Mohon tunggu...
Devindra IrsyanFahrezi
Devindra IrsyanFahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka membaca sambil santai

Selanjutnya

Tutup

Politik

Faktor Diplomasi Pertahanan Indonesia-Prancis dalam Rangka Modernisasi Alutsista Nasional

9 Mei 2023   22:36 Diperbarui: 9 Mei 2023   22:40 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kemlu.go.id/

Kita saat ini hidup di era yang jarang sekali terjadinya konflik militer atau perang antar negara, tetapi itu bukan jaminan bahwa konflik atau perang tidak akan terjadi seperti yang baru-baru ini terjadi antara Ukraina dan Rusia. Tentu tidak ada yang menduga kapan dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi, bisa saja hal serupa juga terjadi dengan negara kita.

Berkaca dari hal tersebut, merupakan sebuah keharusan bagi Indonesia untuk memodernisasi alutsistanya salah satunya melalui diplomasi keamanan dengan negara lain. Diplomasi pertahanan adalah sebuah kerja sama yang melibatkan pasukan bersenjata pada masa damai sebagai alat kebijakan luar negeri (Cottey dan Forster, 2004).  Diplomasi pertahanan tentu berbeda dengan operasi militer, tetapi mencakup pertemuan pejabat-pejabat terkait, pertukaran personel, kunjungan pesawat dan kapal militer, hingga bantuan dan pengembangan senjata di salah satu negara (Anwar, 2014).

Sejak Prabowo Subianto dilantik sebagai Menteri Pertahanan RI pada 2019 silam, Prancis menjadi salah satu negara favoritnya dalam melakukan diplomasi keamanan Indonesia. Dapat kita lihat bahwa kerjasama kedua negara semakin meningkat dari ditandatanganinya DCA atau Defence Cooperation Agreement antara Indonesa dengan Prancis pada bulan Juni 2021 lalu. Ada beberapa faktor mengapa Indonesia pada akhirnya memilih Prancis untuk modernisasi alutsistanya dari faktor dalam negeri dan juga luar negeri.

Faktor Dalam Negeri

Dimulai dengan membahas faktor dalam negeri, seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki politik bebas aktif yang membuat Indonesia tidak bisa hanya bergantung dengan alutsista dari salah satu negara saja. Hal ini bisa dimengerti dari pengalaman buruk Indonesia yang sempat dikenakan embargo suku cadang dan persenjataan oleh Amerika Serikat lantaran tuduhan pelanggaran HAM di Timor-Timor, hasilnya kekuatan tempur milik TNI pun menurun karena banyak alutsista yang dibeli dari AS seperti jet tempur F-16, F-5, dan pesawat angkut militer C-130 tidak bisa dioperasikan karena kehabisan suku cadang. Tetapi hal tersebut justru membuka peluang bagi Indonesia untuk bekerjasama dengan Rusia dalam mengimbangi persenjataan milik TNI yang dibeli dari blok barat.

Lantas mengapa Indonesia tidak membeli alutsista dari Rusia lagi? Mudahnya, Rusia saat ini dikenakan sanksi internasional atas invasinya ke Ukraina dan ditambah lagi sanksi CAATSA atau Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi, yang mana jika Indonesia tetap bersikeras untuk membelinya maka Indonesia juga akan dikenakan sanksi dari negara-negara barat. Bagaimana dengan China? Mungkin ceritanya akan berbeda jika tidak ada isu Laut Cina Selatan yang di dalamnya terdapat Kepulauan Natuna.

Biaya MRO (maintenance, repair and overhaul) Lebih Murah

Menurut Khairul Fahmi, Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES). Faktor internal Indonesia memilih salah satunya jet tempur Rafale asal Prancis ialah perawatannya yang lebih murah dibandingkan dengan jet tempur besutan Rusia dan belum lagi harus bekerjasama dengan Belarus untuk perawatannya, sehingga memilih jet tempur asal Prancis menurutnya merupakan pilihan paling masuk akal untuk memperkuat posisi Indonesia di Indo-Pasifik.

Faktor Luar Negeri

Prancis dan Indonesia sama-sama memiliki prinsip politik luar negeri bebas aktif yang Bernama Politique Independence France, menciptakan kenyamanan bagi kedua negara dalam meningkatkan kerjasama (France Diplomatie, 2018). Walaupun Prancis tergabung dalam NATO, bukan berarti jika Prancis akan selalu menuruti organisasinya karena Prancis memiliki hak untuk menolak sesuai dengan prinsip politik luar negerinya. Bahkan Prancis sendiri juga pernah keluar dari NATO pada tahun 1966 sebagai upaya untuk mendirikan kemandirian pertahanan agar tidak kebergantungan dengan NATO dan dapat memajukan industri keamanan nasionalnya.

Status Prancis Yang Tidak Kalah Dengan AS Dan Rusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun