Mohon tunggu...
Deru Sudibyo
Deru Sudibyo Mohon Tunggu... -

http://sites.google.com/site/derusudibyo/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perlukah Belajar Assembly?

24 Juni 2012   00:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering dengar sebagian orang berpendapat belajar assembly tidak perlu.       Alasannya, assembly merupakan pengkodean paling primitif sehingga terlalu banyak yang harus dipelajari hanya untuk mendapatkan pengertian sedikit.      Untuk sekedar memunculkan pesan "Hello world" di layar saja, perlu beberapa langkah.      Dibandingkan dengan Java, untuk ukuran panjang text yang sama, mungkin Java bisa merampungkan 100 sampai 1000 kali proses komputasi yang dilakukan assembly.      Sehingga untuk mencapai goal komputasi yang sama, pekerjaan yang dilakukan dalam programming, menggunakan assembly ibarat jalan kaki dibanding naik kendaraan bermotor relatifnya terhadap Java.        Meskipun setelah berhasil menjadi program, tentu assembly jauh lebih cepat larinya jika penyusunan logikanya tepat.

Selain keprimitifannya, assembly juga sangat tinggi ketergantungannya dengan arsitektur komputer yang kita gunakan.      Jangankan beda merek, sesama Intel saja tidak ada jaminan kompatibilitas untuk versi yang berbeda.      Intel 486 dan Intel Pentium pasti ada bedanya.        Hal ginian menuntut assembly programmer untuk selalu belajar setiap kali ada perubahan versi.

Namun demikian, hemat saya, assembly merupakan fardlu kifayah, terutama bagi mereka yang tugasnya menjadi technical support.      Kenapa?        Ketika ada masalah software, kita dituntut mampu melakukan debugging.      Umumnya debugger menampilkan tahapan proses dalam notasi hexadesimal.       Meskipun mengaku sebagai professor doktor IT, tidak mungkin seseorang mampu mentafsir logika di balik hexadesimal jika tidak tahu assembly.       Kalaupun dia mengaku demikian, pasti bohong!.

Lebih parah lagi jika yang didebug komponen OS atau program multitasking yang logikanya asinkron.      Tidak mungkin ada debugger yang mampu melakukannya.        Satu-satunya cara adalah membaca trace table dan memory dump.      Pasti yang muncul adalah hexadesimal curah yang tak berformat.        Tanpa keterampilan assembly, jelas omong kosong untuk mendebugnya.

Berikut ini beberapa topik terkait assembly saya harap mampu merangsang generasi muda untuk mempelajarinya:


Semoga manfaat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun