Pelecehan seksual merupakan tindakan yang mengancam keselamatan fisik dan emosional individu, dengan dampak yang dapat memengaruhi kesehatan mental korban dalam jangka waktu panjang. Adrina (1995) dalam Wardhani dan Lestari (2007), mengatakan bahwa pelecehan seksual merupakan bentuk perhatian seksual secara verbal, nonverbal, atau fisik pada perempuan, tetapi tidak dengan persetujuan perempuan tersebut. Individu yang mengalami pelecehan seksual dapat merasakan dampak negatif terutama pada kondisi pskikologisnya. Tindakan ini tidak hanya mencederai tubuh, tetapi juga meninggalkan bekas psikologis yang mendalam, yang bisa mengarah pada gangguan mental serius.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami dampak psikologis yang ditimbulkan dari pelecehan seksual dan bagaimana dukungan psikologis dapat menjadi langkah penyembuhan yang signifikan bagi para korban.
Korban pelecehan seksual seringkali mengalami berbagai dampak psikologis yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Salah satu efek paling umum adalah rasa cemas berlebihan yang bisa mengarah pada gangguan kecemasan. Korban sering kali merasa terancam, takut, dan merasa tidak aman. Perasaan cemas ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan untuk berinteraksi sosial, bekerja, atau menjalani aktivitas normal lainnya.
Selain rasa cemas yang berlebihan, depresi juga merupakan efek psikologis yang sering dialami oleh korban pelecehan seksual. Korban sering kali menyalahkan diri sendiri hingga menutup diri, kehilangan minat terhadap semua rutinitas yang biasanya dilakukan, dan kepercayaan diri yang menurun. Pikiran seperti ini dapat mengakibatkan perilaku tak terduga, seperti menyakiti diri sendiri (self harm) atau bahkan muncul keinginan untuk bunuh diri sebagai upaya untuk melampiaskan emosi yang dirasakan. Perasaan ini juga sering kali membuat korban merasa tidak ada jalan keluar dari penderitaan mereka.
Salah satu dampak psikologis yang paling berbahaya adalah gangguan stres pasca trauma (PTSD). Menurut Kaplan (1998) dalam Wardhani dan Lestari (2007), PTSD adalah sindrom kecemasan serta emosi dari pengalaman buruk karena stres fisik atau mental yang dirasakan individu melebihi dari batas kemampuannya. Pelecehan seksual dapat menjadi faktor besar munculnya gangguan PTSD. Korban yang mengalami pelecehan seksual dapat terjebak dalam bayang-bayang traumatis dari kejadian tersebut, yang dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan.
Dukungan psikologis memiliki peran yang sangat penting dalam proses pemulihan korban pelecehan seksual. Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi, dapat membantu korban untuk mengatasi perasaan trauma yang dirasakan. Terapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola pikir negatif yang muncul setelah peristiwa pelecehan dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih realistis dan positif.
Selain itu, dukungan sosial juga sangat penting dalam masa pemulihan korban. Seperti keluarga, teman, dan orang-orang yang berada di sekitar korban.
Bentuk perhatian keluarga dan teman kepada korban kekerasan seksual dapat berupa:
- Memberikan waktu mereka untuk mendengarkan cerita korban dan berkomunikasi dengan korban.
- Penerimaan terhadap kejadian yang telah menimpa korban.
- Tidak menyalahkan korban atas peristiwa yang dialaminya, dan memberikan rasa aman kepada korban.
Dengan adanya dukungan psikologis yang tepat, korban dapat mulai mengatasi dampak psikologis yang ditimbulkan oleh pelecehan seksual dan memperoleh pemulihan emosional yang lebih baik.
Pelecehan seksual bukan hanya sebuah pelanggaran fisik, tetapi juga serangan terhadap kesehatan mental korban. Dampak psikologis yang ditimbulkan dapat mengubah kehidupan korban secara signifikan, dan juga memengaruhi kesehatan mental mereka dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan dukungan psikologis yang tepat bagi korban, baik melalui terapi profesional maupun dukungan sosial yang memadai. Dengan langkah-langkah tersebut, korban dapat mengatasi trauma yang dialaminya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H