Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu-ibu biasa

Sedang tinggal di negeri orang. Suka musik rock. Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing. Lulusan S1 Fikom Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

SD di Prancis Hanya 5 Tahun dan Aksi Sekolah dalam Menghadapi Pandemi

8 Februari 2022   15:39 Diperbarui: 18 Januari 2023   03:46 2061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TK tempat anak saya sekolah (foto: Derby Asmaningrum)

Tahun lalu, jika ada kasus positif covid baik guru atau murid maka kelas akan ditutup selama seminggu.

Sekarang, pemerintah seakan mengharuskan warganya berjalan beriringan bersama virus. 

Peraturan baru, jika ada satu anak terkena covid di kelasnya maka kelas akan dibuka seperti biasa, para murid lainnya harus melakukan tes antigen sendiri di rumah, alatnya minta gratis di apotek dengan membawa surat keterangan dari sekolah yang menyatakan ada kasus covid di kelas atau beli sendiri seharga delapan euro (sekitar 130 ribu rupiah) untuk satu pak isi lima atau datang ke apotek-apotek yang memberikan layanan tes antigen yang ngantrinya kayak mau nonton konser Westlife. 

Setelah keluar hasil tes, keesokan harinya ketika masuk sekolah, si murid harus membawa surat pernyataan (formatnya sudah dikirim lewat email oleh kepsek) berisi pengakuan negatif covid yang ditandatangani orangtua, diserahkan di gerbang sekolah di mana kepsek dan gurunya sudah menunggu.

Itu kalau kasus murid sedangkan jika guru yang positif maka kelas akan ditutup selama seminggu tanpa guru pengganti dan akan ditulis besar-besar di kertas putih ditempel di gerbang sekolah nama-nama guru yang tidak masuk. 

Kepsek juga akan memberitahu berita tersebut lewat email kepada para orangtua murid. Yang bikin ribet dengan peraturan seperti ini adalah ketika di kelas anak saya ada temannya yang positif maka anak saya harus tes antigen. Lalu ia masuk sekolah.

Selang beberapa hari kemudian ada lagi teman sekelasnya yang kena, jadi harus tes lagi, harus isi surat pernyataan lagi. Capeekk dehh..

Saya rasa kepseknya pun puyeng karena sejak awal Januari lalu hampir tiap kelas ada setidaknya satu kasus bahkan beberapa kasus di kelas yang sama. Belum lagi guru-gurunya yang juga absen karena terapapar. Kacau balau. Kelas anak-anak saya pun sudah dua minggu ini langganan beberapa kasus covid.

Oh ya, vaksinasi covid di Prancis tidak wajib hingga sekarang. Untunglah, karena saya takkan pernah mau kedua anak saya divaksin.

Alat self-test antigen (foto: Derby Asmaningrum)
Alat self-test antigen (foto: Derby Asmaningrum)

Penggunaan masker di kelas tentu saja masih yang utama namun kemungkinan peraturan ini akan dicabut awal Maret nanti. Saya selalu mengganti masker anak-anak setelah makan siang ketika mereka akan kembali lagi ke sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun