Mohon tunggu...
Dera Estuarso
Dera Estuarso Mohon Tunggu... Guru - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cantik Tapi Nakal

25 November 2010   01:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kata hubung "tapi" dalam kalimat tersebut menunjukkan pertentangan antara dua konsep sebelum dan setelah kata itu. Kedua hal tersebut dipertentangkan, karena dalam pandangan yang banyak diterima seseorang yang cantik itu semestinya tidak nakal; atau bahwa nakal-nya itu tidak patut berdampingan dengan 'cantik.

Mengapa harus demikian? Apakah orang cantik tidak boleh nakal?
Simak penjelasan saya sebentar saja.

SELEKSI SEKSUAL
Dalam kerangka pikir Seleksi Seksual (cabang pemikiran Seleksi Alam ~ Teori Evolusi Darwinan), seperti disampaikan oleh Ersnt Mayrr dalam bukunya Evolusi,
"Certain female phenotype selects a male with particular phenotypic traits."

Intinya, wanita akan memilih pria dengan ciri-ciri tertentu yang sesuai dengan syaratnya. Wanita itu bisa berbuat demikian karena sudah memiliki ciri "cantik" yang diterima komunitasnya. Tidak semua pria bisa mendapatkan kecantikan wanita itu. Oleh karena itu lumrah bila terjadi kompetisi, seleksi seksual untuk mendapatkan pasangan yang sesuai.

Kompetisi ini layak dilakukan karena label "cantik" ini tidak selalu dimiliki semua orang. Untuk menjadi cantik, beberapa wanita melakukan usaha yang tidak ringan. Dalam beberapa masyarakat, dimana cantik identik dengan tinggi dan langsing, usaha dilakukan supaya kelangsingan terjaga dan ada faktor keberuntungan genetis sehubungan dengan tinggi badan yang ingin dipertahankan dan diturunkan kepada generasi berikutnya.

Masyarakat lain menentukan kecantikan mereka dengan cara yang berbeda-beda; ada yang dinilai dengan kulit putih, panjang leher, tubuh yang berisi (di abad pertengahan gadis yang kurus dianggap miskin dan kurang gizi) .dll.

Intinya, kecantikan adalah hal yang langka dan seringkali diupayakan dengan usaha yang tidak ringan. Hal ini mengesahkan terjadinya kompetisi yang sengit untuk mendapatkan pemilik kecantikan. Dengan demikan kecantikan menjadi hal yang "tinggi", yang dinilai "baik": prototipe kesempurnaan.

EFEK MATIUS
Sering diacu sebagai "The Matthew Effect" yang diambil dari kitab Matius dalam Alkitab. Tidak akan ada pembahasan teologis di sini. Prinsip ini diambil karena sudah menjadi fakta dalam pembelajaran psikologi sosial dan sosiologi.

Bunyinya demikian, "For unto every one that hath shall be given, and he shall have abundance: but from him that hath not shall be taken away even that which he hath" (Mat 25:29, KJV)

Intinya, kalau kita sudah punya sesuatu, banyak hal yang lebih akan ditambahkan. Sedangkan kalau kita tidak punya apa-apa, apa yang ada akan diambil dari kita.

Jika seseorang itu cantik, dimana kecantikan itu dinilai sebagi ciri yang prototipikal sempurna, maka mengikuti matthew effect, gadis cantik tadi juga akan dianggap cerdas, rajin, baik hati .dll. Sedangkan jika seseorang tidak cantik, maka besar kemungkinan gadis tadi akan dianggap bodoh, malas, tidak tahu sopan santun .dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun