Ia juga hanya mengkonsumsi air yang menetes di muka gua tersebut pada musim hujan, namun jika musim kemarau, ia harus berjalan jauh untuk mencari air walau dalam kondisi penglihatan yang sudah kabur. Makanan sehari-harinya adalah jagung titi, ia bisa makan nasi jika menjual hasil bumi yang ada disekitarnya, dia juga hanya ditemani seekor anjing.
Ia orang baik, ia menyuruh kami untuk ambil apa saja yang ingin dibawah. Saking sudah menyatu dengan alam, sampai-sampai tidak tahu hari itu hari apa, atau tanggal berapa, tahun berapa.
Kami menyarankan agar ia harus segera pindah ditempat yang dekat dengan keluarga atau di pinggir jalan yang mudah dijangkau, mengingat ia sudah terlihat tua. Kami juga hanya bisa menyarankan ke Kepala Dusun untuk segera menyampaikan hal tersebut kepada pemerintah Desa setempat dan segera mengurus Kartu Keluarga dan selanjutnya punya kartu KIS.
Ia membantah untuk harus pindah ke pinggir jalan umum karena tidak tega meninggalkan hasil alam seperti berbagai pepohonan, tumbuhan jangka pendek seperti pisang, kopi, dll.
Pada kunjungannya tersebut di Puskesamas, kami juga bangga bahwa dia sudah mempunyai kartu KIS berarti dia sudah mempunyai Kartu Keluarga, berarti ia juga sedah mulai mempunyai perhatian dari keluarga yang lain dan pemerintah Desa. Sempat di beri alokasi bantuan rumah layak huni, namun ia tidak sempat buat karena menurut penjelasan dia, dia kekurangan tenaga.
Saya masih ingat pada kunjungan kami ketempatnya (gua) ia memberikan kami kopi sekitar 5 kg, kopi itu masih kami ingat. Ternyata sesulit apapun hidup kita, jangan cemas, kuatir, apalagi sedih, sebab ada yang lebih susah dari kita.
Mari ingat orang lain...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI