agama lain juga ada seperti Konghucu, Buddha, Hindu, Kristen, dan Islam. Walaupun setiap kanisian memiliki perbedaan agama, tapi mereka tetap berteman tanpa memandang agama dan budaya sebagai halangan untuk membangun relasi yang baik dan ramah. Untuk meningkatkan rasa toleransi, Kolese Kanisius Jakarta mengadakan sebuah kegiatan bernama ekskursi. Ekskursi disini berarti belajar di luar sekolah dan mengamati serta merasakan budaya baru di suatu tempat. Dalam hal ini, para kanisian dikirimkan ke pesantren agar mereka semakin mengetahui berbagai budaya dan dinamika yang ada di pesantren yang ditujui.
Indonesia memiliki keberagaman yang melimpah. Tidak hanya bentuk fisik dan alamnya saja, Indonesia memiliki kekayaan keragaman budaya. Budaya yang berbeda - beda beserta keunikan yang mereka miliki. Perbedaan tersebut bahkan tidak bisa dipandang sebagai konflik atau perpecahan, melainkan peluang untuk maju dan bersatu sesuai dengan apa yang ada dalam sila ke-3 ideologi kita pancasila, yakni Persatuan Indonesia. Sekolah Kolese Kanisius Jakarta merupakan sekolah yang muridnya tidak hanya beragama Katolik saja, melainkanHari pertama, saya dan teman-teman saya mulai bersiap-siap untuk berangkat menuju pesantren dan meninggalkan sekolah kami Kolese Kanisius. Kami meninggalkan Jakarta untuk sementara waktu dan mencoba memasuki budaya dan wilayah baru di pondok pesantren yang akan kami tempati selama tiga hari dua malam. Pondok Pesantren yang kami tempati adalah Al Ittifaq yang bertepatan di Rancabali, Bandung. Ketika saya menginjakkan kaki di pondok pesantren tersebut, saya merasa senang karena bisa melihat kondisi sekitar pesantren tersebut. Tidak hanya itu, beruntungnya, saya dan teman-teman yang lain mendapatkan kasur layaknya kamar hotel yang sangat nyaman untuk kami beristirahat. Memang sebelum berangkat, Al-Ittifaq ini bisa dibilang sebagai salah satu pesantren yang sangat maju. Saat sampai di tempat, kami juga disambut baik oleh para santri dan pemimpin yang disebut kiai dari pesantren tersebut. Mereka memiliki sikap yang sopan dan baik kepada kami dan sangat ramah.Â
Selama kegiatan ekskursi ini berlangsung, saya mendapatkan berbagai pengetahuan baru mengenai pondok pesantren ini. Pondok pesantren Al-Ittifaq tidak hanya bergerak di bidang agama, tetapi mereka juga bergerak di bidang ekonomi, pertanian, perkebunan, dan peternakan. Mereka memiliki wirausaha atau UMKM dari hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan. Pondok Pesantren Al-Ittifaq sangat terbuka dengan budaya luar sehingga mereka mendapatkan pembelajaran dan ilmu baru melalui kolaborasi dari berbagai usaha. Alhasil, mereka mendapatkan inovasi-inovasi baru terutama dalam perkebunan seperti penggabungan bawang putih dengan strawberry dalam satu pot. Pondok pesantren ini tidak hanya fokus di bidang akademik atau teori, tetapi pihak pondok pesantren juga berperan dalam meningkatkan kemampuan keterampilan para santri dalam berwirausaha seperti penjualan hasil tani dan pembuatan produk seperti mochi. Dengan begitu, para santri telah disiapkan untuk menghadapi dunia kerja.Â
Selain mempelajari fakta menarik yang ada di pesantren tersebut, saya juga belajar hal baru dan nilai-nilai baru. Saya melihat bahwa mereka sungguh tidak peduli dengan adanya perbedaan. Mereka tampak tidak ingin melihat perbedaan tersebut sebagai halangan bagi mereka untuk maju. Buktinya, mereka bisa mendapatkan berbagai pengetahuan baru terkait bidang tertentu dari pihak baik dalam maupun luar negeri yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi pendukung terutama bagi para santri dalam melanjutkan impian masa depan mereka masing-masing. Mereka sangat menumbuhkan sikap toleransi antar sesama dan melihat perbedaan tersebut sebagai kesempatan bagi mereka untuk baju dan belajar hal baru dengan senantiasa. Para santri telah saya anggap sebagai keluarga juga karena adanya harmoni yang sangat indah antara kami siswa Kolese Kanisius Jakarta dengan santri Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung. Kegiatan yang kami lakukan bersama yakni Malam kemisan, mandi di curug, makan bersama, dan sharing bersama. Setiap kegiatan yang kami lakukan selalu penuh dengan sukacita dan kesenangan.
Para santri yang ada disini tentu tidak hanya fokus di bidang keterampilan dan teori. Mereka juga sangat disiplin dalam menjalankan ibadat mereka. Kami mengikuti setiap dinamika yang ada di pesantren terutama melihat suasana mereka saat melakukan ibadat. Kami melihat bahwa sholat subuh mereka lakukan mulai jam 4. Mereka juga selalu melakukan pengajian di masjid tempat mereka beribadah. Mereka sangat disiplin dalam beragama terutama pada saat para santri melakukan sholat 5 waktu dan pengajian. Hal itu menunjukkan bagaimana mereka menghormati dan menghargai agama mereka sendiri dengan mengikuti ibadat sesuai aturan yang berlaku dalam agama Islam.Â
Pengalaman ini akan menjadi pengalaman yang sangat menarik dan bermakna bagi saya terutama sekarang saya sudah berada dalam kelas 12. Tidak hanya sebagai pembelajaran, kegiatan ekskursi ini juga menjadi kenangan bagi saya dan bisa saja pondok pesantren Al Ittifaq akan saya kunjungi kembali dalam waktu mendatang. Setelah melakukan kegiatan ekskursi ini bersama dengan teman-teman siswa Kolese Kanisius Jakarta, saya menyadari betapa pentingnya toleransi antar agama. Kita tidak perlu memandang agama sebagai konflik perbedaan dan perpecahan, melainkan sebagai pengetahuan dan pembelajaran baru yang dapat memberikan ide serta inovasi kreatif yang berguna bagi masa depan kita dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sebagai pengetahuan, kita juga dapat membangun relasi dengan semua orang tanpa harus memandang agama. Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang juga dipuji oleh Paus Fransiskus saat berada di Indonesia tepatnya di Jakarta. Arti dari semboyan tersebut adalah berbeda beda tapi tetap satu. Menurut beliau, kerukunan dalam perbedaan ini harus terus menerus dipertahankan. Ia juga menyinggung penggunaannya dalam "kehidupan politik", dengan memperjuangkan kerukunan, persamaan, rasa hormat atas hak-hak dasar manusia, pembangunan berkelanjutan, solidaritas, dan upaya mencapai perdamaian baik di dalam masyarakat maupun dengan bangsa-bangsa serta negara-negara lain. Dengan begitu, kita dapat menjadi negara kesatuan yang maju dengan toleransi antar budaya dan agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H