Mohon tunggu...
Des_yach SyAchroni
Des_yach SyAchroni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

satu jiwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dagdigdug! Rasa Cinta Dhani&Nisa

13 Januari 2012   08:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:57 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“..pesta kita pun usai, Sayang. Dan malam hanya akan menjadi milik kita berdua saja, Nis,”ucap Dhani dengan penuh kelembutan. Suaranya sebisa mungkin dibuat agar terdengar indah.

Nisa tersipu malu, hanya mampu tertunduk sambil menggigit kecil kuku jari telunjuk tangan kirinya,”Iya, Kang..”

“Akang mencintaimu, Nis.. Sangat mencintaimu malah.”

Hati Nisa semakin bergetar hebat, tidak mampu menahan gelombang rasa yang saat itu dihadirkan oleh Dhani. Lelaki pertama yang berhasil membuat dirinya bertekuk lutut dan tak berdaya. Bahkan berhasil merubah dirinya 180 derajat.

“Boleh Akang menciummu, Sayang..”pinta Dhani penuh harap.

“B-boleh, Kang..”

Nisa memejamkan matanya, sedangkan Dhani sudah siap mengerucutkan bibirnya sedemikian rupa, mirip tikus. EMMUAACHH…!! CUP! Wajah Nisa menjadi merah seperti terbakar dalam bara cinta yang semakin menjadi dan meluap-luap.

“Makasih ya, Kang…”

Dhani tersenyum, “Mari kita merebahkan tubuh kita, Sayang..”

Dan mereka pun merebahkan tubuh mereka masing-masing di atas ranjang. Pandangan mata Dhani tertuju pada langit-langit kamar. Pikirannya beterbangan dalam imajinasi penuh pesona cinta. Sedangkan Nisa sedikit memiringkan tubuhnya ke kiri, memandang kekasih tercinta yang tengah tersenyum.

“Kamu tahu, Neng..kenapa Akang begitu mencintaimu dengan sangat?”tanya Dhani kemudian.

Nisa menggelengkan kepala, masih menggigit kecil kuku jari tangan kirinya,”Gak tau atuh, Akang. Makanya kasih tau..Biar Nisa jadi tau.”

Dhani terkekeh. “Bagi Akang, kamu adalah sosok lelaki perkasa yang begitu mampu mempesonakan diri Akang.”

“Lelaki?? Kok?,”Nisa merasa heran

Tiba-tiba Dhani gelagapan menyadari kekeliruan dalam ucapannya,”Eh, Anu..Anu..Maksud Akang teh, kamu itu sosok perempuan perkasa yang begitu mampu mempesonakan diri Akang, Nis..”

“O-oh..kirain..”

Pfiuuh, hampir saja ketauan, bathin Dhani.

“Kang…”

“Yaa..”

“Akang mau janji, bahwa Akang gak akan menyakiti diri Nisa?”

Dhani tersenyum penuh arti,”Tidak akan, Sayang! Akang berani berjanji, bahwa Akang tidak akan mengecewakan dirimu. Apalagi sampai menyakiti dirimu!”

Hancur sudah benteng keraguan yang selama ini berdiri angkuh, membelenggu Nisa dalam ketakutan dan juga rasa khawatir yang berlebihan. Sepertinya, mencintai sosok Dhani adalah satu keputusan yang paling benar. Dari banyak keputusan yang sering ia buat, tapi salah pada akhirnya. Bahkan berakibat buruk bagi dirinya.

“Matamu, Nis..Matamu itu, Sayang. Sorot mata yang begitu tajam menghujam tepat ke jantung Akang. Pasti bapak kamu itu tukang pisau yang sangat profesional, Sayang!’

“Aya-aya wae si Akang..”ucap Nisa sambil terkikik senang.

“Bulu-bulu halus yang menghiasai sebagian tubuhmu begitu bisa menggelitik diri Akang dalam rindu yang menjadi-jadi, Neng.. Pasti Si Emak tukang kemoceng yang juga sangat menguasai dunia per-kemocengan!”

“i-iih, Si Akang, Mah! Nanti Eneng bilangin ke si Emak, lho”Ancam Nisa dalam manja. Hatinya semakin berbunga-bunga dihantam rayuan gombal Dhani.

“Akang serius, Neng!”

“Bohong, akh!’

“Sumpah, Neng!”

“Teu percaya Eneng, Mah!”

“Tega pisan si Eneng ka Akang teh!” Dhani berpura-pura kecewa dan marah, ketika ucapannya selalu ditanggapi dengan rasa tidak percaya diri Nisa. Dan pastinya, ini adegan yang biasa terjadi di dalam hubungan mereka-mereka yang tengah dimabuk cinta.

Nisa terkekeh,”Iyaa, Akang…. Nisa percaya, Kok. Kan Nisa sayang dan cinta sama Akang!”

“Bohong!”

“Sumpah!”

“Teu percaya!”

“Suer, Kang!”

“Berani disambar geledek?!”

“Ya, gak berani lah kalo sampe disamber gledek mah, Kang... Tar kalo Nisa disamber gledek beneran, nanti Akang cari cewek yang lain. Nisa mah gak mau begitu..”

Dhani tertawa senang mendengar penuturan Nisa.

“Ya, udah.. kita tidur sekarang ya, Sayang.”ucap Dhani kemudian.

“Iya, Kang..”

“Akang cium dirimu dengan penuh kelembutan dan dengan segenap perasaan cinta Akang sama kamu, Neng! EMMUUUAACH!! CUP!”

Nisa tersipu malu. Hatinya masih diselimuti bunga-bunga yang harum semerbak bertaburan. “EMMUACH! Juga Akang..Lope U, Kang!”

“Ai lop Yu juga, Nis…Met mimpiin Akang, yah!”

“Akang juga, selamat memimpikan Nisa ya, Kang..”

“Iya, Sayang..”

Klik! Tombol merah di tekan mereka.

Ah, akhirnya selesai juga, gumam Dhani. Kemudian meremas-remassambil mengurut tangan, dan juga lehernya. Setelah tadi hampir 2 jam lebih bercakap-cakap dengan Nisa melalui Hape. Yaa, beginilah jika harus menjalani hubungan percintaan jarak jauh. Untuk urusan pulsa, masih perlu untuk berpikir panjang sebenarnya. Tidak perduli promo yang saat ini sedang gencar dipromosikan. Tapi kenyataannya, urusan pulsa masih sanggup membuat isi kantong berteriak kencang dalam kekosongan.

Hal yang sama dilakukan Nisa. Setelah meremas-remas tangan kanan dan juga lehernya yang dirasa pegal, dan sebelumnya tentu ia akan melakukan ritual mengecup photo Dhani dalam bingkai yang sedari tadi ia pandangi. Nisa sayang Akang Dhani, begitu bisiknya sendiri. Setelah itu, barulah ia benar-benar memejamkan mata dalam harapan, bahwa impiannya bersama Dhani tentang pesta pernikahan mereka itu akan segera terjadi. Apalagi setelah bertahun-tahun lamanya mereka membina hubungan. Amiiin..

Sementara itu, Dhani kembali menatap photo-photo para lelaki yang tengah bertelanjang dada, yang merupakan koleksi rahasia pribadinya. Jari tanganya sering kali menyentuh lembut, menyusuri lekuk tubuh para lelaki itu. Dadanya berdetak kencang setiap kali memandang koleksinya itu. Dag dig dug, rasanya... Hal yang tidak pernah ia rasakan selama berhubungan dengan Nisa. Kecuali, ketika Nisa marah dan mulai menunjukan kebrutalan dirinya; mencakar, menjambak, memukul dan menendang dirinya. Dan untuk masalah yang satu ini, adalah dasar yang menjadi alasan Dhani selama ini menjalin hubungan percintaan dengan Nisa. Malam semakin larut, sepi. Yang terdengar hanya suara Dhani yang tengah mendesah di atas ranjang miliknya. Aaah..!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun