Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam memecahkan permasalahan pendidikan atau menjawab segala pertanyaan mengenai pendidikan. Hal ini berarti filsafat pendidikan menggunakan pandangan atau pemikiran filsafat dalam merumuskan dan melaksanakan pendidikan. Salah satu aliran filsafat pendidikan yaitu aliran pragmatisme. Pragmatisme berasal dari Bahasa Yunani yaitu pragma yang berarti fakta, materi, benda, tindakan dan isme yang berarti aliran/ajaran/paham. Secara etimologi, aliran pragmatism adalah aliran yang menekankan pemikiran/gagasan dalam suatu tindakan. Pragmatisme mengajarkan bahwa kebenaran adalah segala sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya.Â
Menurut Saragih et al., 2017, terdapat tiga filsuf pada aliran pragmatism yaitu sebagai berikut.
- Charles Sandle Peirce (1839-1914 M)
Menurut C. S. Peirce, pragmatisme adalah suatu tataran ilmu praktis yang membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia, sehingga pragmatisme hanyalah kajian para filosof belaka. mencari kebenaran.
- William James (1842-19100 M)
Aliran pragmatis disebut empirisme radikal oleh W. James. Hal ini mengacu pada aliran pemikiran yang tidak menerima unsur-unsur alam kecuali jika dialami secara langsung. Dalam bukunya The Meaning of Truth, James menegaskan bahwa tidak ada yang namanya kebenaran mutlak, universal, permanen, independen. Sebaliknya, kebenaran bersifat ganda, yaitu pengalaman tertentu yang dapat berubah seiring dengan pengalaman berikutnya.
- John Dewey (1859-1952 M)
 J. Dewey menghasilkan pandangan yang mendukung gagasan W. James. Pragmatisme J. Dewey merupakan filsafat yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia dan lingkungan. Karena misi filsafat adalah memberi arah pada tingkah laku manusia, maka filsafat tidak boleh dimaknai hanya sebagai pemikiran metafisik yang tidak mencerminkan aspek praktisnya.
Dikutip dari Nidawati, 2022 munculnya aliran pragamatisme disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: sejalan dengan teori evolusi Darwin bahwa pengetahuan manusia harus dipahami sebagai sarana untuk mencapai kesuksesan; ketidakpuasan dengan filsafat tradisional yang bersifat absolut yang dinilai menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat itu sendiri; dan adanya pengaruh sosiologis dari bangsa Amerika yaitu menerapkan segala usaha atau metode yang bervariasi untuk menyelesaikan masalah secara praktis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aliran pragmatisme memiliki beberapa karakteristik yang khas diantaranya pragamtisme memiliki kriteria yang banyak mengenai kebenaran dan kebaikan; berusaha menunjukkan bahwa ide-ide ialah suatu hal yang sensible; penolakan terhadap ide yang bersifat absolut seperti metafisika yang bersifat tetap dan terpisah dari pengalaman aktual; menolak hal-hal yang fundamenyal, distingtif dan umum; menganggap realitas sesuatu yang terus mengalir bukan hal yang terpisah-pisah; memusatkan perhatian pada pengalaman panca idera; kebenaran adalah hal yang berguna dan bermanfaat bagi manusia; dan manusia bertanggung jawab pada pengalamannya.
Implikasi aliran pragmatism terhadap pendidikan menurut Saragih et al., 2017 adalah pendidikan harus bersifat partisipatif. Artinya dalam pendidikan peserta didik selalu dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Pendidikan partisipatif menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak menjadi pasif dan hanya mendengarkan, mengikuti, mengikuti, dan meniru apa yang dikatakan guru tanpa mengetahui baik atau buruknya. Peran guru sebagai pendidik dalam pendidikan partisipatif adalah sebagai fasilitator pembelajaran. Lebih lanjut, aliran pragmatis dalam kurikulum berarti kurikulum harus mampu memperhitungkan pengalaman siswa. Kurikulum senantiasa membantu peserta didik menyadari diri dan mengembangkan potensi, nilai, dan sikapnya agar siap hidup bermasyarakat. Lebih jauh lagi, diharapkan bahwa kurikulum akan mengakomodasi aspek-aspek pengalaman siswa dalam suatu disiplin ilmu daripada mengisolasinya. Menurut Kristiawan (2016), pragmatisme artinya pendidikan yang berorientasi pragmatisme adalah pendidikan humanistik. Pendidikan kemanusiaan adalah pendidikan yang dapat mengembangkan manusia. Ada pepatah yang dipegang teguh oleh penganut realisme bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu. Artinya hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.
Referensi:
Nidawati, N. (2022). Keterkaitan dan Implikasi Pragmatisme dalam Pendidikan. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 12(2), 423. https://doi.org/10.22373/jm.v12i2.14782