Mohon tunggu...
Sam Suga
Sam Suga Mohon Tunggu... -

Solicitor. I'm interested in soccer & photography.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Contohlah Spanyol dan Jerman, Italia dan Inggris!

21 Juni 2013   10:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:39 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tidak diragukan lagi, Spanyol telah merajai sepakbola Eropa dan Dunia dalam kurun waktu 5 tahun belakangan dan masih akan berlanjut untuk beberapa tahun ke depan. Berturut-turut mereka merebut titel jawara Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012, terakhir tim Junior mereka menyabet pula trofi Piala Eropa U-21.

Keberhasilan timnas Spanyol menjadi raja sepakbola Eropa bahkan dunia bukan proses singkat. Hal tersebut tidak terlepas dari sistem yang dibangun melalui kompetisi dan pembinaan pemain muda. Salah satu kebijakan yang menurut saya sukses adalah mengizinkan tim junior (Tim B) dari masing-masing klub untuk ikut kompetisi profesional sampai level dibawah tim senior. Misalnya Barcelona sekarang berkompetisi di kasta teratas Primera La Liga, maka tim Barcelona B dapat promosi maksimal sampai divisi Segunda (kasta kedua) La Liga. Dengan catatan, tim Barcelona B tersebut memulai kompetisi dari level terbawah liga sampai mendapat tiket promosi ke level liga diatasnya. Dengan kebijakan tersebut, tim-tim seperti Barcelona dan Real Madrid bahkan Athtletic Bilbao yang menggunakan 100 % bakat lokal tidak pernah kekurangan pemain berkualitas. Hal ini karena tim muda mereka telah teruji di kompetisi profesional.

Jerman, sejak kegagalan di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 telah mengubah kebijakan kearah pembinaan pemain-pemain muda. Sampai sekarang, bibit-bibit pemain muda dari Jerman seakan tidak pernah ada habisnya dan selalu muncul setiap musim, yang teranyar Thomas Muller bersama seniornya Manuel Neuer, Philipp Lahm dan Bastian Schweinsteiger memimpin Bayern menjadi klub paling berjaya di Eropa dengan menjadi kampium Liga Champions.

Berbeda dengan Spanyol dan Jerman, kondisi sepakbola Italia, berada dalam kondisi sebaliknya.Pemain-pemain muda di negeri pizza ini sulit menembus tim utama lantaran tidak pernah mendapat kepercayaan dari klub. Hal ini tidak dapat disalahkan karena mereka belum mempunyai pengalaman bertanding di level kompetisi profesional. Meskipun ada kompetisi tim primavera, namun kualitasnya masih jauh dari kompetisi profesional. Untuk mengatasi hal ini biasanya klub-klub di Italia menyiasati dengan meminjamkan mereka ke klub yang bermain di kompetisi Serie B. Namun cara ini kurang berhasil, terbukti dengan seretnya regenerasi pemain di timnas Italia. Belakangan, karena dampak krisis ekonomi global, hal itu memaksa klub-klub Serie A menggunakan jasa pemain jebolan akademi sendiri dan membeli pemain muda potensial. Namun krisis ekonomi tersebut justru membawa dampak positif bagi sepakbola Italia sendiri. Belakangan mulai muncul pemain-pemain muda yang mendapat kepercayaan bermain reguler di tim inti, seperti Stephan El Shaarawy, Florenzi, Destro, Bonucci, Rannocchia dan yang lainnya.

Di Inggris, pemain muda cukup mendapat tempat di tim utama. Akan tetapi, besarnya tensi kompetisi dan arus bisnis, pemain lokal cenderung kalah bersaing dengan pemain pendatang yang lebih berpengalaman dan berkualitas. Bahkan tim-tim papan atas, sangat sedikit pemain intinya asli berkewarganegaraan Inggris. Seperti Welbeck di MU, Sturridge dulu di Chelsea, Lescott di Manchester City, dan Wilshere di Arsenal. Hal ini berdampak buruk terhadap timnas Inggris yang kesulitan mencari komposisi ideal tim disebabkan pemain jarang mendapat kesempatan di klubnya masing-masing.

Bagaimana dengan Indonesia? Alih-alih menciptakan sistem pembinaan pemain usia muda, menyelenggarakan kompetisi berkualitas pun masih jauh api dari panggang. Semoga para petinggi dibukakan mata hatinya untuk lebih memperhatikan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi atau golongan.


Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun