Mohon tunggu...
denny pranolo
denny pranolo Mohon Tunggu... -

Seorang editor di sebuah penerbitan di bandung, seorang penerjemah dan penulis. Seorang penggemar karya sastra yang tidak biasa, dan kadang2 suka narsis sendiri dan seorang Sherlock Holmes maniak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Namaku Tuhan

23 Agustus 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Siapa namanya?"

"Tuhan."

"Hah?"

Itulah reaksi normal yang sering kulihat saat berkenalan dengan orang baru. Ya, namaku memang Tuhan. So what? Ada yang salah dengan itu? Memang tidak boleh ya kalau kita punya anak lalu memberi nama Tuhan?

Dan jangan salah ini nama asliku. Kalau tidak percaya lihat saja akte lahirku. Namaku memang Tuhan.

Entah kenapa orang tuaku memberi nama ini. Ibuku sendiri tidak tahu. Katanya ayah yang memberiku nama ini. Tapi ayah keburu meninggal waktu aku masih kecil.

Menyandang nama Tuhan berarti menanggung beban berat. Waktu SD, teman-temanku mengejekku karena namaku. Awalnya aku tidak mengerti, tapi setelah belajar agama dan Pkn, aku mulai mengerti kenapa aku dianggap aneh. Dan hal itu terus berlanjut sampai aku SMU.

Perjalanan hidup dari SD sampai SMU mengajariku banyak hal hal tentang "Tuhan", sosok yang selalu dicari, disembah, dirindukan semua manusia dan dipercaya memegang kekuasaan alam semesta ini. Somehow, aku merasa bukan kebetulan kalau namaku Tuhan. Seperti yang diajarkan semua agama, untuk segala sesuatu pasti ada maksudnya. Ada tujuannya.

Maka selepas SMU aku menjelajah negeri ini, mencari tahu kenapa aku diberi nama Tuhan oleh ayahku. Aku meninggalkan agama dan kepercayaan orang tuaku dan belajar segala macam agama yang kutemui.  Aku keluar masuk tempat ibadah. Membaca berbagai kitab suci. Berdoa dengan berbagai cara.

Akhirnya setelah setahun melakukan semua itu, aku mulai bisa mengetahui tujuan hiduplu. Aku adalah Tuhan. Dan sama seperti "Tuhan" aku juga diberi kuasa untuk menggenggam nyawa manusia di tanganku.

Aku tidak main-main. Aku yakin sekali dengan panggilanku. Aku dipanggil untuk mengatur nyawa orang yang hidup di bumi. Jadi dengan pengetahuan itu aku masuk sekolah kedokteran. Kenapa sekolah kedokteran? Simpel saja. Karena dokter adalah orang yang berkaitan dengan nasib hidup banyak orang. Orang hidup selalu butuh dokter. Mulai dari lahir, dewasa, sampai mau meninggal, dokter selalu ada dan diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun