Sama halnya dengan makan yg pada situasi dan kondisi tertentu, dmn nafsu, selera, dan citarasa masakan harus menjadi urut yg mungkin sudah tak lagi masuk hitungan karena yg dibutuhkan hanyalah kenyang yg akan berkonversi menjadi tenaga agar tetap hidup dan kuat meniti kehidupan.
Ketika tak ada pilihan lain dan yg tersedia hanya yg di depan mata. Maka keinginan yg berada di antah itu menjadi perlu dipersetankan demi kebutuhan yg menuntut. Terserah apapun bentuk dan rasa makanan itu, Ia hanya perlu masuk ke tubuh lantas kemudian ia akan menjadi tenaga.
Siapalah yg suka keadaan serupa itu? Bahkan orang gila saja masih perlu memilah makanan di bak sampah demi selera. Tapi apapun keluhannya, bersikeras pada ingin yg berada nun di antah hanyalah upaya menggandakan derita belaka, sudah lapar lemas pula. Lantas bagaimana mungkin kondisi seperti itu mampu menantang hari? Maka telanlah dan kau akan baik2 saja.
Begitupun dengan kehidupan itu sendiri. Saat suatu kenyataan sama sekali tak menyuguhkan pilihan lebih baik. Maka yg terbaik pastilah dengan menerima sebagaimana adanya. Ingat! Mengkal, mangkir, dan menyangkal hanyalah upaya menggandakan derita. Seorang dari barat sana pernah bilang "Apapun yg tak membunuhmu, hanya membuatmu lebih kuat". Telan saja!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H