Mohon tunggu...
Departemen Ilmiah HIMAGIZU
Departemen Ilmiah HIMAGIZU Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa Nutrisionist Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Sebuah organisasi Himpunan Mahasiswa Prodi S1 Gizi fakultas kesehatan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

IODIN VOL-25 Cegah Stunting dengan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)

6 November 2023   14:43 Diperbarui: 28 November 2023   08:33 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting pada anak adalah masalah serius yang mencerminkan kegagalan pertumbuhan anak balita akibat kurangnya asupan gizi yang menyebabkan masalah gizi kronis. Indonesia memiliki tingkat prevalensi stunting yang tinggi di Asia Tenggara, yang disebabkan oleh faktor seperti gizi buruk pada ibu hamil dan bayi, pengetahuan ibu yang kurang memadai, infeksi kronis, sanitasi buruk, dan akses terbatas ke layanan kesehatan. 

Untuk mencegah stunting, pemberian makanan bayi dan anak yang sehat, terutama ASI Eksklusif selama enam bulan pertama, sangat penting. ASI Eksklusif mendukung pertumbuhan tinggi badan yang optimal. 

Selain itu, pemberian makanan pendamping ASI yang tepat setelah enam bulan, bersama dengan pemberian ASI hingga anak berusia dua tahun atau lebih, dapat membantu mencegah stunting. 

Penting juga untuk memperhatikan faktor-faktor seperti pengetahuan ibu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, adat istiadat, dan penyakit menular yang memengaruhi pola pemberian makanan pendamping ASI. Semua ini bertujuan untuk memastikan anak-anak menerima makanan bergizi dengan porsi cukup dan kualitas bahan makanan yang baik.

Stunting pada anak adalah masalah serius yang mencerminkan kegagalan pertumbuhan anak balita akibat kurangnya asupan gizi yang menyebabkan masalah gizi kronis, yang mengakibatkan anak memiliki tinggi badan yang jauh di bawah rata-rata usianya. 

Kondisi gizi buruk kronis ini dapat mengintai sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Upaya pencegahan stunting meliputi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan berlanjut hingga pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, serta pemenuhan nutrisi yang baik setelah usia 6 bulan.

Stunting atau yang biasa dikenal sebagai gagal tumbuh, adalah salah satu tantangan utama dalam bidang gizi yang dihadapi oleh balita di seluruh dunia saat ini. Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan oleh World Health Organization (WHO, 2017) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan prevalensi tertinggi, yaitu urutan ketiga di wilayah Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR).

Penyebab utama stunting pada anak balita adalah buruknya status gizi ibu hamil dan bayi. Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap masalah ini meliputi pengetahuan ibu yang kurang memadai, infeksi yang berulang atau kronis, sanitasi yang buruk, dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan. Oleh karena itu, memberikan asupan gizi yang memadai sejak bayi lahir hingga usia dua tahun adalah langkah dasar yang krusial untuk memastikan pencapaian kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak, sekaligus memenuhi hak anak untuk tumbuh sehat.

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Walyani, 2015). ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi (Maritalia, 2012). Menurut World Health Organization (WHO, 2011) ASI Eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin (Humune et al., 2020).

ASI merupakan asupan gizi yang akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu manfaat dari ASI Eksklusif ialah dapat mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu formula (Zomratun et al., 2018). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun