Cerita ini berawal dari jemarimu
Di kota tepi pantai setelah hujan berlalu, aku ingat kau di situ
Menghanyutkan jiwa-jiwa yang tengah pilu dan layu
Mungkin juga meletupkan sekelompok hati yang sedang merindu
Bibirmu dendangkan petikan kisah kehidupan
Alunkan bahagia dan luka dengan hembusan musik yang mengusik
Kadang kau tertunduk malu dalam senandung manis asmara, sekejap kau terbitkan canda yang hadirkan degup di dada
Kau tak bisa sembunyikan wajah itu yang bersemaikan merahnya gairah
Hanya bisa kupandangi dirimu dengan secercah kekaguman
Sore itu... aku seperti tak ingin melangkah pulang
Kau pujangga bersyair melodi yang santun teramu
Akhirnya aku mengembara ikuti elok iramamu
Kutelusuri pelangi nada-nadamu yang melantun syahdu
Kau telah bebaskan hasrat hati yang terbelenggu
Kunikmati bulir-bulir ketulusan dari sorot mata bundar yang berbinar
Nyanyian itu membuat nyawamu bertambah hangat dan bersinar
Kau bagai terbuai angan dan mimpi yang tak pernah pudar
Nampaknya kau tengah jatuh cinta
Atau aku yang telah terperangkap oleh pesona
Jika suatu hari kumelintas lagi
Ingin kutemukan kau di tengah keramaian sunyi
Menyibakkan rambut dengan tatapan penuh teka teki
Mencekoki lagu dengan lirik-lirik hakiki
Kau menawan dengan sekelumit senyuman
Kutahu ada sesuatu yang membuat pikiranku berantakan
Suara sederhana nan merdu penuh rayuan
Yang selaraskan dawai indah gitar tua di pangkuan...
***
Paris, 2 Desember 2018
(Untuk pengamen pujaan hati, tetap mainkan lagu itu hingga nanti....)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H