Cerita tentang Srinivasa Ramanujan adalah salah satu cerita yang paling ku sukai dan tak pernah ada habisnya untuk direnungkan. Kegeniusan yang digabungkan dengan spiritualitas. Ramanujan terlahir sebagai kaum brahmana yang miskin. Sulit baginya mendapatkan pekerjaan. Namun kecintaannya pada matematika membuatnya tetap bertahan dan berjuang menggapai mimpinya.Â
Aku termasuk terlambat mengetahui cerita tentang Ramanujan. Tapi bukankah tidak ada yang benar-benar terlambat ? Pada akhirnya aku mendapatkan perspektif baru. Semua ilmu yang kita miliki bersumber dari Tuhan. Maka, kepadanya pula kita persembahkan. Kepada hidup dan kehidupan ini kesanalah perginya ilmu. Semua ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat seluas-luasnya manfaat.Â
Seperti halnya aku terkesan pada Ramanujan. Begitu juga aku terkesan pada seorang yang ku anggap sangat istimewa. Aku melihat kecemerlangan di kepalanya. Walau sesekali pernah juga aku tidak sependapat dengannya. Kami memiliki banyak kesamaan. Ini hanya asumsiku saja mungkin tidak baginya. Atau hanya sekedar upayaku menyamakan diri yang sebenarnya jauh berbeda apalagi terkait kecemerlangan pikiran.Â
Kebaikan hatinya tak kalah mengagumkan. Kesederhanaan dan sikapnya yang rendah hati membuatku selalu terkesan. Maka, jadilah aku pengagumnya. Banyak hal yang aku ikuti darinya. Termasuk kegemarannya menulis. Aku tidaklah pandai dalam merangkai kata. Tapi cukup untuk membuat kalimat yang dapat dimaknai. Mungkin karena diksiku yang terbatas. Tapi aku suka menulis. Menulis saja, pikirku.Â
Sesungguhnya bukan hanya dia yang memiliki kebaikan hati. Banyak ku temukan orang-orang yang penuh cinta dan membagi kebaikan. Karenanya aku menjadi kuat bertahan dalam hidup ini. Masalah hidup pasti selalu kita jumpai, hadapi dan temukan solusi. Seperti halnya Ramanujan yang selalu ingat pada Dewi Namagiri. Pada Tuhannya. Ramanujan percaya bahwa setiap gagasan yang brilian datang dari langit. Ia pernah berkata, ketika berpikir tentang matematika, pola-pola itu muncul dalam penglihatannya dan ia merasa Dewi Namagiri telah menyingkapkan rahasia itu untuknya.Â
Ramanujan berpulang pada usia 32 tahun. Namun karya-karya besarnya masih terkenang selalu. Aku bahkan mengulang filmnya beberapa kali. Hidupnya yang miskin membuatku menangis berkali-kali. Seperti halnya diriku yang lahir bukan dari keluarga kaya. Hanya perlu berjuang lebih keras lagi. Perlu berjuang lagi untuk lebih bermanfaat.
Lantas, apa pula yang harus disombongkan. Kekayaan, kepintaran maupun paras semuanya tak abadi. Apalagi jika tidak memiliki ketiga hal itu. Apa yang bisa disombongkan ?
Kembalilah kita pada Tuhan yang kita percayai. Pun berbagai musibah yang kita jumpai di awal tahun ini. Semoga Tuhan menguatkan kita. Memberikan keselamatan, kesehatan, dan kesempatan untuk berbuat lebih banyak kebaikan. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H