Mohon tunggu...
Dery Abdurrachim Iskandar
Dery Abdurrachim Iskandar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Training Officer @ a company in Bandung. BERMUTU Short Course Scholarship holder @\r\nIOE London, Traveler and like writing so much

Selanjutnya

Tutup

Money

Kemunculan Generasi Y dalam Dunia Kerja: Menciptakan Sistem Kerja dan Sistem Budaya yang "Ramah" terhadap Generasi Y

17 Desember 2013   10:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:50 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada Sebuah fakta menarik dalam perkembangan dunia Human Capital saat ini, yaitu munculnya Generasi Y untuk mulai mengisi posisi-posisipenting di beberapa perusahaan di Indonesia. Dalam buku Generations: The History of America’s Future 1584 to 2069, William Strauss dan Neil Howe menulis tentang perkembangan generasi di Amerika Serikat, salah satunya adalah Generasi Millenium atau Generasi-Y (Y-Generation). Strauss dan Howe sendiri banyak mengambil pemikiran dari para penulis jurnal dan buku yang membahas masalah-masalah antar-generasi.

Ungkapan Generasi-Y sendiri mulai diperkenalkan oleh salah satu Koran besar di Amerika Serikat pada editorial di bulan Agustus 1993. Saat itu editor Koran tengah membahas para remaja yang berusia12-13 tahun, namun memiliki perilaku yang berbeda dengan generasi sebelumnya, yang dikenal dengan Generasi-X. Istilah Generasi-X sendiri, dipopulerkan oleh Douglas Coupland melalui novelnya yang berjudul Generation X: Tales for an Accelerated Culture pada tahun 1991.Berpijak pada editorial Koran besar tersebut, akhirnya banyak perusahaan di Amerika Serikatyang membuat produk untuk segmen remaja, mulai mengelompokkan anak-anak yang lahir setelah tahun 1980-an sebagai Generasi-Y.

Hingga saat ini, jika kita mempelajari berbagai literatur yang membahas tentang Generasi-Y, belum ditemukan kesepakatan kapan awal mula generasi ini ditentukan. Sebagian literature menjelaskan bahwa mereka yang dikategorikan dalam Generasi-Y adalah yang lahir di awal tahun 1980-an, namun banyak juga literatur yang menjelaskan bahwa Generasi-Y lahir di awal,tengah dan akhir 1990-an. Di Australia sendiri, pemerintah melalui Australian Bureau of Statistic memberikan batasan tahun kelahiran Generasi-Y yaitu antara tahun 1982-2000 atau mereka yang saat ini berusia 13-31 tahun.

Berbeda dengan Australia, di Kanada para ahli menetapkan bahwa Generasi-Y lahir pada tahun 1982 hingga pertengahan tahun 1990-an atau 2000. Walau demikian, dari banyak literatur yang membahas Generasi-Y, hampir semua literatur menyentuh rentang tahun kelahiran antara 1980-an hingga 1990-an. Di samping itu, seluruh literatur sepakat bahwa sebagian besar Generasi Baby Boomers (rentang kelahiran antar tahun 1943-1964) merupakan orang tua Generasi-Y. Para ahli menganggap bahwa Generasi-Y adalah suksesor dari Generasi-X. Tentu kita akan bertanya, apa kriteria suatu generasi dikategorikan sebagai Generasi-Y? Jika kita memperhatikan dengan cermat perilaku Generasi-Y di Indonesia, maka akan didapati karakteristik yang beragam. Semua itu sangat dipengaruhi oleh tempat dia dibesarkan, strata ekonomi dan sosial keluarganya. Akan tetapi ada pola umum yang sering didapati dari generasi ini yaitu memiliki pola komunikasi yang lebih terbuka dibandingkan generas-generasi sebelumnya.

Jika kita mengambil fenomena di Indonesia, Hal ini sebenarnya belum disadari sepenuhnya oleh para stakeholders perusahaan-perusahaan di Indonesia dan bahkan para orang tua di Indonesia. Mengapa Saya menyinggung soal orang tua di sini? Karena orang tua adalah salah satu significant others dan agen sosial dari para fresh graduate dan entry level employee saat ini yang sebagian besar merupakan generasi Y, dan orang tua sebagai significant others memiliki peranan yang begitu kuat dalam mengarahkan putra-putri mereka dalam memilih jalan karirnya. Karakteristik Orang Indonesia yang sociotropic atau dengan kata lain karakter orang Indonesia yang banyak melibatkan pemikiran tentang keluarga dan orang lain di sekitarnya saat diharuskan membuat keputusan penting dalam hidupnya membuat faktor influence orang tua ini bereperan cukup besar dalam mengarahkan hidup anaknya terutama dalam memilih pekerjaan bahkan dalam memilih pasangan hidup yang cocok dengan kultur keluarganya. Para Orang tua dan para pimpinan perusahaan yang pada umumnya merupakan generasi baby boomers masih banyak melakukan pendekatan tradisionalala generasinya dalam melakukan bimbingan (guidance) terhadap putra-putrinya dan bawahan-bawahannya yang mulai banyak berasal dari Generasi Y. Otoritas Orang tua yang luar biasa dalam agama, dan otoritas kekuasaan yang tinggi seorang pimpinan dalam struktur organisasi membuat pola akomodasi terhadap generasi Y yang bisa dilakukan di Negara-negara barat belum bisa dilakukan secara optimal di negeri ini. Padahal dengan sifat kritisnya yang luar biasa, awarenessnya yang sangat tinggi terhadap passion, dan rasa ingin tahunya yang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya, generasi Y ini bisa menjadi asset berharga negeri ini yang bisa diandalkan dalam menemukan sousi untuk mengatasi permasalahan di negeri ini.

Mengapa saya katakan generasi Y merupakan asset yang berharga? Pertama Karena mereka masih memiliki rentang hidup rata-rata yang masih panjang dan merupakan calon-calon pemimpin negeri ini 10-20 tahun lagi. Alasan yang kedua adalah karena sejak dini mereka memiliki kesempatan mengakses teknologi yang begitu luas, otomatis kemampuan akses mereka terhadap beragam informasi juga cukup besar dan bisa mereka peroleh sejak dini. Imbasnya dengan keragaman infomasi yang mereka peroleh, sebagian besar dari mereka pada umumnya tumbuh menjadi figur-figur yang kreatif dan bisa berpikir out of the box. Cara berpikir yang kreatif dan out of the box inilah yang diharapkan bisa kita andalkan dari generasi ini dalam membantu negeri ini menyelesaikan permasalahan-permaslahannya dan bahkan membawa negeri ini untuk lebih maju dan lebih makmur.

Salah satu karakter unik lainnya dari generasi Y adalah rasa narsisnya yang lebih tinggi dibandingkan dan generasi lainnya dan juga kebutuhan eksistensinya yang tinggi. Jika saya mengambil sampel karya sastra sebagai salah satu indikator untuk membaca karakter sebuah generasi, kita bisa melihat ada perubahan cara hidup dan cara pandang pada generasi Y dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mengapa saya mencoba mengambil sampel karya sastra, karena karya sastra adalah salah satu bentuk aktualisasi konsep berpikir sebuah masyarakat. Karya sastra saat ini banyak dipenuhi dengan novel-novel yang bertema based true story penulisnya, sedangkan novel jaman baheula banyak dipenuhi dengan bahasa-bahasa kias dan lebih menceritakan sebuah setting masyarakat yang penuh kebersamaan. Novel masa kini lebih banyak menceritakan capaian -capaian orang yang memiliki impian besar dan luar biasa, sedangkan karya sastra zaman baheula banyak menceritakan fenomena masyarakat sekitar dan bagaimana menciptakan harmonisasi dengan lingkungan sekitar. Fenomena dalam karya sastra ini bisa dijadikan salah satu bukti yang sahih jkika generasi Y merupakan sebuah generasi yang memiliki kebutuhan eksistensi yang tinggi dalam melakukan aktualisasi diri.

Dengan mulai bertambah banyaknya generasi Y dalam struktur organisasi sebuah perusahaan dan tongkat estafet kehidupan yang mulai mereka emban,hal ini seharusnya bisa menjadi insight bagi para pengambil kebijakan di perusahaan dan para orang tua sebagai agens social primer generasi Y untuk mulai bisa meluaskan mind set dan mengakomodir secara perlahan aspirasi para generasi Y dalam berkarya. Mengapa begitu? Karena 10 tahun lagi generasi inilah yang akanmenjadi tulang punggung sebuiah perusahaan dan bahkan bangsa ini dalam memajukan perusahaan dan bahkan memajukan bangsa ini. Alasan lainnya adalah potensi luar biasa generasi ini dengan segala karakteristiknya bisa dijadikan sebagai asset perusahaan dan bahkan asset bangsa untuk membuat perusahaan dan bahkan bangsa ini melesat dalam melakukan capaiaan-capaian luar biasa b aik secara bisnis maupun dalam mensejahterakan masyarakat. Pola akomodasi dalam perusahaan bisa dilakukanmisalnya dengan cara melakukan proses rekrutmen yang berbasis teknologi, menciptakan sistem kerja yang berorientasi hasil akhir dan berbasis teknologi, dan menciptakan sistem remunerasi pegawai yang bisa mengaspirasi capaian-capaian luar biasa pegawai jika bisa menciptakan karya yang luar biasa. Hal lain yang bisa dilakukan oleh para stakeholders perusahaan adalah dengan menciptakan pola komunikasi kerja yang lebih terbuka dan tak terlalu banyak top down direction dan bahkan menyediakan ruang yang cukup bagi para Generasi Y dalam menciptakan ide-ide yang orisinal yang secara tidak langsung akan berimvas langsung terhadap kemajuan perusahaan. Sebagai salah satu agen social primer para generasi Y, para orang tua juga diharapkan bisa meluaskan mind set mereka dalam mengakomodasi keunikan pribadi putra-putrinya, menciptakan situasi yang bisa mengakomodir passion anak-anaknya dan menciptakan suasana dialog sebagai salah satu metode utama membimbing putra-putrinya dalam proses tumbuh dan berkembangnya.

Dan sebagai penutup, saya kutip sebuah ungkapan yang terknal dalam teori evolusi yang diungkapkan oleh Charles Darwin, Survival of The fittest. Siapa yang paling bisa survive dalam kehidupan ini adalah siapa yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.Keberadaan generasi Y ini tak hanya menuntut para generasi Y saja yang harus mulai belajar menyesuaikan diri dengan pola struktur kerja dan budaya hidup yang telah dengan lama dibangun oleh para babby boomers. Kondisi zaman millennia ini juga menuntut para perusahaan dan bahkan para  generasi babby boomers untuk bisa lebih menyesuaikan diri dengan keberadaan generasi Y ini dengan menciptakan sistem budaya dan sistem kerja yang ramah terhadap para generasi Y ini, karena lambat laun generasi Y inilah yang akan memikul beban dan tanggung jawab dalam sebuah company bahkan memikul tanggung jawab dalam memajukan bangsa ini. Perubahan ini juga taksemata-mata dilakukan hanya untuk mengakomdir keberadaan sebuah generasi, tetapi juga untuk bisa menciptakan Indonesia yang lebih baik.

Referensi :

Intan Maulana, Masa Depan Indonesia di Generasi Y (http://www.elanggroup.co.id/blog/2013/11/22/masa-depan-indonesia-di-generasi-y/)

William Strauss & Neil Howe,  Generations: The History of America’s Future 1584 to 2069


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun