Setitik demi setitik, ia mengukir sesuatu di depanku. Batasku dan dia hanya sekeping kaca. Dia tak mampu menyentuhku, aku juga tak mampu menyentuhnya... Ironis memang, tapi aku merindukannnya. Saat kecil, ia jatuh di atas pucuk dedaunan, merayap turun, membasahi tubuhku yang bernuang dibawah pohon. Ia membelai tubuhku dengan mesra, aku menggelinjing kegelian... Ia merayap, meraba seluruh bagian tubuhku, hingga ke bagian yang paling sensitif... memasukiku tanpa bertanya aku bersedia dimasuki atau tidak... aku berdesah, terbuai oleh kemesraannya, ia terus membelaiku hingga aku meleleh, kegelian...Aku menggeliat geliat, terpukau, merapatkan tubuhku, berusaha merasakan kehangatan belaiannya, belaiannya semakin mendalam.... semakin membuatku tak tahan... Aku sekarang dibelitnya, dibalutnya, dirabanya, dielusnya, seluruh tubuhku merasakan sensasinya, aduhai.... aku tak tahan.... aku serasa ingin berteriak, cukup sudah!! cukup sudah!! Tapi dia tak pernah bosan membelaiku, mengelusku, merayapi seluruh tubuhku....Aku merasakannya, aku menikmatinya.
Tiba tiba ia berhenti, dan langsung pergi. Aku terpana... aku belum puas dielusnya, kenapa pergi ? Seluruh tubuhku basah kuyub, aku sedang keasikan... kenapa tiba tiba pergi ?
Lalu tiba tiba ia menyerbuku lagi, menyerbuku dengan ganas, kali ini ia menghentak dengan kasar, membuatku kesakitan. Aku merasa disakiti, aku merasa ingin meledak... Tapi nikmatnya luar biasa..... inilah yang kusukai darinya, bisa kasar, bisa halus...
Perlahan lahan ia mengurangi intensitasnya, makin lama makin memelan, aku serasa berada disurga bersama 7 bidadari.... aku basah kuyup.....
Hujan.... besok datang lagi ya.... tapi jangan membuatku tenggelam, karena aku masih ingin menikmati elusan dan belaianmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI