Awalnya, semua yang terjadi dalam kehidupan Lisut itu sebenarnya hanya kebetulan saja. Kebetulan yang menghadirkan kebetulan-kebetulan yang lain. Hingga akhirnya profesi yang sekarang tengah ia jalani menjadi satu-satunya mata pencaharian hidup yang lumayan mendatangkan banyak uang bagi Lisut. Profesi sebagai seorang Penjual Mimpi!
Lisut yang sejak kecil sangat berkeinginan untuk bisa merubah taraf hidup keluarganya. Berusaha keras agar bisa lulus sekolah dengan gelar sarjana. Meskipun jelas-jelas orang tuanya tidak mampu untuk membantu Lisut untuk menggapai cita-citanya yang kelewat tinggi itu. Terlebih fisik Lisut yang sedikit berbeda dengan orang lain. Seperti yang diucapkan Bapaknya. “Kamu itu, kalau punya cita-cita dan keinginan harus lihat-lihat dulu keadaan kamu, Sut. Jangan ketinggian kalo punya kepingin, bisa gila kamu nantinya.”
Tapi tekad Lisut sudah bulat, bagaimanapun dia harus bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang sarjana. Apapun akan dia lakukan. Yang penting halal dan tidak merugikan orang lain. Semangat yang selalu berapi-api itupun membuahkan hasil. Lisut pada akhirnya berhasil menjadi seorang sarjana dan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Tapi kehidupan seolah mengejek Lisut pada akhirnya. Setelah lulus menjadi seorang sarjana. Ternyata untuk mendapatkan pekerjaan yang diharapkan, yang akan merubah taraf hidup keluarganya itu tidak juga datang. Semua semata karena keadaan fisiknya yang berbeda dengan orang lain. Pernah beruntung bisa bekerja pada sebuah perusahaan yang lumayan terkenal di kotanya. Namun dia harus rela kehilangan pekerjaannya, hanya karena atasannya ketakutan jabatannya akan direbut oleh Lisut. Dan sejak itu kesempatan seolah menutup jalan dirinya. Lisut terus menerus menganggur hingga usia melahap habis kesempatan itu sama sekali.
Ketika termenung di pinggir trotoar dalam terik matahari yang membakar. Lisut diam menekur. Kecewa menguasai hatinya. Kembali, sebuah penolakan ia terima dari perusahaan yang sebelumnya terlihat begitu tertarik melihat nilai-nilai dan prestasi sekolah yang dimiliki Lisut. Perasaan kecewa baru yang akhirnya menumpuk dengan perasaan kecewa yang ia timbun sebelumnya. Sampailah Lisut pada titik dimana keyakinan dan semangatnya jatuh di bawah titik Nol. Dengan perasaan marah dan kecewa. Lisut berdiri menghadap Langit, menantang matahari dengan sorot mata penuh kebencian. Lalu jari-jari tanganya masuk kedalam mulut, merogoh isi tenggorokannya sendiri hingga rasa mual dirasa. Dan akhirnya Lisut muntah-muntah!
Semua mimpi yang selama ia miliki dibuang keluar dari tubuhnya. Hilang dari hati dan isi kepalanya. Sudah saatnya hidup dalam kenyataan! Ucapnya pada diri sendiri. Kemudian semua mimpi yang berserakan itu dikumpulkannya kembali dan dimasukan dalam kantong plastik. Setelah terikat, dengan segenap perasaan muaknya dilempar jauh ke tengah jalan yang penuh dengan kendaraan lalu lalang melintas kencang. Berharap mimpi yang terbungkus plastik itu hancur dan mengapung ke udara, tertiup angin dan menghilang.
Tapi tanpa di sangka-sangka oleh Lisut, seorang bocah pemulung melihat bungkusan mimpi yang ia buang ke tengah jalan. Bocah itu langsung berlari ke tengah jalan tanpa perduli kendaraan yang melintas. Karena mungkin dia pikir, isi dalam kantong itu adalah benda-benda berharga yang bisa ia jual sekedar menambah pendapatannya hari ini.
Bocah pemulung itu berdiri di sebrang jalan tempat Lisut berdiri memperhatikannya. Perlahan-lahan dengan wajah penasaran dan berharap-harap cemas. Bocah itu membuka ikatan bungkusan plastik itu. Lisut ingin berteriak mencegah bocah pemulung itu. Namun suaranya hilang ditelan ramainya kendaraan. Setelah ikatan lepas dan bungkusan mimpi Lisut dibuka. Mimpi-mimpi yang sebelumnya dimiliku Lisut mengapung di udara mengelilingi Bocah pemulung itu. Menjadi gambaran-gambaran yang begitu indah dan sangat menarik bagi dirinya. Mimpi-mimpi yang tergambarkan itu menciptakan rona kebahagiaan di wajah sang bocah. Semua gambaran yang tidak pernah ia lihat sebelumnya dan tidak pernah tersirat di dalam benaknya sama sekali. Karena kehidupan nyata yang ia jalani telah merampas hati dan pikirannya tentang semua kemungkinan yang mungkin bisa terjadi dalam hidupnya. Bocah pemulung itu benar-benar terpesona dengan mimpi-mimpi Lisut. Binar matanya menggambarkan harapan baru bagi hidupnya kelak. Dengan perasaan bersemangat dan senyum bahagia, diraihnya satu persatu gambar mimpi Lisut itu. Dia masukan kedalam mulutnya. Dia telan habis tak tersisa.
Sementara dari kejauhan, Lisut sendiri terkesima menyaksikan apa yang baru saja ia saksikan. Lisut sama sekali tidak menyangka bahwa mimpi-mimpi yang dulu ia miliki mampu menggerakan seseorang yang seolah telah mati, sebagaimana dirinya sekarang. Yang telah kehilangan mimpi-mimpi indah miliknya. Mimpi yang selama kini menjadi satu-satunya yang menggerakan dirinya untuk tetap bersemangat. Meski banyak sekali halangan, rintangan dan cobaan yang menghadang. Sesal menghampiri diri Lisut kemudian. Sedikitnya, Ia mulai mengerti arti mimpi itu bagi sebagian orang yang kehilangan semangat dan tujuan dalam hidup. Dan Lisut menjadi bagian dari orang-orang itu sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H