Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

SAD 56: Putri Duyung Berwajah Jelek

13 November 2014   17:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:54 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1401769492286534493

[caption id="attachment_339928" align="alignnone" width="300" caption="Koleksi fotoku"][/caption]

Mau tak mau Kobastian keluar dari rumahnya. Ia berjalan gontai menuju rumah mertuanya. Ia tiba disana dan melihat Reya sedang duduk di beranda sambil memegang buku. Ia teringat pertemuan mereka yg pertama, Reya juga memegang buku.

“ Reya, aku pulang…”  katanya pelan. Reya diam saja. Kobastian berjalan ke dapur, menyapa mertuanya, bertanya apakah semua baik baik saja. Nyonya Lie mengatakan semua baik baik saja. Kobastian tak berani merepotkan ibu mertuanya. Ia membawa baju kotor ke kamar mandi, merendam sebentar, lalu dicuci dan dikeringkan. Setelah makan siang, ia tidur gara gara 2 malam kurang tidur.

Sorenya, ia mengajak Reya ke kelenteng, berdoa demi kesembuhan Reya, setelah itu ia mengajak Reya duduk di dermaga. “ Kamu pernah kesini, Reya ? Apakah kamu dan teman temanmu pernah kesini? Teman-temanmu pasti berbohong mengatakan kamu pingsan di dekat jembatan. Daerah itu memang angker, cocok untuk dijadikan kambing hitam. Aku yakin kamu menatap wajah putri duyung. Putri duyung marah dan membuatmu hilang ingatan. Siapa nama teman-temanmu, Reya ?” tanya Kobastian. Perasaannya agak tertekan. Omongannya agak emosi. Reya tidak menjawab. Ia mengajak Reya pulang, ia bertanya pada nyonya Lie, siapa teman teman yang ikut Reya berjalan jalan pada saat Reya kehilangan ingatan. Nyonya Lie mengatakan ada3 orang. Fifi, Rina, dan Kartika.

“ Kenapa kamu ingin mengetahui nama  teman-teman Reya yang ikut jalan jalan pada hari itu ?” tanya nyonya Lie heran.

“ Mama mertua, pernahkah mama mertua mendengar mitos, bahwa jika manusia beradu tatap dengan putri duyung, maka manusia akan berubah menjadi patung ?”

“  Ini pernah kudengar. Tapi itu hanya dongeng. Putri duyung hanya ada dalam dongeng. Tak mungkin putri duyung ada di dunia nyata. Lagipula, mana mungkin Reya beradu tatap dengan putri duyung? Menurut teman temannya, Reya pingsan di dekat jembatan.”

“ Apakah semua manusia berkata jujur ?”

Wajah nyonya Lie pucat pasi. Ia seperti ditikam oleh menantunya. Ia tak menyangka menantunya tahu banyak, tapi,--- topik ini tentang putri duyung, bukan tentang kejujuran. “ Apakah kamu menduga teman-teman Reya berbohong?” tanya Nyonya Lie segera.

“ Putri Duyung selama ini digambarkan berwajah cantik, bertubuh separo ikan, bersisik, mirip bidadari. Tapi siapa yang pernah bertemu atau bertatap mata dengannya? Tak ada ! Tak ada bukti tentang itu. Bagaimana jika selama ini dugaan manusia salah? Putri Duyung berwajah jelek, untuk menutupi kejelekannya, ia memelihara rambut panjang sehingga wajahnya tertutup rambut. Suatu ketika, jika ada manusia yang baik sengaja maupun tidak sengaja melihat wajah aslinya, agar manusia tersebut tidak menceritakan kejelekannya, maka siapapun yang menatap wajah putri duyung dikutuk menjadi patung, paling tidak kehilangan ingatan.”

Nyonya Lie tertegun. “ Darimana kamu tahu semua ini ?”

Kobastian masuk ke kamarnya, keluar lagi dengan sebuah buku. Disodorkan buku itu pada nyonya Lie. Buku itu dibeli Kobastian di Dumai. Ia telah membaca 7 buku tentang Putri Duyung. Semua buku bercerita tak pernah sama.

“ Kurasa Reya dan teman temannya ke dermaga, bermain disana, lalu sesuatu muncul tiba tiba, Reya kaget, ia menyibak rambut Putri duyung, melihat wajah putri duyung. Itu sebabnya ingatan Reya dihilangkan.”

“ Ini… Ini…” nyonya Lie seakan akan dihadapkan dengan makluk gaib.

“ Di mana rumah teman-teman Reya yang mama mertua sebutkan tadi? “ tanya Kobastian. Nyonya Lie menyebutkan satu per satu rumah teman-teman Reya. Kobastian meminjam motor mendatangi satu per satu rumah-rumah itu. Satu jam kemudian ia pulang dengan wajah lesu. Nyonya Lie bertanya apa hasil yang didapat menantunya. Kobastian mengatakan ketiga teman Reya tidak berada di Bengkalis lagi. Ada yang bekerja ke Singapura, ada yang ke Pekanbaru, satu lagi ke Medan. Pupuslah harapan Kobastian untuk mengorek keterangan dari ketiga teman Reya.

“ Paranormal mengatakan Reya Chiong/menabrak roh jahat. Apakah betul yang dilihat Reya itu Putri Duyung?” tanya Nyonya Lie seakan akan pada dirinya sendiri. Tak ada yang bisa menjawab pertanyaannya. Kobastian tak berani menceritakan pengalamannya. Ia takut dibilang orang gila,  atau mengarang cerita  tak masuk akal.

Dua hari kemudian Naga Bahari berlayar menuju Dumai. Kobastian membawa satu pak kuaci. Dari pengalaman sebelumnya, Kobastian yakin Putri Duyung takut terhadap manusia,  paling tidak tak suka wajahnya dilihat manusia, itu sebabnya lebih sering muncul pada sore hari, menjelang matahari terbenam, dan pada malam hari.

Sore itu Kobastian melarung semangkok makanan dengan mangkok plastik baru. Ia menulis : Aku meminta maaf atas kejadian dulu. Maukah Tuan Putri memaafkanku ? Ia menunggu hingga jam 9 malam. Mangkoknya tak dikembalikan. Kobastian tak putus asa. Ia menulis di mangkok baru kalimat yang sama disertai sebungkus kuaci. Jam 9.30 dilarungkan, jam 12 masih belum mendapat balasan. Kobastian melarung satu mangkok lagi, ia menunggu sampai jam 3, tetap tak mendapat balasan.

Cerita itu sudah tersedia dlm bentuk centak. Yang berminat sms ke 0856 1273 502

Masihkah Putri Duyung bersedia berkomonukasi dengan Reya ? Bagaimana cara Reya sembuh ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun