Mohon tunggu...
Derajat Fitra
Derajat Fitra Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar

Iman-Ilmu-Amal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sophisme Kontemporer

11 Juni 2020   15:21 Diperbarui: 11 Juni 2020   15:21 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perkembangannya, berkat penemuan hukum-hukum fisik atau aturan-aturan yang tetap pada alam melalui berbagai penyelidikan yang rasional dan empirik, modernisme berhasil membuat ilmu-ilmu kealaman mengalami kemajuan pesat. Dalam kebudayaan Barat, hal ini berabad-abad lamanya telah menjadi contoh tentang ilmu pengetahuan yang dipercaya mampu untuk merumuskan kebenaran tunggal, absolut, dan universal, sebab mendasarkan klaim kebenarannya pada hukum-hukum fisik yang tetap, rasional, dan objektif. Kemajuan ilmu-ilmu kealaman pun turut mempengaruhi pemikiran dalam ilmu-ilmu sosial seperti hukum, ekonomi, politik, sejarah dan lain sebagainya, yang merupakan pemikiran tentang manusia atau masyarakat yang tak lain juga merupakan bagian dari alam.

Tendensi modernisme terhadap ilmu-ilmu kealaman pada gilirannya turut membentuk kepercayaan bahwa pemikiran berdasarkan ilmu pasti yang objektif, merupakan kekuatan yang maha kuasa. Penemuan hukum-hukum fisik melalui ilmu pasti yang rasional dan empirik, berpadu dengan spirit sekularisme yang telah meminggirkan agama dari kehidupan, seperti yang tercermin dalam pemikiran masyarakat modern dan dalam pemikiran Copernicus dan para pemikir modernisme lainnya, sebagai tokoh-tokoh yang menentang otoritas Gereja dan agama.

Paduan ini membawa manusia pada pemikiran bahwa pada dasarnya segala sesuatu dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan secara rasional melalui kaidah-kaidah hukum fisik alam. Ilmu pengetahuan yang bekerja dengan instrumen-instrumen rasional telah ditakdirkan untuk menggantikan peran agama dan pada gilirannya, manusia percaya bahwa dirinya dengan bantuan ilmu pengetahuan dan rasionalitas yang objektif, akan dapat meramalkan dan memegang suatu kekuasaan terhadap alam.

Dengan demikian, secara filsafati, khususnya pada tataran epistemologi, modernisme telah menyebabkan pengkultusan rasio manusia atau logosentrisme dan dominasi paradigma pemikiran positivisme atau paradigma yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan manusia dibatasi oleh pengalaman pancaindra objektif atau empirik.

Adapun pada tataran yang lebih praktis, logosentrisme berimplikasi pada pembentukan cara berpikir dikotomi subjek dan objek. Ketika dominasi subjek sedemikian besar, maka objek menjadi bahan eksploitasi subjek. Sedangkan paradigma positivisme berimplikasi pada pengobjekan dan pelegalan rekayasa manusia sebagai suatu objek, sehingga menihilkan subjektifitas dan nilai-nilai kemanusiaan.

Hal inilah yang sama-sama dimanfaatkan oleh liberalisme, kapitalisme, sosialisme, marxisme, komunisme dan sebagainya, sebagai landasan untuk membangun dominasi dan mengekploitasi melalui narasi-narasi besar tentang kemajuan-ketertinggalan, kesejahteraan-kemiskinan, borjuis-proletariat dan lain sebagainya.

Logosentrisme dan paradigma positivisme berimplikasi buruk terhadap kehidupan manusia dan bumi secara keseluruhan. Peperangan dan kerusakan alam yang terjadi dimana-mana menunjukkan pertentangan antara subjek dan objek. Pertentangan antara manusia yang satu sebagai subjek dengan manusia lainnya atau alam sebagai objek. Dengan demikian, cita-cita modernisme membangun kehidupan berdasarkan ilmu pengetahuan yang kebenarannya objektif, absolut, dan universal justru membawa kontradiksi yang mengantarkan manusia pada penderitaan.

Di sinilah pemikiran post-modernisme hadir sebagai kritik atas epistemologi atau paradigma modernisme dan sebagai ketidakpercayaan atas narasi-narasi besar tentang suatu kebenaran, sebab baginya narasi-narasi itu tidak lebih dari sekedar metafora yang mengarus utama, yang hendak mendominasi dan mengeksploitasi pihak yang lain.

Paradigma post-modernisme menyatakan bahwa pada dasarnya kebenaran dan segala sesuatu yang niscaya adalah relatif. Sebagaimana ditegaskan oleh Karl Popper, tidak ada kebenaran ilmu pengetahuan yang objektif. Realitas objektif berada di luar ilmu pengetahuan manusia dan objektifitas itu menghentikan minat terhadap penyelidikan empirik. Sebab, kepercayaan terhadap adanya kebenaran objektif akan membuat manusia mengira bahwa keadaan-keadaan yang terjadi telah sesuai dengan yang seharusnya sehingga dirasa tidak perlu dan tidak akan dapat diselidiki lagi. Padahal kebenaran itu hanyalah interpretasi subjektif manusia belaka, yang tergantung pada situasi dan kondisi yang melingkupinya.

Dengan demikian kebenaran ilmu pengetahuan yang objektif itu tidak ada, sehingga kebenaran absolut, dan universal pun tidak ada. Menurut Herbert Marcuse, kalaupun kebenaran yang objektif itu ada, tiada lain hanyalah selubung ideologis di balik rasionalitas manusia yang menutupi kesadaran dari situasi atau kondisi, di mana kesewenang-wenangan pemimpin korup dan penyalahgunaan otoritas sedang berlangsung dan sedang berupaya melestarikan kemapanan sistem kekuasaannya.

Tendensi post-modernisme memang menekankan pada sikap ketidakpercayaan terhadap akal sebagai fungsi dan daya untuk mencapai kebenaran tentang segala yang niscaya. Jika tidak percaya lagi pada akal, maka manusia akan mencari sumber-sumber lain, yang dapat menjelaskan realita. Misalnya intuisi yang dianggap dapat menjangkau realita secara langsung, yang berbeda dengan akal yang selalu menempuh jalan berliku-liku dengan memakai pengertian-pengertian. Atau penggunaan akal dipertentangkan dengan tindakan-tindakan praktis yang dihargai lebih tinggi daripada teori-teori ilmu pengetahuan, tetapi hal ini justru mengantarkan manusia pada krisis rasionalitas atau krisis penalaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun