Frik juga semakin akrab dengan ketiga bos yang dianggap sebagai penolongnya. Dengan Keke ia mengenal kehidupan anak jalanan dengan seribu satu permasalahannya, termasuk mengenal gang-gang kecil di seluruh Jakarta. Dengan Icip ia berkenalan dengan ibu-ibu rumah tangga yang mengeluhkan penyakit perempuan, penyakit anak-anak, dan kondisi sosial-ekonomi keluarga mereka, ternyata banyak yang mengeluhkan pendapatan suami yang kurang sedangkan harga barang melambung tinggi.
Dengan mpok Beje Frik berkenalan dengan wanita yang ingin tampil cantik, langsing, padat, sintal, dan bahenol, serta lelaki hidung belang yang ingin memperkuat daya tahan mereka. Semua orang ingin lebih baik, setiap orang selalu punya masalah. Frik semakin kaya pengetahuannya. Kalau dulu ia tinggal di rumah ortunya, kehidupannya berjalan monoton. Kini segalanya bersinar dan berwarna warni. Setiap hari selalu berbeda. Semua indah bak pelangi. Inilah pelangi kehidupan yang akan dihadapinya untuk membina masa depan.
Hubungannya dengan Alena berjalan konstan. Ia tak berani maju, tapi juga tak mau mundur. Hidupnya miskin dan pas-pasan. Kalau tidak bangkit kembali, rasanya ia tak mampu memberi Alena kebahagiaan. Orang-orang memang mengatakan, cinta sejati tak memandang materi, tapi zaman sekarang materi dibutuhkan untuk mempertahankan cinta sejati. Ia sudah terlalu sering mendengar ibu rumah tangga pelanggan Icip mengeluhkan gaji suami yang kecil, yang tidak mencukupi kebutuhan, yang tak pernah bisa kemana-mana saat liburan. Kebutuhan adalah tuntutan, bukan artinya matre. Frik berjanji pada dirinya, andai ia menikah, harus dengan orang yang dicintainya, dan ia sendiri harus sanggup mencukupi semua kebutuhan keluarga yang dibinanya nanti.
Setiap hari dengan tekun ia ikut Keke memulung, ikut Icip berdagang, ikut Mbok Beje bergoyang pinggul menjajakan jamu. Ia tak memilih untuk ikut siapa walau ikut Keke penghasilannya selalu lebih kecil, ikut mpok Beje selalu lebih besar, dan ikut Icip senantiasa stabil kecuali hari hujan. Hasil yang diperolehnya ditabung. Malam malam, ia mempelajari buku-buku yang menjadi bahan kuliah Alena, termasuk meminta Baba Atong mengajarinya ilmu pertabiban dari kelima kitab kumal yang menurut Baba Atong sudah diturunkan secara turun temurun sebanyak 5 generasi.
Pelanggan Baba Atong tidak selalu orang miskin. Orang yang putus asa selalu mencari pengobatan alternatif. Salah satunya adalah seorang ibu muda yang sudah divonis usianya tinggal 6 bulan karena menderita kanker otak. Ibu ini namanya Setiawati. Suaminya seorang pengusaha kaya. Mereka datang dengan mobil Mercy tapi terpaksa parkir di Jalan Kober dan berjalan kaki ke gang Kober yang kalau hujan becek sekali.
Bapak Yohanes Surya sangat mencintai istrinya. Bapak Yohanes sudah lumayan tua. Usianya mungkin sudah di atas 50 tahun, tapi istrinya kelihatan baru berusia 40 tahun. Begitu cinta terhadap istrinya sehingga Bapak Yohanes menjanjikan akan merenovasi rumah Baba Atong andai istrinya bisa diselamatkan. Bahkan Andai hanya bisa memperpanjang usia istrinya beberapa tahun, Bapak Yohanes bersedia menunaikan janjinya.
“ Saya tak bisa menjanjikan apa-apa, pak Yohanes. Kita berusaha mengotabati, tapi Tuhan yang menentukan usia seseorang. Kalau dokter mengatakan usia ibu Setiawati tinggal 6 bulan, itu analisis berdasarkan perkembangan ganasnya kanker yang menggerogoti otaknya. Mungkin kita bisa memperlambat keganasan kanker itu, atau bisa juga melumpuhkannya. Ini sangat tergantung pada jodoh. Setiap manusia jodohnya berbeda, demikian juga dengan pengobatan terhadap seseorang. Kalau ibu Setiawati berjodoh dengan cara pengobatan saya, atas kehendak Tuhan, mudah mudah beliau sembuh. Tapi kalau tidak, mungkin tak ada jodoh diantara kami, dan saya tak bisa berbuat apa-apa.”
“ Ya, betul. Shinse. Aku bisa bertemu dengan Yohanes juga karena jodoh. Tanpa jodoh tak ada pertemuan. Aku sudah pasrah, Shinse. Lakukan saja apa yang Shinse anggap terbaik.“ Ibu Tia yang menjawab ketika dilihatnya suaminya diam saja.
Baba Atong senang mendengarnya. Ada pasien panik yang ingin begini, ingin begitu, kayak mereka penting sekali. Menghadapi orang tua yang berpikiran dewasa lebih gampang dinasehati dan diobati. Baba Atong membuka kitab kitabnya. Selama 2 jam tamunya duduk menunggu. Akhirnya ia berhasil menemukan apa yang dicarinya. Setelah menemukan bahan pengobatan, ia masih harus bertanya umur pasien, berat badan, dan membaca detak nadi dengan memegang pergelangan tangan ibu Tia. Setelah itu baru ia menuliskan resep. Resepnya terbagi 2. Yang satu berupa ramuan campuran dari berbagai macam herbal. Yang satu lagi bahannya hanya satu jenis : Haysom. Binatang laut ini juga dikenal dengan nama lain Gamat atau Teripang atau Timun Laut.
“ Teripang ?” seru Yohanes Surya tak percaya. Ia pernah melihatnya. Binatang itu menjijikkan.
“ Ya. Kalau bisa yang jenisnya Teripang putih atau Teripang emas yang ukurannya besar, minimal sejengkal lebih panjangnya. Dikonsumsi dalam keadaan segar tanpa dimasak ” tambah Baba Atong.