Widia teringat orang yang menelponnya semalam bersuara wanita. Ia malas mengatakannya. Ia berpegang teguh itu panggilan dari Aldi. Jean tadi pagi juga mendapat panggilan dari Aldi namun yang didengarnya suara seseorang yang tidak dikenal, suaranya wanita, ia juga enggan mengatakan hal itu. Masing-masing bertahan bahwa Aldi yang memanggil mereka.
" Dia pura-pura koma, " Keduanya berke-simpulan sama setelah bertengkar setengah jam. Mereka menggoyang tubuh Aldi, bahkan Jean menggelitik ketiak Aldi. Aldi diam saja. Akhirnya keduanya memutuskan, panggilan itu berasal dari hantu penghuni rumah Aldi, dan keduanya pura-pura mengatakan akan ke toilet tapi langsung cabut dari rumah sakit.
Malam ini Meilan merasa kesepian. Selama 4 bulan setiap menjelang malam ia mengintip lewat bubungan untuk mengintip Aldi pulang, lalu mengekori Aldi masuk untuk melihat apa yang dikerjakan Aldi, terkadang mencuri makanan yang  dibeli Aldi. Rasa kebersamaan sudah terjalin di hatinya. Ia merasa Aldi miliknya. Tapi dilema itu, membiarkan Aldi tinggal setahun berarti ia akan kehilangan miliknya, warisan ayahnya, membuat hatinya tak tenteram. Meneror Aldi akan membuat hatinya merana, membiarkan Aldi akan membuat hidupnya sengsara. Kemana ia harus pergi jika rumah ini dijual agen properti?
Setiap malam ia mengintai kegiatan Aldi. Sejak kerusuhan berlalu ia berubah jadi manusia kalong. Siang tidur, malam mencari makanan. Sejak Aldi tinggal bersamanya, setiap beberapa malam ia keluar untuk mengambil makanan di kelenteng, lalu pulang untuk mengamati kegiatan Aldi. Ia sudah membayangkan Aldi pacarnya, buah hatinya, bahkan suaminya, tapi begitu ia membuka cadarnya, ia merasa Aldi berada di bumi sedangkan ia Alien yang kesasar hingga terpaksa tinggal bersama manusia.
Alien pas untuk menggambarkan wajahnya yang menyeramkan, selain hantu. Dunianya dengan dunia Aldi berbeda. Ia sadar konsekuensi dari mencintai Aldi. Selamanya ia tak mungkin muncul di hadapan Aldi kecuali mengenakan cadar. Mana mungkin Aldi bersedia berteman dengannya tanpa mempertanyakan apa yang ia sembunyikan di balik cadar?
Malam ini jam 9 ia memberanikan diri keluar menuju kelenteng. Ia ingin berdoa bagi kesadaran Aldi. Tadi siang ia sudah menempuh bahaya masuk ke kamar perawatan Aldi. Kamar itu berada di lorong, tak ada jendela membuatnya harus masuk layaknya tamu yang ingin membezuk. Â Saat di kamar Aldi ia meraba denyut nadi Aldi, denyutnya teratur, tapi Aldi tak sadarkan diri. Dari pembicaraan dokter dan perawat ia tahu Aldi koma. Ia ingin tinggal di kamar itu untuk merawat Aldi. Ia mengambil tangan Aldi, lalu instingnya mengisaratkan ada bahaya yang sedang menuju dirinya.Â
Secepatnya ia keluar. Untunglah ia cepat keluar, kalau tidak ia pasti bertemu Widia dan Widia pasti mempertanyakan  kenapa ada wanita bercadar berada di kamar Aldi?
Kelenteng masih ramai. Sebahagian pengunjung dikenalnya sebagai orang yang berjualan di Glodok. Beberapa sudah biasa melihat wanita bercadar berkeliaran di malam hari. Orang tua jarang ada yang menegurnya, yang suka ingin merenggut cadarnya adalah pria kurang ajar atau pemuda hidung belang.
Ia yakin kelenteng tempat pria baik-baik datang berdoa, tak mungkin ada hidung belang. Diberanikan diri bersujud di depan rupang dewi Kwan Im, memohon kepada Dewi Kwan Im agar memberi kesadaran dan pengembalian ingatan Aldi. Ia berdoa dengan khusuk. Beberapa pria menatapnya, aneh melihatnya bercadar, seakan ia orang yang salah masuk rumah ibadah. Orang berkerudung dan bercadar biasanya beridadah bukan di kelenteng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H