Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Penulis - Hanya orang biasa

Hidup ini indah kalau kita bisa menikmatinya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

KL Nai 07: Jimat dari Pembantu S3

24 Oktober 2017   21:13 Diperbarui: 24 Oktober 2017   21:17 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Nanti malam kamu berangkat bersama Arifin. Aku tak bisa ikut berhubung harus rapat konsolidasi dengan para pemegang saham yang ikut serta dalam pembangunan kilang. Setelah kamu mengusir Kunti itu, kami akan mengirim traktor untuk meratakan tanah disana."

Dasar Ramli ! Kenapa begitu tak sabaran. Apa ia yakin segalanya berjalan sesuai rencana ? Apa dia juga sepintar aku, menebak ulah Kunti itu adalah terror yang dilakukan pemilik pabrik sawit  yang selama ini membeli biji sawitnya ? Aku malas membantah. Kuiyakan saja biar segalanya cepat beres. Aku pergi mandi, lalu duduk menunggu dipanggil untuk makan malam. Aku pasti tak mau berangkat dengan perut lapar.

Saat aku makan, Ramli sibuk diluar bersama pekerja entah membicarakan apa. Aku sudah disuruh berangkat bersama Ifin, jadi tak perlu menunggunya makan bareng. Saat aku sedang makan, instingku  memberi isyarat kalau seseorang sedang menatapku secara diam diam. Tidak ada siapa siapa di dapur, namun instingku tetap memberiku sinyal positif. Saat aku membawa piring kotor ke tempat cucian, barulah aku tahu yang sedang menatapku itu Ken, si pembantu S-3, yang sampai saat ini aku masih tak yakin ada sarjana S-1 yang bersedia jadi pembantu. Tika pasti ngibul.

" Pak Jo.... Hati hatilah. " kata Ken dengan sikap gelisah.

Aku mendelik. Ken menguatirkanku ? Kenapa ? Apa ia mendapat firasat buruk aku akan   celaka malam ini ?

" Terima kasih atas perhatianmu, Ken." Kataku tulus.

Ken tampak gugup. Tangannya meremas ujung bajunya yang berwarna hitam. Aneh, biasanya ia memakai pakaian warna warni, kenapa malam ini berbaju hitam dan bercelana pendek hitam bergaris kuning ?

" Ken punya jimat anti bala, maukah pak Jo memakainya ?"

Aku mendelik lagi. Jimat anti-bala ? Apa di zaman semodren ini jimat anti-bala masih diperlukan?. Namun, berhubung tawaran itu datangnya dari pembantu berstatus S-3, kuanggukkan kepala. Ngapain menyinggung perasaannya? Toch Ken hanya ingin menunjukkan kebaikan hatinya. Ken mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, menyodorkan padaku. Benda itu kain  berwarna hitam dengan 3 garis guning, dijahit dengan benang putih, kontras sekali. Isinya entah apa, bentuknya mirip bantal. Kuterima jimat itu dan kukantongi sambil mengucapkan terima kasih pada Ken.

Aku keluar ke halaman. Ramli melihatku, langsung menyodorkan kunci. " Tuh, pak Arifin sudah menunggumu."

Aku tak menyangka Arifin datang kemari, kukira aku harus menjemputnya. Aku mengangguk hormat pada Ifin, dan mengajaknya berangkat.  Ifin membawa beberapa penerangan, mulai dari senter hingga lampu emergensi. Setelah mobil berjalan 10 menit, Ifin masih diam saja. Aku tak tahan dan bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun