Salah satu pilar utama sistem demokrasi adalah pemilihan umum, yang memberikan warga negara kesempatan untuk secara langsung atau tidak langsung memilih wakil mereka dalam pemerintahan. Media massa memainkan peran yang sangat penting dalam proses demokrasi karena mereka bertanggung jawab untuk membentuk persepsi publik, menyebarkan informasi politik, dan memfasilitasi percakapan publik yang konstruktif. Oleh karena itu, analisis peran media massa dan tokoh publik dalam pemilu memiliki implikasi yang mendalam terhadap kualitas dan integritas proses demokrasi itu sendiri.
Media massa berfungsi sebagai pengirim utama informasi politik kepada masyarakat. Media massa membantu pemilih memahami visi, program, dan kredibilitas calon pemimpin mereka melalui liputan berita, debat politik, wawancara dengan kandidat, dan analisis kebijakan. Media massa oleh karena itu memainkan peran penting dalam mendorong percakapan publik yang beragam dan membantu pemilih membuat keputusan yang berdasarkan informasi yang cukup.
Tokoh publik mengawal pemilu dengan  jumlah  pengikut  yang besar di media sosial  dan popularitas yang tinggi memiliki potensi besar untuk memengaruhi opini publik dan sikap pemilih, dengan jangkauan yang luas di platform media sosial seperti Instagram, Twitter, dan YouTube, para selebriti dapat dengan cepat dan efektif menyampaikan pesan politik kepada pengikut mereka. Postingan, video, atau cerita yang dibagikan oleh tokoh publik  sering  kali mendapatkan  perhatian  yang  besar  dari  para  pengikutnya,  yang  kemudian dapat mempengaruhi cara mereka memandang atau merespons isu-isu politik tertentu. Selain itu, popularitas yang tinggi juga memberikan kekuatan dalam memengaruhi opini publik.  Selebriti yang dihormati biasanya memiliki pendapat atau dukungan yang menarik bagi masyarakat.
Pada pemilihan  presiden  2024  terdapat  tiga pasangan  calon  yang diusung diantaranya  pasangan calon (paslon)  nomer 1 yakni Anies-Muhaimin, paslon nomor  2 yakni  Prabowo-Gibran, serta  paslon nomor 3 Ganjar-Mahfud. Ketiga pasangan ini  didukukung  oleh tokoh publik melalui media massa,  mulai  dari  pasangan  calon presiden nomor 1 dukungan  dari kalangan  artis dan  influencer terus  mengalir untuk  pasangan Anies-Muhaimin  (AMIN), dan  salah  satu  yang terbaru  adalah dari influencer Fadil Jaidi melalui platform Instagram . Minggu, 4 Februari 2024, terlihat Fadil secara terbuka mendukung debat kelima pemilihan presiden 2024. Banyak artis dan influencer lain, termasuk Fadil Jaidi, juga mendukung pasangan AMIN. Beberapa di antaranya adalah Clara Shinta, Ririe Fairus, Nadzira Shafa, Elsyandria, Kartika Putri, dan Rhoma Irama..
Beberapa artis juga mendukung pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran  Rakabuming Raka.  Bahkan, ada  yang  bergabung dalam  Tim Kampanye  Nasional  (TKN)  Prabowo-Gibran  dalam  Pemilihan  Presiden  2024. Sigit Purnomo Said, atau Pasha Ungu, vokalis band Ungu, adalah salah satu anggota TKN Prabowo-Gibran. Dia juga menjabat sebagai Wakil Komandan Fanta. Selain itu, artis lain seperti Verrel Bramasta terlibat. Dukungan  untuk Prabowo-Gibran  juga diterima  dari  Ahmad  Dhani,  Uya  Kuya,  Melly  Goeslaw,  hingga  Charly Vanhoutten. Selain dari kalangan artis, beberapa konten kreator juga dilibatkan dalam tim Fanta dengan tujuan untuk menarik perhatian pemilih muda, seperti Arief Muhammad, Reza Oktavian (Reza Arap), dan Willie Salim.
Pasangan artis yang secara terbuka  memberikan  dukungan yang  nyata bagi pasangan  calon Ganjar-Mahfud adalah  Anang Hermansyah dan  Ashanty Mereka menunjukkan komitmen dan keyakinan mereka terhadap Ganjar-Mahfud melalui partisipasi mereka dalam kampanye dan kehadiran langsung pada debat kelima Pemilihan Presiden pada 4 Februari 2024. Banyak artis dan influencer lainnya dengan tegas mendukung pasangan Anang dan Ashanty. Beberapa nama, termasuk Krisdayanti, Fadly Faisal, Fuji, dan Vicky Prasetyo, memberikan dukungan mereka melalui berbagai cara, seperti posting foto bersama di media sosial mereka.
Namun, peran media massa dalam Pemilu tidak selalu positif. Terkadang, media massa dapat menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar atau disinformasi. Dalam era digitalisasi dan media sosial, informasi dapat dengan mudah disebarkan tanpa verifikasi yang memadai, yang dapat memengaruhi pemahaman publik tentang isu-isu politik dan kandidat. Hal ini dapat mengganggu integritas Pemilu dan memengaruhi hasilnya. Selain itu, konsolidasi media yang tinggi dan dominasi beberapa outlet media oleh kepentingan politik atau bisnis tertentu juga dapat mengurangi pluralitas dan keragaman pendapat dalam ruang informasi publik. Hal ini dapat menghambat diskusi publik yang sehat dan membatasi akses informasi yang beragam bagi pemilih. Oleh karena itu, penting 4 untuk mempertimbangkan bagaimana struktur media massa dan kebijakan regulasi media memengaruhi proses demokrasi dalam konteks Pemilu.
Selain itu, penting untuk mengakui bahwa keberhasilan sebuah Pemilu tidak hanya diukur dari jumlah partisipasi pemilih, tetapi juga dari kualitas partisipasi itu sendiri. Media massa dengan tokoh public yang terkait dapat berperan penting dalam meningkatkan partisipasi pemilih dengan memberikan informasi yang mudah diakses dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hak suara mereka dalam proses demokrasi. Namun, perlu diingat bahwa terlalu banyaknya informasi yang tidak terverifikasi atau dipenuhi dengan konten yang bersifat sensationalistik juga dapat membingungkan atau memengaruhi pemilih dengan cara yang tidak sehat. Oleh karena itu, media massa juga bertanggung jawab untuk memberikan liputan yang seimbang dan akurat serta mendorong pemilih yang terinformasi untuk berpartisipasi dalam pemilihan. Media massa tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga memantau proses pemilihan. Media massa dapat membantu mengungkapkan pelanggaran, kecurangan, atau ketidakberesan lainnya yang terjadi selama proses pemilihan dengan melakukan liputan yang teliti dan kritis sepanjang proses pemilihan. Dengan demikian, media massa menjadi salah satu instrumen penting dalam menjaga integritas dan transparansi proses demokrasi.