Mohon tunggu...
Rizqa Derfiora
Rizqa Derfiora Mohon Tunggu... -

Pakar teknologi dalam bidang energi dan mobilitas serta pemerhati masalah sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Visi 202x: Energi dan Transportasi

19 November 2010   20:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bismillahirrahmanirrahim. 1. Tujuan Kemerdekaan Menyambut hari kemerdekaan 17 Augustus yang ke 64, sekali lagi segenap bangsa Indonesia kembali merenungkan arti dari kemerdekaan itu. Kemerdekaan itu adalah rahmat, begitu pesan para prolopor bangsa ini. Seyogyanya suka cita dan terimakasih kita kembalikan kepadaNya atas rahmat ini. Semoga para pejuang kemerdekaan yang telah berjasa bagi bangsa dan rakyat berada senantiasa dalam naungan rahmatNya. Kemerdekaan itu sendiri pada hakikatnya berarti dikembalikannya hak-hak asasi manusia (HAM) pada pemiliknya yaitu rakyat atau bangsa itu sendiri, setelah ia dirampas. Pada era perjuangan kemerdekaan, perampasan HAM ini bentuknya sangat kongkrit dan linear yaitu penjajahan oleh bangsa lain. Sedangkan dalam era globalisasi sekarang ini, bentuk penjajahan itu lebih berwujud abstrak dan kompleks. Inti masalahnya bukan lagi dirampasnya HAM suatu bangsa atau rakyat oleh bangsa lain, tetapi cenderung tidak terpenuhinya HAM suatu bangsa atau rakyat oleh bangsa itu sendiri. Tujuan kemerdekaan itu sendiri adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat, yang sejalan dengan amanat pelopor bangsa. Oleh karena itu HAM yang paling mendesak dan yang paling visioner untuk segara dipenuhi bangsa Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Rintangan bangsa Indonesia yang harus mereka atasi sendiri dalam perjuangan ini adalah fungsi-fungsi abstrak seperti kelaparan, kemiskinan dan kebodohan. Itulah misi generasi bangsa Indonesia sekarang ini dalam mengisi kemerdekaan yang diwariskan pada mereka. Kesejahteraan rakyat adalah rahmat yang juga harus diperjuangkan dan diwujudkan! 2. Korelasi antara kesejahteraan suatu bangsa dengan ketersediaan Energi dan Transportasi 2.1. Teknologi Pernyataan bahwa teknologi adalah motor dari kemanusiaan, bukanlah suatu yang berlebihan. Maju dan mundurnya peradaban manusia sangat terkait dengan perkembangan penguasaan teknologi. Teknologi tertua di muka bumi ini barangkali adalah penemuan manfaat api. Pada jamannya penemuan ini tentunya sangatlah revolusioner, sebuah teknologi yang mampu mengantarkan umat manusia pada peradaban yang lebih maju yang masih berperan hingga saat ini. Teknologi itu sendiri pada dasarnya bersifat netral, dia bisa baik ataupun buruk. Namun arti atau nilai suatu teknologi lebih ditentukan oleh masyarakat yang menggunakannya. Sejalan dengan waktu, teknologi-teknologi baru menawarkan solusi yang lebih baik dan lebih cepat. Secara strategis bangsa Indonesia tentunya menginginkan pemanfaatan teknologi-teknologi yang bisa mengantarkan mereka pada perwujudan kesejahteraan rakyat secara efektif dan efisien. Sebagai contoh, pemanfaatan teknologi satelit telah berhasil mewujudkan pemerataan informasi di tanah air. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional menjadi lebih efektif dengan adanya teknologi satelit. 2.2. Energi Korelasi antara kesejahteraan suatau bangsa dengan ketersediaan Energi adalah teramat jelas. Ini bisa dilihat langsung dengan membandingkan indeks antara konsumsi energi per kapita negara-negara maju (Amerika Utara 7942.9 dan Eropa 3773.4) dengan negara-negara berkembang (rata-rata 975.9 dan Indonesia 814.0) maupun dengan negara-negara miskin (rata-rata 491.8). Negara sahabat tetangga kita Malaysia berada diatas rata-rata indeks dunia (rata-rata Dunia 1778.0 dan Malaysia 2418.0. Sumber earthtrends.wri.org). Dari ukuran ini, maka jelas terlihat bahwa secara global ada kesenjangan sosial yang sangat mencolok di muka bumi ini. Selain itu tiga perempat dari energi yang digunakan di seluruh dunia hanya dimiliki oleh seperlima dari penduduk dunia. Dilain pihak, diperkirakan bahwa keperluan energi hingga 2030 akan tumbiuh 60% dan dua pertiga dari pertumbuhan ini akan terjadi di negara-negara berkembang dan negara-negara industri baru. Artinya, pertumbuhan ekonomi dunia sesungguhnya akan berlangsung di negara-negara tersebut! Dalam Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, Sumber Energi Mix ditanah air yang diproyeksikan pada tahun 2025 akan berkomposisi: Miyak Bumi 20%, Gas 30%, Batubara 33% dan Energi terbaharukan 17%. Berangkat dari kondisi awal pada tahun 2005 yang berkomposisi: Miyak Bumi 51.66%, Gas 28.57%, Batubara 15.34% dan Energi terbaharukan 4.43%. Khususnya dalam kajian potensi energi tenaga angin, hal ini ditanah air masih kurang mendapatkan perhatian yang layak dan serius. Hanya 600kW kapasitas energi tenaga angin yang terinstalasi di Indonesia. Kecepatan angin antara 3-6m/s selalu menjadi alasan minimnya potensi energi angin di Indonesia. Bentuk Energi yang paling efisien adalah Energi Listrik. Pemeratan penyebaran energi listrik tentunya adalah faktor penting dalam mewujudkan dan pemerataan kesejahtraan rakyat. Seperti tercatat, Indonesia membutuhkan 3.5GW (Giga Watt) per tahun untuk mengimbangi pertumbuhan sektor ril. Namun sangat perlu penentuan langkah-langkah strategis yang matang dan terpadu untuk pengelolaan Energi Listrik, baik dari di sektor pembangkit tenaga listrik maupun di sektor distribusi tenaga listrik. Proyek 10GW tahap I yang seharga kurang lebih 5 Triliyun Rupiah (500 Juta Rupiah/MW) hanya berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbasis Batubara. Pada dasarnya program ini adalah sebuah kebijakan yang sudah tepat, terlebih-lebih jika benar-benar memanfaatkan batubara lokal. Namun pengadaan pembangkit listrik yang hanya tergantung pada satu negara produsen, dalam hal ini Cina, adalah suatu keputusan yang berrisiko tidak kecil. Risiko proyek besar semacam ini bisa diminimalisasi jika melibatkan banyak produsen. Kebijaksanaan ini harus diputuskan seperti itu karena Cina adalah satu-satunya pihak yang mendanai program ini, mungkin adalah sebuah penjelasan. Catatan kedua. Efesiensi PLTU konvensional berbasis Batubara made in China tidak akan lebih baik dari 31%. Sedangkan teknologi PLTU berbasis Batubara yang paling modern efesiensinya bisa mencapai 43%. Bisa jadi PLTU produksi Cina jauh lebih murah, tapi yang sangat penting untuk diperhatikan adalah kwalitas PLTU tersebut. Jangan sampai biaya pemeliharaan PLTU dalam jangka waktu operasi lebih mahal dari harga PLTU itu sendiri. Selisih efisiensi kedua teknologi tersebut juga dalam jangka panjang akan menentukan nilai ekonomis PLTU yang konvensional. Belum lagi jika mengikutsertakan isu lingkungan hidup. Emisi yang dihasilkan PLTU konvensional yang setiap 1 kWh lebih besar dari 1kgCO2. Sejalan dengan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 tentang alokasi energi Gas yang stabil hingga tahun 2025, pengadaan PLTU berbasis Gas perlu juga dipikirkan dan direncanakan secara matang. Teknologi PLTU berbasis Gas dengan menggunakan teknologi turbin Gas yang termodern bisa mencapai efesiensi diatas 60%. Selain itu emisi yang dihasilkan PLTU berbasis Gas setiap 1 kWh lebih kecil dari 0.4kgCO2. Disini dibutuhkan Investasi awal yang lebih mahal, tapi dalam jangka panjang teknologi PLTU berbasis Gas jauh lebih ekonomis dan lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan PLTU berbasis Batubara. Meningkatkan kapasitas Enegi Listrik bukanlah hanya dengan membangun Pembangkit tenaga listrik baru semata. Meningkatkan kwalitas, realibilitas dan efisiensi jaringan listrik yang telah ada, juga salah satu upaya yang bisa berdampak signifikan dalam meningkatkan kapasitas Energi Listrik. Interkoneksi jaringan antar pulau dan peningkatan faktor daya (power factor) jaringan dengan memanfaatkan teknologi elektronika daya adalah contoh optimalisasi jaringan listrik yang bisa dilaksanakan dalam jangka cukup singkat. 2.3. Transportasi Tersedianya fasiltas infrastruktur transportasi, misalnya transportasi publik yang terjangkau, berdampak langsung dalam proses pengentasan kemiskinan. Dengan sistem transportasi yang lancar masyarakat dipermudah dalam mengakses pekerjaan, pendidikan, pelayanan kesehatan dan sistem pelayanan lainnya yang berada di daerah lain. Sistem transportasi adalah faktor penting yang berkaitan langsung dengan efisiensi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Sistem trasportasi yang tidak lancar adalah salah satu penyebab high cost economy. Waktu adalah uang. Setiap waktu individu yang tersita, ketelatan dalam pengiriman barang ataupun jasa dan energi yang terbuang disebabkan sistem transportasi yang tidak lancar, selain membuat kerugian financial, juga menyebabkan kerusakan lingkungan hidup dan salah satu penyebab stress utama dalam kehidupan masyarakat. Perlu juga digarisbawahi bahwa biaya transportasi memiliki efek multiplikatif dalam setiap harga produk dan jasa. Makin efisien suatu sistem transportasi maka makin terjangkau harga produk dan jasa. Tidak perlu dijelaskan panjang lebar, jelas sudah bahwa daya saing suatu bangsa juga ditentukan oleh kwalitas dari sistem transportasi yang dimilikinya. Meniru best practice penetapan target Sumber Energi Mix Indonesia yang termaktub dalam Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, maka seharusnya Indonesia juga memerlukan target Sistem Transpotasi Mix yang akan termaktub dalam sebuah Blue Print Pembangunan Sistem Transportasi Nasional yang terintegrasi 200x-202x. Untuk membangun sistem transportasi terintegrasi, yang secara finansial dan ekonomi berkesinambungan, maka sistem transportasi yang dipilih haruslah cost-effective dan mampu menjawab kebutuhan ataupun permintaan yang mudah berubah. Sistem transportasi juga berdampak pada lingkungan hidup oleh karena itu perlu perencanaan terpadu yang matang. Pilihan teknologi, adaptasi infrastruktur terhadap struktur geografi, manajemen permintaan, integrasi dengan sistem transportasi lainnya serta penerapan biaya transportasi yang progresif yang berpihak pada lingkungan hidup adalah beberapa hal yang perlu disebutkan. Prediksi produksi puncak minyak bumi antara 2015 dan 2030 perlu juga diantisipasi dalam penentuan teknologi sistem transportasi, karena setelah periode ini trend harga minyak bumi akan terus melambung naik, yang diprediksikan bisa mencapai tiga kali lipat harga sekarang. Karakter geografis tanah air mengisyaratkan pentingnya transportasi laut dan transportasi udara. Dua sistem ini telah menemukan tempatnya sediri ditanah air dan tidak akan menjadi fokus dalam tulisan ini. Sedangkan infrastruktur Tranportasi darat yang didominasi oleh jalan raya untuk angkutan berbasis minyak bumi perlu dilengkapi dengan pembangunan transportasi darat berbasis listrik. Sistem transportasi Mix yang terintegrasi ini harus dibangun untuk meningkatkan fleksibilitas dan memenuhi kebutuhan dimasa depan, baik untuk sistem tansportasi antar kota (inter city) maupun inter kota (urban transport). Lebih spesifik lagi sistem transportasi darat yang berbasis listrik yang dimaksud disini adalah sistem transportasi rel. Keuntungan dari sistem transportasi rel berbasis listrik terutama selain merupakan sistem yang lebih ekonomis dan lebih ramah lingkungan, juga sebagai persiapan untuk mengantisipasi ketergantungan pada sistem transportasi berbasis minyak bumi yang pada saatnya nanti tidak akan lagi ekonomis. Tercatat bahwa konsumsi energi per orang dari sistem transportasi darat berbasis listrik, seperti kereta listrik cepat, tiga kali lebih sedikit dari yang dibutuhkan sistem transportasi darat berbasis minyak, seperti mobil personal, dan empat kali lebih sedikit dari pesawat terbang. Tentu saja energi listrik untuk sistem transportasi darat berbasis listrik harus disediakan melalui proses konversi energi yang juga bisa berbasis minyak. Disinilah keunggulan sistem transportasi berbasis listrik. Dalam pengadaan energi listrik, ada fleksibilitas dalam memilih alternatif konversi energi yang setiap saat bisa diadaptasi sesuai dengan ketersediaan Sumber Energi Mix. Keunggulan sistem transportasi darat berbasis listrik menjadi semakin jelas dalam kondisi diamana permintaan tinggi, stabil dan rutin. 3. Visi Indonesia 202x Visi adalah sebuah kata yang besar. Sebuah mimpi untuk diwujudkan menjadi kenyataan. Visi dibawah ini adalah sebuah spontanitas ala pak Tino Sidin seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini. Sebagai catatan pinggir, Pak Tino Sidin adalah seorang seniman yang mendedikasikan hidupnya untuk kesejahteraan anak-anak. Kita bayangkan beberapa puluh kilometer disebelah Barat Pulau Sumatra, di dua tempat di Samudra Indonesia, pertama di bagian utara di Aceh dan kedua bagian selatan di Bengkulu pada tahun 202x terinstalasi pembangkit listrik tenaga angin (Offshore Windfarm) yang menggunakan teknologi Verticle Wind Turbine (VWT). Masing-masing “Ladang Angin” bisa memenuhi kapasitas maksimum 5 GW. Setiap generator VWT berkapasitas 10 MW. Pembangkit listrik tenaga angin akan dihubungkan ke daratan dengan menggunakan teknologi Grid Accsess yang terinterkoneksi dengan jaringan listrik di Pulau Sumatra. Mengapa VWT? Pertama, teknologi VWT diperkirakan cocok untuk kecepatan angin 3-6m/s, sebuah teknologi visioner yang tidak menggunakan Gear Box, yang dalam bahasa teknik disebut sebagai Direct Drive. Teknologi generator VWT menggunakan prinsip Permanent Magnet. Ini menjadikan teknologi ini lebih efisien dari teknologi pembangkit tenaga angin konvensional. Kedua, keuntungan topologi vertikal memungkinkan VWT menangkap energi angin dari segala arah. Ketiga profil kincir vertikal sangat sederhana dan uniform, sehingga ongkos produksinya relatif lebih murah. Sehingga secara overall system cost teknologi VWT ini diperkirakan akan jauh lebih ekonomis dari yang konvensional. Gambar 1. Sumatra: Visi Indonesia 202x Dilain tempat di Pulau Sumatra di sebelah pesisiran timur, dari Banda Aceh hingga Bandar lampung direalasikan sistem transportasi rel berbasis listrik yang menghubungkan kota-kata penting di Sumatra sepanjang kurang lebih 1700km pada tahun 202x yang akan mengakhiri masa bakti jalur rel peninggalan Belanda setelah sekian ratus tahun lamanya. Jalur kereta listrik double track yang seluruhnya terelektrifikasi dengan teknologi 25kV 50 Hz, sehingga interkoneksi dengan jaringan listrik umum 50Hz bisa lebih sederhana. Sistem fisik rel dan sistem kontrol keamanan didesign untuk memungkinkan kereta listrik bisa melaju hingga kecepatan maksimum 250kmh. Banda Aceh – Bandarlampung hanya dalam 10 Jam bukan lagi masalah. Jalur ini bisa dimanfaatkan untuk transportasi publik dan barang. Mengapa fokusnya adalah Sumatra. Pertama kepadatan penduduk di Sumatra yang tidak terlalu padat lebih optimal dari di pulau Jawa. Sehingga masalah pembebasan tanah dan tata ulang pemukiman disekitar jalur rel bisa berlangsung relatif lebih mudah dan lebih realistis. Kedua keberadaan proyek ini serta merta akan menjadi magnet yang diharapkan bisa menyebabkan penyebaran penduduk dari Jawa ke Sumatra, karena dengan adanya kedua proyek tersebut jutaan lapangan pekerjaan dan aktifitas ekonomi baru akan terbuka disana. Ketiga jika proyek ini berhasil, maka pengalaman dari Sumatra bisa diteruskan ke daerah lain dengan kondisi permasalahan yang mungkin lebih kompleks. Jika bisa copy and paste maka lebih baik lagi. Selain itu perlu juga disiapkan strategi penguasaan teknologi dan pemenuhan local content sebanyak mungkin. Perlu direncanakan dengan matang bagian-bagian penting proyek ini yang bisa diproduksi lokal dengan membangun pabrik-pabrik terkait di Sumatra melalui jalur Joint Venture. Misalnya untuk 300 km pertama pembangunan sistem transportasi rel bekerja sama dengan pihak asing yang melibatkan teknisi-teknisi lokal. Secara bertahap hingga mencapai 600 km diharapkan proyek ini mampu diambil alih teknisi Indonesia 100% dalam bentuk perusahaan Indonesia ataupun Joint Venture. Keuntungan Joint Venture adalah terbukanya kemungkinan bersinergi dengan perusahan multinasional, sehingga ada akses ataupun kesempatan bagi teknisi-teknisi Indonesia untuk dipekerjakan di proyek-proyek diluar Indonesia. Visi saja tidaklah memecahkan masalah. Tanpa Visi kita tidak pernah mampu melihat dan mengerti akan masalah kita sebenarnya. Salam merdeka! (Tulisan ini adalah note facebook rizqa derfiora bertanggal 17 Agustus 2009)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun