Mohon tunggu...
Dery DD Haikal
Dery DD Haikal Mohon Tunggu... -

nothing new under the sun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pembohong Besar

15 September 2010   15:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:13 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akulah Dajjal, makhluk yang sombong. Aku suka melintas di permukaan bumi. Jika pohon mati, itulah aku; tanah tandus, itulah aku; yang syarat kebohongan. Kebohongan yang nyata. Sering kebohongan itu aku jadikan beras dan susu lalu aku bagikan ke orang-orang. Akulah Dajjal pembohong besar. Bukankah kalian sudah menerima keterangan tentang diriku? Aku jelajahi bumi hingga tidak ada satu kampung pun yang tidak ku singgahi. Itu kulakukan hanya dalam waktu 40 malam, tapi ada dua kota yang tidak dapat kumasuki. Aku sebarkan kebohongan ke seluruh negeri, yang kedatangnku senantiasa ditandai dengan meranggasnya pohon diantara sumber mata air. Bohong adalah kalimat-kalimat yang ringan namun berat dipikulnya. Itulah makanya telah kujadikan beras dan susu. Manakala kulihat ada orang yang lapar atau orang kenyang tapi pikirannya terus menyodorkan kelaparan, kukirimkan beras dan susuku pada mereka. Aku tidak mengharapkan bayaran karena Tuhan telah mencukupiku. Yang aku mau adalah mereka mau mempercayai kebohonganku. Dan mereka harus mau. Akulah Dajjal, yang pada suatu hari melihat sebuah rumah dengan keluarga yang tidak memasak nasi. Harga beras terlalu mahal di negeri ini bagi mereka. Maka kukirimkan beras dan susuku, tepat di depan pintu rumahnya:brag-brig-brug beberapa karung beras dan dus berisi botol susu tergeletak begitu saja. Mereka jadi terkejut, semuanya menengok keluar. "Beras dan susu punya siapa?" mereka saling berkata. Dihalaman rumah, mereka terheran-heran memandang beras dan susu. "Bagaimana mungkin ada orang mau mengirimkan ini pada kita! Hak kita saja selalu mereka sunat." kata bapak kepada istri dan anak-anaknya. "Kita tidak boleh mengambil yang bukan hak kita. Sebaiknya kita lapor ke pemimpin kampung." lanjut bapak tanpa mempedulikan reaksi istri dan anaknya, yang semuanya kusambut dengan heran pula. Bukankah mereka belum makan? Kenapa mereka tidak membawa beras dan susu kedalam rumah lalu dimasak jadi nasi terus dimakan. Dengan demikian mereka akan punya tenaga untuk jadi pengikutku. Sebenarnya itulah yang kukehendaki. Mengapa mereka harus repot lapor? Ternyata yang serupa tak selalu bisa sama. Ketika pemimpin kampung yang di beri laporan itu datang, ia hanya tersenyum saja:"Beras dan susu yang bagus. Sebaiknya aku bawa ke rumah, mungkin cukup untuk menambah persediaan." Begitu pikirnya. Tentu saja semua yang dilakukannya dalam keadaan sadar. Sadar telah berbohong. Ketika mereka melihat beras dan susu sudah dikemas untuk dibawa pulang oleh pemimpin kampung. Bapak kepala keluarga pun menghampirinya: "Punya siapa barang-barang ini?" "Punya saya, barang ini salah kirim." Begitu jawab pemimpin kampung yang suka berdiplomasi. Sebuah jawaban yang cerdas, hanya untuk meyakinkan bahwa barang-barang tersebut memang miliknya, meskipun dia menyadari bahwa ucapannya adalah kebohongan. Kesadaran telah diperbudak hawa nafsu. Demi mewujudkannya manusia akan melakukan apapun, termasuk berbohong. Akulah Dajjal, yang sombong adalah aku, yang licik adalah aku, yang bohong adalah aku, yang menghantarkan fitnah dan kesesatan. Aku mengirimkan kesenangan semu, pikiran kotor yang mengajak kerusakan. Akulah yang menyodorkan surga sekaligus neraka. Aku di tanah tandus, aku di padang pasir, aku di gunung, kukirimkan beras dan susu kepadamu,kepada kalian. Di waktu kalian lapar, di waktu kalian bimbang, di waktu iman lemah, sebenarnya aku akan datang sekarang ini juga. Akulah yang menipu iman kalian sehingga kalian mau mengikuti ke manapun aku pergi. Akulah Dajjal yang pada suatu malam mendatangi pemimpin kampung. Kukatakan padanya bahwa aku ingin semua penduduk kampung mempercayai kebohonganku dan mau mengikuti ajakanku. Sebagai gantinya akan kubuat kampung ini menjadi makmur. Pagi harinya pemimpin kampung mengumpulkan orang-orang di alun-alun. Dan mengumumkan bahwa aku akan datang untuk membagikan beras dan susu. Laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda sama-sama berdatangan. Alun-alun penuh sesak. Mereka tidak mempedulikan debu-debu beterbangan, terik matahari atau orang-orang pingsan karena lemas. Bahkan ada pula yang tewas terinjak-injak. Semuanya ingin merangsek ke depan panggung  karena ingin melihat kedatanganku. "Mana Dajjal si pembohong besar yang ingin membagikan beras dan susu kepada kita?" tanya mereka kepada sebagian yang lain. "Aku tak tahu. Aku juga ingin menjadi pengikutnya kalau ia benar-benar membagikan beras dan susu seperti yang di janjikan oleh pemimpin kampung." ujar yang lain. Akulah Dajjal, kecepatanku bagai awan di tiup angin. Aku mendatangi kalian untuk mengajak kalian agar mau mempercayai kebohonganku. Aku perintahkan langit maka hujan pun turun. Aku perintahkan bumi, maka tanaman pun tumbuh. Sehingga ternak kalian pulang ke kandang pada petang hari dengan lebih gemuk, lebih besar dan lebih deras air susunya karena banyak sekali rerumputan. Orang-orang yang lemah imannya menjadi terkesima. Mereka mengerumuni dan mengelu-elukan kehebatanku. Aku berhasil membuat kalian tersesat. Aku berhasil membawa teman untuk menemaniku di hari akhir nanti. Lalu aku tertawa dengan angkuh: Ha ha ha. "Apakah kalian sudah percaya?" "Ya, kami sekarang percaya bahwa kamu adalah pembohong besar." ujar mereka. Namun ada sekelompok orang yang tidak mempercayaiku. Salah satu di antaranya bapak dari keluarga yang menolak kiriman beras dan susu dariku. Ia merangsek ke depan, bahkan ia menaiki panggung dan sekarang berada di hadapanku, lalu berkata: "Wahai kalian semua ! Dajjal ini adalah pembohong besar. Sadarlah! kalian telah di tipu. Jangan terlena dengan janjinya. Jangan ikuti dia!" Namun orang-orang tidak menghiraukan ocehannya. Sebab mereka terlanjur beriman kepadaku. Sedangkan aku sendiri tertawa terbahak-bahak mendengar perkataannya. "Mereka telah beriman kepadaku. Dan kamu pun harus begitu." Kataku sambil menunjuk mukanya. "Tidak ! Aku tetap pada pendirianku." Ujarnya. "Aku beri kesempatan sekali lagi. Jika kau mempercayaiku, maka aku akan memberimu kenikmatan. Jika kau menolak maka dirimu akan binasa. Kamu akan menderita sebab aku bisa berbuat apa saja sekehendakku!" Bapak kepala keluarga itu tetap teguh pendirian. Maka kubelah tubuhnya. Aku memotongnya mulai dari pangkal paha, sehingga terbelah menjadi dua. Aku tertawa. Lalu kukitari tubuh tersebut dan berkata;"Bangkitlah!" Seketika bapak tersebut bangkit dan tubuhnya utuh seperti sedia kala. Aku bertanya,"Apakah kau masih belum mempercayaiku?" "Aku semakin yakin bahwa dirimu adalah Dajjal seperti yang telah diterangkan." Jawabnya. Maka akupun mengancamnya, termasuk orang-orang lain yang tidak mempercayaiku. "Biarlah orang-orang yang tidak mempercayaiku, tapi tunggu akibatnya." Setelah itu tubuhku menjadi besar dan tinggi. Semua orang terbelalak."Saksikanlah oleh kalian, akulah Dajjal si pembohong besar, penyebar fitnah yang harus kalian turuti!" Selesai berkata begitu, Aku mengajak orang-orang yang telah menjadi pengikutku meninggalkan kampung tersebut. Diluar kampung aku berhenti sejenak, lalu memandanginya."Wahai kampung jadilah engkau sebagai tempat yang buruk dan menyakitkan bagi penghunimu. Keringkanlah tumbuh-tumbuhan dan keringkan pula air di sumur, sungai, telaga dan tempat manapun juga!" Sungguh sangat ajaib, seluruh tempat air di kampung itu mendadak kering. Pepohonan meranggas. Udara seketika menjadi panas. Orang-orang tersiksa. Banyak diantara mereka jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Tidak hanya itu keesokan harinya, penduduk kampung itu terkejut karena harta kekayaan mereka tiba-tiba lenyap. Aku tertawa pergi. Akulah Dajjal, akulah virus, akulah racun, yang terus menjelajah dari negeri ke negeri. Sampai nabi Isa turun dari langit lalu memenggal kepalaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun