Mohon tunggu...
Desak Devi
Desak Devi Mohon Tunggu... -

saya lahir dari seorang ibu yang bernama Ni Nengah Catri dan Ayah yang bernama Dewa Made Durita saya anak ke 5 dari 5 bersaudara dan saat ini saya sedang mengenyam pendidikan di Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Gendang Beleq yang Mulai Tersisihkan

20 Maret 2015   11:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:23 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pulau Lombok tidak hanya memiliki alam yang sangat indah, tetapi juga kesenian dan kebudayaan yang beraneka ragam. Beraneka ragam budaya dapat di temui di Lombok Nusa Tenggara Barat. Salah Satunya adalah Gendang Beleq. Alat musik kebanggan masyarakat sasak yang dimainkan secara berkelompok dengan cara di tabuh.

Gendang Beleq terbuat dari pohon meranti yang tubuh subur di pulau Lombok, gendang beleq menghasilkan suara yang besar dan bergema. Suara ini dihasilkan oleh batang pohon yang dilubangi dan dilapisi dengan kulit sapi,kerbau atau kambing. Ukuran Gendang Beleq yakni berdiameter 50 cm dan panjang 1,5 meter.

Gendang Beleq terdiridari dua kata yang mana kata ini merupakan penggabungan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Sasak. Gendang merupakan penambahan saja karena bentuknya yang mirip dengan gendang pada umumnya sedangkan “Beleq” dari Bahasa Sasak berarti besar. Jadi Gendang Beleq adalah Gendang yang besar. Gendang beleq biasa dimainkan dengan alat music seperti gong, terumpang, pencek,oncer, kenceng dan seruling. Dengan suara yang ramai pertunjukan gendang beleq sangat menarik baik untuk wisatawan local maupun internasional.

Para pemain Gendang Beleq biasa disebut (sekha) terdiri dari dua orang pemain gendang utama. Dengan menggunakan baju adat tradisional Lombok, sekha memukul gendang dengan gerakan yang berirama sehingga menghasilkan suara yang menghibur.Pada awalnya Gendang Beleq hanyalah alat music yang mengiringi para prajurit saat akan berjuang di medan perang hal ini dipercaya dapat membuat para prajurit menjadi lebih berani untuk berkorban membela kerajaannya. Namun seiring berjalannya waktu Gendang Beleq digunakansebagai hiburan yang dipertunjukkan pada saat acara kebudayaan atau acara pernikahan adat.

Di Lombok kini budaya Gendang Beleq tidak lagi dapat dengan mudah kita saksikan sebab Budaya Gendang Beleq yang biasa dipakai saat acara nyongkolan (untuk suku sasak) sudah mulai tergerus dengan adanya kecimol dan ale-ale yang merupakan musik modern yang mana dalam mengiringi para pengantin diiringi dengan lagu-lagu dangdut yang menyebabkan para remaja sampai bergoyang kesana kemari akibat begitu menikmati irama lagu dangdut tersebut tanpa memikirkan bahwa mereka sedang mengiringi para pengantin dan berada di pinggir jalan.

Selain itu para pelestari Gendang beleq juga saat ini mengalami kebingungan dengan sulitnya mencari sekha gendang beleq hal ini disebabkankarena generasimuda Lombok sekarang lebih banyak yang tidak berminat untuk bermain gendang beleq dengan alasan malu dan generasi muda sekarang telah tergerus dengan arus modernisasi yang menyebabkan mereka melupakan budaya sendiri dan lebih memilih mengikuti budaya orang lain.

Ada beberapa sekolah juga yang sudah memperkenalkan Gendang beleq di dalam ekstrakurikuler di sekolah mereka, namun tidak semua siswa berminat dengan eskul gendang beleq ini. Oleh sebab itu Pemerintah seharusnya lebih peka lagi dengan budaya Gendang Beleq ini karena apabila tidak diperhatikan dengan serius juga lambat laun budaya gendang beleq bisa punah akibat tidak adanya generasi penerus yang mau memainkan gendang beleq. Dan untuk para orang tua agar sedikit melakukan sosialisasi tentang budaya gendang beleq di rumah untuk mambangkitkan minat mereka tentang budaya sasak yang mulai punah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun