Mohon tunggu...
Nemesius Pradipta II
Nemesius Pradipta II Mohon Tunggu... -

Saya adalah saya. Seorang mahasiswa yang ingin mengenal dunia. Tinggal di Ibukota Jakarta berdesakan bersama-sama dengan yang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Iwan Fals

22 April 2010   10:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika sedang melihat-lihat koleksi lagu-lagu, saya menemukan kumpulan lagu-lagu Iwan Fals yang saya simpan. Saya ingat awal ketertarikan saya dengan Iwan Fals adalah lirik lagunya yang berbeda dengan penyanyi-penyanyi lain. Di saat orang menggembar-gemborkan cinta, Iwan Fals meneriakkan kritik terhadap keadaan sosial-politik negara ini. Lagu-lagu musisi kreatif ini kembali mengingatkan saya pada keadaan bangsa ini yang semakin carut-marut. Seakan membangunkan saya dari alunan musik masa kini yang cenderung mengobral cinta.

Saya teringat akan sebuah lagu yang berjudul “Sarjana Muda” yang menurut saya masih sangat relevan untuk kita renungi di masa yang sudah maju ini. Saya tulisakan kembali lirik lagunya supaya kita bisa berkaca bersama.

Berjalan seorang pria muda Dengan jaket lusuh dipundaknya Disela bibir tampak mengering Terselip sebatang rumput liar Jelas menatap awan berarak Wajah murung semakin terlihat Dengan langkah gontai tak terarah Keringat bercampur debu jalanan Engkau sarjana muda Resah mencari kerja Mengandalkan ijazahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Tuk jaminan masa depan Langkah kakimu terhenti Didepan halaman sebuah jawatan Terjenuh lesu engkau melangkah Dari pintu kantor yang diharapkan Terngiang kata tiada lowongan Untuk kerja yang didambakan Tak perduli berusaha lagi Namun kata sama kau dapatkan Jelas menatap awan berarak Wajah murung semakin terlihat Engkau sarjana muda Resah tak dapat kerja Tak berguna ijazahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Sia sia semuanya Setengah putus asa dia berucap... maaf ibu...

Mendengar lagu ini saya tersadar bahwa dalam satu tahun berbagai universitas di Indonesia mencetak ratusan sarjana baru. Namun seiring dengan kelulusan mereka, dalam satu tahun yang sama, tercipta juga ribuan pengangguran di negeri ini.

Apa arti sebuah pendidikan di bangsa yang besar ini?? Kerap kali pertanyaan ini mengalir begitu saja dalam pikiran saya. Apakah bangsa ini harus merombak ulang lagi sistem pendidikannya menjadi lebih baik?? Tetapi kembali saya bertanya-tanya apakah pendidikan yang baik itu bagi bangsa ini??

Pemikiran ini didasari oleh realitas yang saya temui dalam kehidupan kita. Setiap tahun kita selalu membicarakan mengenai ujian akhir nasional (UAN) yang tak pernah selesai menciptakan penyimpangan baru. Keadaan ini semakin rumit ketika contek-mencontek dianggap hal yang lumrah demi sebuah nilai kelulusan. Selain itu kita tentu juga menemui kasus jual-beli skripsi yang semakin blak-blakan saja, sehingga tanpa usaha keras gelar sarjana semakin mudah didapat. Dari sini saya kembali bertanya-tanya mana yang lebih penting, gelar sarjana atau kuantitas pendidikan manusianya??

Kembali ke lagu “Sarjana Muda”, setiap sarjana baru memimpikan suatu pekerjaan yang bisa menopang hidupnya. Saya rasa bahwa tanggung jawab ini tidak bisa kita limpahkan begitu saja kepada pemerintah. Masalah ini sekiranya menjadi masalah kita bersama sebagai satu bangsa yang besar. Saya merindukan kehadiran orang-orang yang mau membuka lapangan kerja demi masyarakatnya. Jika kita semua tidak mau turut ambil bagian dalam masalah ini, maka sama seperti yang dikatakan Iwan Fals: “Sia-sia semuanya”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun