Berangkat ke kampus dengan menggunakan sepeda sebenarnya sudah merupakan kebiasaan saya sehari-hari. Selain karena jarak kampus saya dekat, naik sepeda merupakan salah satu moda transportasi yang murah meriah dan juga menyehatkan badan. Menurut saya menggunakan sepeda memiliki berbagai keuntungan yang tidak bisa diperoleh oleh pengguna jalan lainnya. Misalkan saja, kemudahan melalui celah-celah sempit di antara kendaraan yang sedang berhenti karena macet; kemudahan untuk diangkat-angkat karena memiliki berat yang tidak seberapa; serta bebas tilang karena sejauh saya tahu, belum ada surat tilang yang dialamatkan untuk pengendara sepeda. Sepeda adalah pilihan sempurna untuk mahasiswa seperti saya dan dengan sepeda pula saya bertemu dengan pengalaman yang luar biasa ini.
Pada suatu hari, saya mendapatkan pengalaman yang benar-benar membuat saya kaget sekaligus marah luar biasa. Kira-kira pukul sembilan pagi ketika saya sedang mengayuh sepeda dengan santai, tiba-tiba saya disalip oleh sepeda motor matik dari sebelah kanan dengan kecepatan yang tidak stabil. Pengalaman semacam ini sebenarnya sudah sering saya jumpai ketika berhadapan dengan para pengguna jalan yang sangat tidak sabaran. Akan tetapi untuk pagi ini pengalaman itu terasa berbeda dan sangat baru sekali. Kemudin, motor matik yang berjarak sekitar 2 m di depan itu tiba-tiba menepi ke seberang jalan tanpa memberikan lampu sen. Padahal suasana jalan saat itu sangat ramai sekali. Sebenarnya berhadapan dengan pengalaman itu saya merasa sangat marah dan ingin sekali meneriaki pengendara motor matik itu, tapi tidak saya lakukan.
Apa yang membuat saya marah???
Saya sungguh marah karena yang mengendarai motor matik itu adalah seorang anak perempuan berseragam putih merah. Tingginya kira-kira 50 cm dan dapat saya pastikan bahwa kaki anak itu belum bisa menjejak sampai ke tanah. Ia juga memakai sendal berhak tinggi dan tidak memakai helm. Astaga!!! Ada apa ini???
Sepanjang sisa perjalanan menuju kampus, saya sungguh termenung. Muncul segudang pertanyaan dalam pikiran saya yang minta segera dijawab, tapi saya tahu tak mungkin menjawab itu semua saat ini. Saya hanya berpikir bahwa anak SD itu sangat bernyali karena mengendarai motor matik yang semestinya bukan untuk usianya. Saya bertanya-tanya kebijaksanaan orang tuanya yang memperbolehkan anak gadisnya mengendarai sepeda motor itu. Apakah orang tua anak itu tidak tahu bahwa korban kecelakaan pengendara sepeda motor di Jakarta tergolong tinggi? Bagi saya ini adalah pembiaran yang sangat fatal akibatnya. Semenjak kecil kita sudah dididik untuk tidak taat pada aturan. Sejak kecil kita dididik untuk bertindak tanpa berpikir panjang seperti ini.
Melalui pengalaman ini saya mau mengajak para orang tua untuk bertindak secara lebih bijaksana dengan memperhatikan keselamatan buah hati kita. Saya yakin bahwa tidak ada satu pun dari kita yang mau salah satu buah hati kita mengalami kecelakaan hanya karena tidak bijaksananya kita membiarkan hal itu terjadi. Jangan biarkan masa depan anak-anak kita hilang karena ketidakpedulian kita pada keselamatan mereka.
Di copy dari blog saya http://depeholic.wordpress.com/2012/09/16/pengendara-motor-itu-seorang-pelajar-sekolah-dasar/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H