan kemangi. Tanaman kunyit (Curcuma longa) dipilih karena akarnya yang kuat mampu mengikat tanah, sehingga efektif dalam mencegah erosi. Selain itu, kunyit juga memiliki manfaat sebagai bahan obat tradisional yang kaya akan antioksidan dan senyawa anti-inflamasi. Sereh (Cymbopogon citratus) juga merupakan tanaman yang memiliki akar serabut yang dapat memperkuat struktur tanah. Selain berfungsi dalam konservasi tanah, sereh dikenal memiliki aroma yang khas dan sering digunakan dalam pengobatan tradisional serta sebagai bumbu masakan. Sereh juga memiliki sifat antimikroba dan antioksidan. Kemangi (Ocimum basilicum) dipilih karena kemampuannya dalam memperbaiki kesuburan tanah melalui peningkatan kandungan nitrogen. Akar tanaman kemangi juga membantu menahan air di dalam tanah, yang penting dalam mencegah kekeringan pada musim kemarau.

Sebagai mahasiswa, saya memahami bahwa upaya kami ini mungkin hanya langkah kecil dalam skala yang lebih besar. Namun, saya yakin bahwa perubahan besar selalu dimulai dari tindakan-tindakan kecil. Saya berharap bahwa program ini tidak hanya berakhir setelah masa KKN usai, tetapi dapat terus berlanjut dan berkembang. Jika lebih banyak mahasiswa, akademisi, dan masyarakat yang terlibat dalam upaya serupa, saya percaya kita dapat bersama-sama menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di berbagai daerah. Penanaman Toga untuk konservasi tanah mungkin tampak sederhana, tetapi jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berkelanjutan, ia dapat menjadi salah satu solusi dalam menjaga bumi kita tetap subur dan lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun