(William Ernest Henley)
Di malam yang menyelimutiku
Gelap gulita seperti dalam lubang dari ujung ke ujung
Aku berterima kasih kepada Tuhan
Atas jiwaku yang tak terkalahkan
Terjatuh dalam genggaman keadaan
Aku tidak meringis ataupun menangis
Dibawah pukulan takdir
Kepalaku berdarah namun tak tertunduk
Jauh dari tempat ini yang penuh murka dan air mata
Tampak samar ketakutan di dalam bayangan
Sekalipun demikian ancaman tahun-tahun sebelumnya
Mencari dan akan menemukan bahwa aku tidak takut
Tidak peduli betapa sulit rintangan menghadang
Bagaimanapun hukuman dijatuhkan
Aku adalah tuan bagi nasibku
Aku adalah kapten atas jiwaku.
Kira-kira seperti itu isinya jika diterjemahkan ke bahasa indonesia. Saya tak akan membahas cerita film itu lebih lanjut karena sesungguhnya maksud dan tujuan saya menulis catatan ini adalah untuk mengajak anda ikut merasakan ketakjuban saya terhadap naskah dialog dan puisi dalam film itu. "Bagaimana mungkin?" Seakan saya sendiri ingin terus bertanya.
Sekarang di mana saya atau pun anda yang sedang sakit hati itu berada? Cukupkah apa-apa yang menimpa anda itu dijadikan bekal sakit hati dan mendendam? Saya tidak tahu. Yang saya tahu disana ada seorang manusia biasa yang tak terkalahkan oleh keadaan seburuk apapun. Dan saya yakin dan percaya bahwa manusia seperti itu bukan hanya Ia seorang. Semoga anda salah satunya. Semoga anda adalah jiwa-jiwa yg selalu berkata seperti ini dalam keterpurukan sekalipun!
It matters not how strait the gate,
How charged with punishments the scroll,
I am the master of my fate:
I am the captain of my soul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H