Sudah tidak asing lagi di telinga para mahasiswa tentang globalisasi. Dengan globalisasi mereka tidak bakal deh ketinggalan zaman. Oke itu benar. Tetapi, sesuai dengan syar,i, yang sulit kita dapatkan saat ini. Tak perlu kita jauh melihat, sekitar kampus saja kita bisa menilai sesuatu hal yang menjadi trending topic di seluruh dunia. Hal tersebut begitu cepatnya berkembang di kampus, bahkan di desa-desa yang sudah tersentuh tekhnologi saat ini. Membumingnya tarian Gangnam style yang akhir-akhir ini mendunia, membuat semua kalangan dari para remaja dan anak kecil pun hapal terhadap gerakan dan lagu tersebut. Tetapi, ketika kita di tes untuk menyanyikan salah satu lagu wajib Negara kita, banyak yang tidak hapal. Apalagi di tes untuk baca Al-Quran, hasilnya nihil. Globalisasi menurut Steger adalah,” kondisi sosial yang ditandai dengan adanya interkoneksi ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan global dan arus yang membuat banyak dari perbatasan.saat ini sudah ada dan batas-batas tidak relevan”. Interkoneksi di berbagai bidang yang menjamur di seluruh Indonesia kini menjadi tantangan bagi Aktivis Dakwah. Mengapa? Sedikitnya masyarakat menerapkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan filter untuk menerima dari semua globalisasi yang terjadi. Akhirnya, kita kehilangan jati diri kita sendiri sebagai muslim. Kampus merupakan inti kekuatan, dan warga civitas akademika adalah obyek utama. Ditinjau dari struktur sosial kemasyarakatan, mahasiswa dan kampus merupakan satu kesatuan sistem sosial yang mempunyai peranan penting dalam perubahan sosial peri-kepemimpinan di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan dari potensi manusiawi, mahasiswa merupakan sekelompok manusia yang memiliki taraf berpikir di atas rata-rata. Dengan demikian, kedudukan mahasiswa adalah sangat strategis dalam mengambil peran yang menentukan keadaan masyarakat di masa depan. Terkadang mahasiswa tidak menyadari perannya saat ini. Mahasiswa sekarang asik mengikuti perkembangan zaman, dan hanya menjadi penonton bahkan korban dari perkembangan tersebut. Dari hal yang kecil kita lihat dari segi fashion. Banyak sekali sekarang remaja pria dan wanita menggunakan pakaian yang tidak wajar bagi seorang muslim. Dari pakaian yang serba ketat bahkan memperlihatkan aurat secara terbuka. Astaghfirullah. Ternyata, walaupun kita sudah terbebas dari penjajah Belanda dan Jepang, tetapi kita tetap dijajah oleh kebiasaan Zionis. Memandang dari sudut pandang yang salah, itulah yang kebanyakan mahasiswa lakukan terhadap Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Mereka menganggap aneh dan fanatic ketika melihat para Aktivis yang ABG ( Akhwat berjilbab Gede). Memangnya ada yang salah dengan hal tersebut? Bukankah wajib bagi setiap wanita itu menutup aurat secara benar dan Syar’i. Pekerjaan rumah yang sangat sulit bagi Aktivis Dakwah Kampus ( ADK ) Ukhuwah menghadapi keadaan yang demikian. Menyerukan dakwah yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi perjuangan para ADK Ukhuwah tidak sampai disini. Dakwah akan selalu mengudara di kampus Universitas Baturaja ini. Tenaga, pikiran dan materi selalu disumbangkan untuk berdakwah dan berjuang. Inilah peran LDK sesungguhnya. Yaitu mencetak kader-kader dakwah yang tangguh dan konsisten dijalan dakwah. Salah satu cara berdakwah di lingkungan kampus, yaitu memperhatikan penampilan. Karena penampilan itu sangat penting dalam berdakwah. Sebagai contoh, kita melihat sebuah produk itu dari penampilanya terlebih dahulu, mungkin dari kemasannya dan estetikanya.Dan kita sebagai konsumen tertarik akan produk tersebut. Minimal hanya bertanya, walaupun tidak membeli. Sama halnya sebagai ADK, kita harus memperhatikan penampilan kita agar tidak membuat orang lain menilai seorang ADK itu kampungan dan ketinggalan zaman. Khusus ikhwan, tidak harus memakai celana dasar ketika datang ke kampus. Bisa saja kita menggunakan celana jeans dengan syarat tidak ketat. Agar kita bisa membaur terhadap teman-teman yang lain, dan secara perlahan kita menyiarkan Islam yang sesungguhnya, kepada mereka. Seperti sabda Rasulullah SAW,” berdakwalah engkau sesuai dengan bahasa kaummu”. Wahai ADK Ukhuwah, gaul itu boleh, tetapi harus dan tetap Syar’i. Jangan sampai deh kita menjadi KOPER ( Korban Pergaulan), mendingan jadi KUPER ( Kurang Pergaulan). Jalan juang kita sebagai ADK Ukhuwah tidak berhenti sampai disini. Tidak berhenti karena adanya hujan dan badai. Tetapi, yakinlah bahwa sesudah hujan tersebut akan ada pelangi yang indah. Kita bukan hanya kumpulan orang-orang yang baik, tetapi kita berkumpul untuk menjadi lebih baik. ALLAHHUAKBAR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H