Mohon tunggu...
Jourast Ladzuardy
Jourast Ladzuardy Mohon Tunggu... -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Masa Kini

25 Agustus 2014   17:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa pendapat anda tentang pendidikan masa kini? Apakah sudah mencapai taraf baik? atau masih kurang relevan bagi siswa siswi Indonesia? sebagian kawan saya sepakat bahwa pendidikan masa kini kurang jelas. Seringnya pergantian kurikulum hanya membuat keambiguan dalam penerapannya di dunia pendidikan. Pihak KEMENDIKBUD menyatakan bahwa kurang efisiennya penerapan pembelajaran dan efisiensi waktu menjadi penyebab berganti-gantinya kurikulum

Fakta membuktikan bahwa jam belajar di Indonesia masih kalah jauh dengan jam belajar di negara maju lainnya. Hal inilah yang menyebabkan munculnya isu penambahan jam belajar bagi siswa beberapa waktu lalu. Bagi saya hal ini tidak relevan, karena waktu belajar bukanlah faktor utama dalam keefektivan pendidikan.

Sebagai perumpamaan, cara menanam biji kacang hijau agar optimal hasilnya akan berbeda dengan cara mengoptimalkan penanaman biji kedelai, dari segi intensitas penyinaran, pemupukan, dan sebagainya. Sama seperti cara mendidik, cara mendidik tunas bangsa Indonesia akan berbeda dengan cara mendidik tunas bangsa lainnya. Tidak melulu karena jam belajar yang kurang.

Boleh jadi karena kurangnya kemampuan guru dalam mengemas materi secara baik, efisien, dan menyenangkan; sarana prasarana yang kurang mendukung, atau bahkan karena terlalu dimanjanya kaum muda mudi masa kini. Menurut saya akan lebih efektif jika kebijakan kurikulum diberikan kepada masing masing daerah sebagai mana sistem Otonomi daerah. Pertimbangannya adalah karena sifat serta watak yang berbeda beda dari tiap tiap daerah di Indonesia. Peran pemerintah cukup sebagai "Goal Maker" atau penetap taraf akhir pencapaian siswa yang diinginkan, soal bagaimana tiap daerah mendidik putra-putrinya biarlah diserahkan kepada PEMDA masing-masing.

Belum lagi isu kenakalan remaja khususnya para siswa-siwi yang sering kali mewabah di media massa. Tawuran, Narkoba, hingga "Pergaulan Bebas" acap kali kita jumpai beritanya beredar di sejumlah media. Miris bukan melihatnya? tapi sekali lagi, mungkin saja kita yang tertipu oleh media. Coba anda pilih tema dari kedua berita di bawah ini.

"Seorang siswi dicabuli kedua teman sekolahnya di kebun belakang sekolah."

"Putra bangsa kembali harumkan nama Indonesia di kancah internasional."

Dari kedua tema berita diatas mana yang akan anda pilih untuk membacanya? Saya yakin sebagian besar dari kita akan memilih membaca berita pertama ketimbang berita kedua. Kebanyakan dari kita lebih suka melihat berita buruk dibanding berita baik, isu yang berbau gosip, horror, brutal, dan sebagainya adalah konsumsi berita sehari-hari yang lebih diminati publik. Karena media massa juga peruntukannya adalah "komersial" yang artinya mencari keuntungan, tentulah media akan lebih suka menayangkan berita yang diminati oleh sebagian besar masyarakat. Hasilnya kebanyakan berita yang timbul kepermukaan adalah berita buruk, tragedi, kekerasan, dan akhirnya opini publik mengarah ke pemikiran "Dunia sudah kacau" atau "Pendidikan sudah kacau" jika berita buruk yang muncul dari dunia pendidikan.

Oleh karena itu janganlah kita terlalu cepat dalam menyimpulkan suatu persoalan, karna kadang kala yang muncul dari media hanyalah sebagian kecil dari berita yang ada di seluruh dunia ini. Sebetulnya pendidikan di Indonesia telah berjalan cukup baik, hanya tinggal dioptimalkan saja. (Jourast, Teknik Sipil UNJ 2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun