Tahun 1998 Indonesia mengalami krismon yang kepanjangan dari krisis moneter saat itu umur ku 8 tahun dan aku belum mengetahui separah apa keadaan saat itu dan 2008 Indonesia kembali mengalami krisis meski katanya Indonesia bisa bertahan tapi rakyatnya ada yang tak bisa bertahan terutama petani karet.
Mata pencaharian warga di sini Sumatera Selatan khususnya di derah ku yaitu kota Lubuklinggau dan kabupaten Musi Rawas sangat mengandalkan getah pohon ini ketika krisis harga karet jatuh ke harga paling rendah yaitu 1 kg hanya 3 ribu bahkan meski dibuang juga tak akan ada yang mau memungutnya dan hal ini pun berimbas ke sektor lainnya kredit bank macet, daya beli menurun drastis namun harga kebutuhan naik dan masyarakat yang juga kebanyakan pedagang mengalami efeknya. Â
Di tahun 2008 kala itu aku baru masuk SMA sampai aku selesai sekolah pun kurasa  krisis itu masih berada, entahlah aku tak dapat mengingat dengan jelas yang pasti saat itu kriminalitas di daerah kami meningkat... Benar-benar merasa tak aman, penjambretan, perampokan hingga berujung pembunuhan selalu terdengar dimana-mana
Dari dulu sampai sekarang bahkan sampai dunia kiamat pun aku percaya kalau menjadi pegawai negeri adalah pekerjaan impian masyarakat di sini dan tidak akan ada yang menyangkal hal ini.
Setelah menamatkan kuliah, ayah pun menyuruh ku untuk ikut tes PNS "Biar masa tua mu tenang karena ada uang pensiun" itu kata ayah memberi semangat
Dua kali aku ikut tes dan dua kali pun aku gagal, berwirausaha pun tak berkembang akhirnya aku pun memutuskan untuk ikut tes ke Korea menjadi TKW namun kali ini pun aku gagal semua peserta yang dari Sumatra tak ada yang lolos kebanyakan dari pulau Jawa jadi aku bertanya apa yang salah?
Mimpi pergi ke Korea pun aku lupakan mungkin memang bukan takdir dan saat itu tetiba aku berpikir ingin investasi saham tapi bukan yang bodong yang tipu-tipu dari hasil scrolling di Instagram akhirnya aku menemukan info SPM (sekolah pasar modal) awalnya aku ragu karena katanya bermain saham itu sama saja dengan main judi daripada hanya mendengar katanya katanya kenapa tidak aku coba mencari tahu sendiri dengan mengikuti SPM
Tempat terdekat dari kota ku yang mengadakan SPM adalah Palembang dan yang aku pilih adalah SPM syariah
Berbekal rasa ingin tahu akhirnya aku berangkat ke Palembang dengan kereta api yang memakan waktu kurang dari 8 jam
Di SPM syariah akhirnya aku tahu bahwa saham itu bukan judi karena semuanya jelas mulai dari perusahaan, produk, dan pembagian hasil (Deviden)
Dan aku sangat menyayangkan kenapa aku baru tahu sekarang kemana saja aku selama ini dan kenapa di kota ku tidak ada sosialisasi tentang SPM? Kemana orang-orang yang berteriak tentang nasionalisme yang takut aset di kuasai asing tapi tidak  berinvestasi malah sibuk membeli barang-barang import dengan merek terkenal harga puluhan juta.