Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, kini berada di ambang era Society 5.0. Era ini ditandai dengan integrasi mendalam teknologi digital ke dalam setiap aspek kehidupan, menawarkan peluang besar untuk kemajuan sekaligus tantangan yang kompleks. Tantangan utamanya adalah bagaimana memanfaatkan teknologi ini sejalan dengan nilai-nilai Islam guna mewujudkan Indonesia yang lebih adil, makmur, dan beradab.
Society 5.0, yang dikenal sebagai konsep masyarakat super pintar yang menghubungkan dunia fisik dan digital, menjanjikan peningkatan efisiensi, inovasi, dan kualitas hidup. Namun, kemajuan ini juga membawa risiko, seperti kesenjangan digital yang semakin tajam, pelanggaran privasi, hingga maraknya penyebaran hoaks yang dapat memecah belah masyarakat. Dalam konteks ini, integrasi nilai-nilai Islam sangat penting untuk memastikan pengembangan dan pemanfaatan teknologi dilakukan secara etis, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.
Nilai-nilai Islam seperti kejujuran, keadilan, kepercayaan, dan kerja keras sangat relevan dengan Society 5.0. Contohnya, kejujuran menjadi elemen krusial dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). AI yang dibangun dengan data yang akurat dan transparan akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat, sementara sistem yang tidak transparan dapat menyebabkan ketidakadilan dan bias.
Keadilan juga menjadi prinsip utama. Teknologi harus diakses secara merata untuk menghindari kesenjangan digital yang dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi. Pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat, terutama kelompok rentan, perlu menjadi prioritas. Hal ini selaras dengan ajaran Islam yang menekankan keadilan sosial dan ekonomi.
Prinsip amanah atau kepercayaan sangat relevan dalam menjaga keamanan data dan privasi. Data pribadi harus dilindungi dari penyalahgunaan melalui regulasi yang kuat dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan informasi. Kepercayaan juga menjadi landasan dalam membangun ekosistem digital yang sehat dan beretika.
Kerja keras adalah kunci keberhasilan dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi. Inovasi membutuhkan komitmen, dedikasi, dan usaha dari berbagai pihak, mulai dari peneliti, pengembang, hingga pengguna. Nilai ini menginspirasi semangat untuk terus menciptakan solusi teknologi yang bermanfaat bagi bangsa.
Integrasi nilai-nilai Islam dalam revolusi teknologi memerlukan peran aktif dari berbagai pihak. Pemerintah perlu membuat regulasi yang melindungi hak masyarakat, mencegah penyalahgunaan teknologi, dan mendorong inovasi yang beretika. Lembaga pendidikan harus mengajarkan etika digital dan nilai-nilai Islam agar generasi muda menjadi lebih cerdas, kritis, dan bertanggung jawab. Ulama dan tokoh agama juga berperan dalam memberikan pemahaman yang relevan mengenai Islam dan teknologi, membantu masyarakat menggunakan teknologi secara bijak. Sementara itu, masyarakat sendiri harus berkontribusi dalam menciptakan ekosistem digital yang sehat dengan memanfaatkan teknologi untuk hal-hal positif dan menghindari penyebaran hoaks.
Dengan demikian, Indonesia dapat menyambut era Society 5.0 dengan optimisme. Melalui integrasi nilai-nilai Islam dalam pengembangan teknologi, kita dapat membangun peradaban yang mencerminkan nilai luhur agama dan budaya bangsa. Menuju Indonesia yang maju, adil, makmur, dan bermartabat.
Ditulis oleh Deri Hanan dan Faisal Ridho
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H