Mohon tunggu...
Departemen Ilmiah HIMAGIZU
Departemen Ilmiah HIMAGIZU Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa Nutrisionist Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Sebuah organisasi Himpunan Mahasiswa Prodi S1 Gizi fakultas kesehatan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

IODIN VOL-29 Waspada Stunting dan Wasting

29 Desember 2024   23:11 Diperbarui: 29 Desember 2024   23:11 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Departemen Ilmiah

Kekurangan gizi merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang sering terjadi pada anak. Tiga bentuk umum kekurangan gizi, yaitu underweight, stunting , dan wasting .  Wasting merupakan kekurangan gizi yang bersifat akut, yang ditunjukkan oleh hasil pengukuran indikator BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) atau BB/PB (berat badan menurut panjang badan) dengan z-skor <-2 SD dari standar pertumbuhan anak menurut WHO. Wasting dikategorikan menjadi dua, yaitu moderate wasting/kurus (z-skor antara -3 SD dan -2 SD) dan severe wasting/sangat kurus (z-skor <-3 SD) (Kementerian Kesehatan RI, 2011; WHO, 2010).


Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, prevalensi balita tingkat global yang mengalami wasting sebesar 45,4 juta balita (8%) (WHO, 2021). Sementara itu, wasting di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 sebesar 10,2% (Kemenkes RI, 2018). WHO memperkirakan di seluruh dunia pada tahun 2016 prevalensi wasting pada balita adalah 7,7% cenderung naik dari prevalensi wasting pada tahun 2014 sebesar 7,5% dan masih lebih tinggi dari target WHO tahun 2025. Sedangkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019 menyebutkan prevalensi wasting 7,44%.


Beberapa faktor penyebab stunting diantaranya sebagai berikut :
1.Pengetahuan dan pendidikan ibu
2.Tingkat pendapatan keluarga
3.Tingkat kecukupan energi dan protein/asupan makanan
4.Usia orang tua dan peningkatan metabolisme.


Dampak dari stunting dan wasting meningkatkan resiko kesakitan, kematian, terganggunya perkembangan otak suboptimal, motorik maupun mental, serta lebih rentan terhadap penyakit tidak menular dan peningkatan risiko penyakit degeneratif. Salah satu penyakit tidak menular yaitu kanker, dimana anak-anak pengidap kanker yang mengalami wasting dan stunting akan lebih beresiko daripada dengan status gizi yang optimal.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang membahas tentang wasting, masih terdapat beberapa asumsi yang berbeda tentang faktor-faktor yang menyebabkan wasting seperti penelitian yang dilakukan di Puskesmas Talang Betutu Kota Palembang Tahun 2015 sebanyak 100 responden diperoleh angka kejadian wasting sebesar 19% responden memiliki balita yang mengalami wasting, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan yang signifikan antara asupan nutrisi, riwayat penyakit infeksi, status imunisasi terhadap kejadian wasting.
Penelitian lain mengemukakan bahwa faktor langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan kejadian wasting di Indonesia antara lain adalah kurangnya asupan energi, karbohidrat, dan lemak, pola pemberian ASI yang tidak baik, infeksi yang dapat menurunkan nafsu makan pada balita, kurangnya pendidikan ibu mengenai gizi dan pangan, pola asuh ibu yang kurang baik, banyaknya jumlah balita dalam satu keluarga, ketahanan pangan yang buruk dan penghasilan rumah tangga yang sedikit.
Program-program di tingkat daerah seperti melalui Posyandu dengan pengawasan dari lintas sektor. Seperti program penyuluhan hingga ke pelosok daerah terkait pola hidup yang bersih dan sehat serta pedoman gizi seimbang. Apabila program tersebut berjalan dengan baik dan terstruktur maka kejadian kesakitan dan kematian pada balita akan menurun dan dapat mengurangi prevalensi kejadian wasting balita di Indonesia.


Kekurangan gizi seperti wasting merupakan masalah serius di Indonesia dan global. Wasting, yang dikategorikan menjadi sedang dan parah, berdampak buruk pada kesehatan dan perkembangan anak, meningkatkan risiko penyakit dan kematian. Beberapa faktor penyebab wasting antara lain pengetahuan ibu, tingkat pendapatan keluarga, asupan makanan, dan usia orang tua. Penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara asupan nutrisi, riwayat penyakit infeksi, dan status imunisasi terhadap kejadian wasting. Berbagai faktor langsung dan tidak langsung turut berkontribusi terhadap masalah ini, seperti kurangnya asupan gizi, pola pemberian ASI yang buruk, serta ketahanan pangan yang rendah. Upaya untuk mengatasi wasting perlu melibatkan pendidikan nutrisi untuk ibu dan perbaikan kondisi ekonomi keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Sari, E. N. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Wasting pada Balita Umur 1-5 Tahun Factors Affecting the Incidence of Wasting among Children Under Five Years of Age.

Wardani, K., & Renyoet, B. S. (2022). Literature Study: Estimation of Potential Economic Loss Due to Undernutrition in Indonesia. Jgk, 14(1), 114-127.

Werdani, A. R. (2021). Hubungan BBLR dengan Kekurangan Gizi (Wasting) Pada Anak Usia 6-23 Bulan. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 1(2), 47-54. 

Widhianti, M. U., Tyastuti, L. E., Arifah, M. R., & Alviani, K. R. (2022). Faktor Berkaitan dengan Stunting dan Wasting pada Pasien Onkologi Anak. Amerta Nutrition, 6.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun